0
Home  ›  BIANNA  ›  Chapter

Bab 62 – Ulang Tahun

Beli Karya

Bab 62 – Ulang Tahun-1

Boni mengirim pesan pada Anna jika ia akan fokus menjalani pengobatan di Singapura dan akan segera kembali untuk memperbaiki hubungannya. Boni juga rutin menelfon atau melakukan vidio call dengan Gio dan Hana yang tak dapat ia kunjungi karena kondisi kesehatannya. Anna jelas sudah lama melakukan banyak antisipasi dengan segala vaksin yang ada untuk dirinya maupun anaknya sebelum mereka terjangkit penyakit hina seperti yang Boni alami.

“Kakak harus bisa jagain Adek sama Mama ya, harus selalu menyayangi, tidak boleh bikin sedih ya,” ucap Boni yang selalu mewanti-wanti putranya.

“Iya kan udah dengar, Ayah bilang itu terus. Ayah kapan kesini?” tanya Gio yang sedikit kesal karena ayahnya tak kunjung pulang.

“Ayah kan masih sakit, nanti kalo udah sehat Ayah pulang,” jelas Boni yang benar-benar sedih dan kecewa pada dirinya sendiri yang sudah begitu bodoh hingga semuanya jadi runyam begini.

Gio mencoba memahami semuanya, mencoba memposisikan diri sebagai kakak dan pelindung untuk Mamanya. Berusaha bersikap dewasa dan memahami keadaan. Sesekali memang ia masih tetap di kunjungi nenek kakeknya dan menghabiskan waktu bersama. Tapi tetap saja rasanya kurang jika tak ada papanya.

Seperti hari ini, ditemani Anna dan Lidia. Gio dan Hana berkunjung ke rumah nenek kakeknya seperti biasanya. Anna tak banyak bicara dan terlihat masih begitu sedih dan terpukul. Lidia sendiri kesal karena masih harus menemui keluarga iparnya yang berselingkuh itu. Belum lagi Anna masih terus di rayu dan di bujuk untuk tetap mempertahankan hubungannya.

“Nyonya, ada tamu. Katanya istrinya Tuan Boni,” ucap pelayan di rumah keluarga El-baz yang datang tergopoh-gopoh ke ruang keluarga menghampiri Devi dan Mano yang sedang menikmati sayap ayam bersama cucunya.

Gio tertawa mendengar laporan si pelayan dengan polosnya. “Istrinya papaku kan ada disini,” ucapnya sambil menunjuk mamanya yang sedang membantu adiknya makan pisang.

Anna tersenyum, Lidia langsung pergi kedepan disusul orang tua Boni. Suasana seketika menjadi panik tapi Anna berusaha tenang dan asik dengan anak-anaknya. Anna menaikkan volume TV seiring dengan suara tamparan dan teriakan dari depan.

“Ada apa?” tanya Gio.

“Tidak tau, tidak usah ikutan. Bahaya,” ucap Anna lembut lalu mengambilkan beberapa potong sayap ayam dan saus tomat untuk Gio lagi.

***

Baca juga Epilog

Hubungan Anna terasa mengambang. Tapi orang tuanya sudah memutuskan untuk mengajukan gugatan cerai atas apa yang sudah terjadi pada hubungannya dengan Boni. Anna tak banyak melawan dan fokus hanya meminta hak asuh atas kedua anaknya saja. Boni yang sadar jika ia sudah kelewat batas juga tak banyak melawan selain mengikuti prosedur yang ada.

Bian yang tau akan hal itu merasa sedih untuk Anna yang sudah begitu setia namun di khianati. Meskipun dengan hal itu ia bisa mendekati Anna lagi, tapi Bian juga tetap ikut sedih atas apa yang menimpanya. Belum lagi beberapa vidio saat Anna di kejar wartawan saat ia pergi sidang sendirian.

Gio yang biasanya terlihat ceria di sekolah juga jadi murung. Mungkin karena sering melihat mamanya sedih atau semacamnya. Namun Bian bisa melihatnya betapa sedihnya Gio. Terlebih tak berselang lama setelah bercerai Boni juga langsung menikah dengan Bela yang membuat seluruh aset perusahaan El-baz anjlok karena citra publik yang buruk darinya.

“Kita mau kemana?” tanya Vincent sembari ikut papanya membeli chees cake.

“Mau main ke rumah Kakak Gio lah,” jawab Bian yang langsung membuat Vincent melompat kegirangan.

“Ini kuenya buat siapa?” tanya Vincent lagi.

“Buat Mama Anna, ini hari ulang tahun Mama,” jawab Bian lalu menyetir menuju apartemennya dulu.

