Bab 73 – Pulang
Bian tidur
di ruang tengah bersama Anna dan anak-anaknya karena sudah terlanjur ketiduran
saat menonton film di ruang tengah. Anna menggenggam tangan Bian dan sesekali
terbangun untuk memastikan jika anak-anaknya masih bersamanya.
“Sayang…”
panggil Anna pelan.
“Hmm…” saut
Bian yang begitu mudah terbangun jika Anna bergerak. “Kamu mau pindah ke
kamar?” tawar Bian.
Anna
menggeleng lalu mempererat pelukannya pada Bian. “Aku pengen kita bareng terus,
aku takut Vincent pergi.”
Bian
tersenyum, seandainya saja Eve bisa sesayang ini pada Vincent. Bian tak bisa
membayangkan batapa bahagia putranya itu. “Pipimu gimana?”
“Gapapa,
udah ga sakit,” jawab Anna lembut lalu menatap suaminya yang banyak berubah di
banding saat masih berpacaran dulu. “Kalo kita punya anak, bakal mirip siapa
ya?”
Bian
kembali tersenyum mendengar pertanyaan Anna lalu mengecup keningnya. “Mau coba
bikin sekarang?” tawar Bian.
Anna
tertawa mendengar tawaran Bian. “Gak ah nanti ketauan orang serumah,” ucap Anna
sambil menepuk dada Bian pelan.
“Ya kamu
jangan kenceng-kenceng makannya,” ucap Bian tak mau disalahkan sembari mendekap
Anna dan mencium bibirnya dengan lembut.
Anna
membalas ciuman Bian dengan melumat bibir suaminya itu lalu segera berhenti
setelah merasakan kejantanan Bian yang sudah mengeras di bawah sana. “Bian!”
Anna memelototi Bian.
“Normal Na,
kamu sih godain,” ucap Bian yang akhirnya bangun dan mengajak Anna ke kamar
untuk bercinta.
***
Bian
terbangun karena mencium harum bau masakan dari dapur pagi ini. Anna jelas
sudah sibuk di dapur memasak bersama Tania dan Lidia, sementara anak-anak ikut
olah raga pagi bersama kakeknya. Bian langsung mencari Anna dan memeluknya dari
belakang.
Lidia dan
Tania yang melihat Bian datang langsung memeluk Anna jadi tersipu. Anna yang
paham jika harus bermanja-manja sebentar dengan Bian membawa Bian menjauh dan
mendudukkannya di sofa ruang tengah. Anna mengambilkan segelas air untuk Bian
lalu memeluk dan menciumi suaminya.
“Anak-anak
kemana?” tanya Bian sembari memeluk Anna yang berdiri di depannya.
“Olahraga
sama Ayah, kamu cuci muka terus nyusulin anak-anak ya,” pinta Anna lembut.
Bian
mengangguk sambil menghela nafas.
“Ada sop
jamur kesukaanmu,” bisik Anna agar Bian sedikit bersemangat.
“Dih sok
tau, itu bukan kesukaanku,” ucap Bian mengejek Anna sambil tertawa.
“Apa
kesukaanmu?” tanya Anna lalu duduk di pangkuan Bian.
“Kamu lah
kesukaanku,” jawab Bian lalu tertawa bersama Anna setelah sempat menggombal di
pagi hari.
Bian
melihat Hana dan kedua kakaknya bermain Power Ranger dengan Erwin yang berperan
sebagai monster yang sedang joging. Bian yang semula ingin ikut joging seketika
mengurungkan niatnya. Apalagi Hana terlihat sudah ngos-ngosan berlari ke
arahnya meminta di ambilkan minum. Lalu kembali berlari lagi bersama kakaknya.
***
Boni
melihat status Lidia yang menunjukkan betapa bahagia Anna dan Bian juga
anak-anaknya. Perasaan bersalah di hatinya mulai timbul. Penghakiman yang entah
darimana muncul begitu saja di pikirannya.
Pemandangan
Anna yang menyuapi Bian memintanya mencicipi masakannya. Lalu Gio dan Hana yang
ceria melambaikan tangan pada kamera. Boni tau ia pernah ada di posisi itu, ia
pernah memiliki keluarga idaman yang begitu hangat dan penuh cinta. Sebelum
terpikir di benaknya untuk mendua, sebelum ada rasa bosan pada Anna yang begitu
tulus padanya.
“Enak gak
Pa?” tanya Anna pada Bian yang samar terdengar.
Boni
menyalahkan dirinya yang begitu bodoh. Meskipun dari awal ia tak
sungguh-sungguh menginginkan Anna dan niat awalnya hanya sebatas balas dendam
pada Bian. Tapi rasanya Anna memang sebaik-baik tempatnya pulang.
Bian juga
terlihat lebih hidup berbeda dari sebelumnya. Di tambah dengan anak-anak yang
ceria karena Bian bisa memberikan apapun yang mereka minta. Bian juga terlihat
dapat memanjakan Hana yang selalu menempel padanya dan terlihat sangat manja.
“Ih Hana
manja banget sama Papa,” sindir Tania.
Hana
tersipu malu di buatnya sementara Bian menggelitikinya.
“Biarin
gapapa, biar nanti kalo ada cowok yang deketin udah gak kaget dia,” jawab Bian
sambil tertawa bersama Hana yang main mengacungkan jempol kecilnya saja.
Boni jadi
sedih haknya sebagai ayah dari Hana hilang begitu saja karena Bian. Tentu
kesalahan besarnya juga karena berkhianat. Boni hanya berbuat sedikit kesalahan
menurutnya, dan Boni merasa tidak adil jika eksistensinya dilupakan begitu saja
oleh Anna dan anak-anaknya.
“Anakku
udah gede,” gumam Boni yang begitu merindukan anak-anaknya sebelum pergi
memasuki pesawatnya.
Boni
memtuskan untuk kabur sementara waktu sebelum keluarganya tertangkap atas kasus
penggelapan pajak. Boni juga meninggalkan Bela dan bayinya terlebih setelah
melihat anaknya dari pernikahan barunya yang semakin hari semakin tidak mirip
dengannya.
***
Bian pulang
bersama Anna dan ketiga anaknya dengan perasaan yang begitu bahagia. Di
perjalanan anak-anak juga tidur karena lelah bermain selama di rumah keluarga
Seymour. Anna juga menggenggam tangan Bian dengan dan terlelap setelah lelah
membantu kegiatan piknik di rumahnya.
“Sayang
udah sampe,” ucap Bian setelah menurunkan anak-anak.
“Emhh…”
lenguh Anna pelan lalu meregangkan tubuhnya sebelum memeluk Bian dan minta di
gendong juga.
“Minta di
gendong juga?” tanya Bian sembari menciumi Anna dengan mesra.
Anna
tersenyum lalu menggeleng.
“Udah lah
gendong aja,” ucap Bian memaksa dan langsung menggendong Anna masuk sembari
sesekali menciuminya dengan gemas.
“Anak-anak
mana?” tanya Anna sembari mengalungkan tangannya di leher Bian.
“Udah di
kamar,” jawab Bian lalu masuk ke salah satu kamar yang ada di lantai 1 dan
langsung menguncinya dari dalam sebelum anak-anak bangun dan hilang kesempatan
Bian dapat jatah.
“Bian!” pekik Anna yang paham apa keinginan
suaminya.
“Iya
Cintaku,” saut Bian sembari melucuti pakaian Anna dan langsung menciuminya.
Anna hanya
pasrah menghadapi Bian yang bertingkah seolah akan melahapnya dengan segala
nafsu dan hasratnya.