Bian membeli bunga mawar besar juga untuk Anna dan sepasang walkie talkie untuk Vincent dan Gio. Bian sendiri belum menghubungi Anna jika ia akan datang, tapi Bian yakin Anna di sana karena satpam apartemen bilang kalau Anna dan anak-anaknya ada disana. Bian benar-benar berdebar-debar ketika menekan bel.

“Iya sebentar!” teriak Gio dari dalam yang membukakan pintu setelah melihat ada Vincent yang berkunjung malam-malam begini. “Mama ada Vin sama Papanya!” teriak Gio yang langsung berlari masuk bersama Vincent.

Anna duduk di karpet bawah bersama Hana yang tak sabar meniup lilin di kue kecilnya. Bian menatap Anna yang tampak kurus dan pucat mengurus kedua anaknya dengan sabar seorang diri. Bian tak bisa menahan airmatanya. Antara senang bisa kembali bersama Anna di tempatnya dulu atau sedih karena kondisi wanta yang begitu ia cintai jadi seperti ini.

Baca juga Bab 74 – Hamil

“Selamat ulang tahun Mama,” ucap Vincent lalu memberikan buket bunganya pada Anna.

“Makasih Sayang,” ucap Anna lalu memeluk Vincent sebelum menerima bunganya.

Bian menyalakan lilin lalu ikut duduk di bawah bersama Anna dan anak-anak mereka. Vincent dan Gio bertepuk tangan menyanyi bersama begitu juga dengan Hana yang ceria ikut bertepuk tangan dan coba ikut menyanyi. Sampai akhirnya Anna meniup lilin bersama anak-anaknya juga Vincent dan Bian. Semuanya begitu ceria dan penuh kehangatan.

“Eh apa ini?” kaget Gio ketika melihat tetesan darah yang ada di atas tangan mamanya.

Anna refleks melihat ke arah yang di tunjuk Gio, lalu langsung menyentuh hidungnya. Bian langsung mengambilkan tisu dan mendekap Anna yang terlihat gemetar. Anna membersihkan darah yang mengalir di hidungnya namun perlahan kesadarannya mulai hilang.

“Na…Anna…Anna!” teriak Bian begitu panik.

Gio menangis sambil terus memanggil Anna. Bian langsung menelfon pengasuh untuk mengurus anak-anak sembari ia pergi membawa Anna yang tak sadarkan diri ke rumah sakit. Bian hampir terus menangis di sepanjang perjalanan, ia begitu takut dan khawatir pada Anna yang tak sadarkan diri.

“Bertahan sebentar Sayang, tahan dulu.” Rapal Bian terus menerus sambil terus menyetir.

“Bi…” lirih Anna yang perlahan tersadar setelah infus sudah terpasang padanya. “Anak-anak gimana?” tanya Anna yang masih memikirkan anak-anak.

“Udah ada Bibi, aku panggil pengasuh sama supir buat temenin. Kamu gak usah khawatir,” ucap Bian lalu menelfon pengasuh yang ia panggil agar Anna bisa tenang.

Vincent dan Gio berebutan untuk bicara. Anna jadi merasa lebih tenang. Anna juga menjanjikan untuk pulang setelah infusnya habis jadi Gio bisa lebih tenang. Meskipun Gio tetap meminta Mamanya untuk berobat dengan benar dan khawatir padanya juga.

“Bi aku perlu minta tolong Boni gak?”

“Gak! Ada aku ngapain minta tolong dia! Aku bisa ngurus anak-anak, gak perlu dia segala!” tolak Bian tegas sembari menggenggam tangan Anna dengan erat.

Anna tersenyum mendengar reaksi Bian yang masih sama seperti dulu. “Tapi dia kan Papanya Gio sama Hana,” lirih Anna.

“Dia bikin kamu kayak gini, dia jahat ke kamu ke anak-anak juga. Udah gapapa ada Vincent, ada pengasuhnya. Gak usah khawatir,” ucap Bian lalu mengecup kening Anna.

Anna memejamkan matanya lalu membawa tangan Bian yang ia genggam dalam lelapnya. Bian juga membenarkan selimut tipis yang Anna gunakan lalu mendekapnya. Bian berusaha merengkuh Anna yang kini benar-benar bisa ia raih kembali.

“Na…ayo nikah, ayo sama-sama lagi,” lirih Bian sedikit merengek pada Anna.

Tapi belum Anna menjawab tiba-tiba Bian mendapat telfon dari pengasuh anaknya dan mendapat kabar jika Boni datang ke apartemen setelah Gio menelfon dengan smart watchnya.

74
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share