BLANTERORBITv102

Bab 01 – Intro

Senin, 04 September 2023

“Anna dicari Bian,” panggil seorang pria bertubuh jangkung dan atletis yang baru saja di utus Bian Griffin, pewaris Group Griffin.

“Bilangin tunggu sebentar ya, 5 menit lagi kesana,” jawab Anna seorang gadis yang harus mati-matian mempertahankan posisinya sebagai siswa berprestasi agar bisa mempertahankan posisinya saat ini. 

Anna seorang gadis desa yang sederhana. Keluarganya juga sangat sederhana cenderung susah. Kalau bukan karena ia menang olimpiade dan dapat beasiswa, ia tak mungkin ada di SMA Internasional yang kerap menjadi perebutan dari perusahaan-perusahaan besar di tanah air ini. Selain itu kalau bukan karena ia menjadi penerima Griffin Scholarship milik perusahaan keluarga Bian ia juga akan kesulitan sekarang dan hanya bisa kembali bersekolah di desa kembali. 

Anna ingin merubah nasibnya, ia ingin memperbaiki kondisi keluarganya. Entah itu dari segi ekonomi atau apalah yang bisa ia kerjakan. Tapi yang jelas Anna tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emasnya ini.

“Na buruan!” Boni menghentakkan kakinya begitu tidak sabar karena ia sudah terlanjur menerima perintah dari Bian untuk memanggil Anna.

“Sabar, tinggal kesimpulan doang,” saut Anna lalu menutup laptopnya setelah menyimpan laporannya. 

 “Udah buruan! Keburu Bian ngamuk!” omel Boni kesal karena ia juga yang akan ikut terkena imbas jika Anna sulit di ajak kompromi begini.

Anna menghela nafasnya. Ia sudah dikejar deadline terkait tugas dari pihak beasiswa. Searang ia juga harus mengurus Bian dengan segala keegoisannya. Rasanya satu-satunya kesalahan Anna adalah mau menerima Bian padahal sudah jelas dari awal banyak red flagnya. 

Anna kembali menghela nafas dengan berat. Meratapi nasibnya yang semakin memprihatinkan sejak ia mengenal Bian. Kehidupan sekolahnya yang padat dan harus super hemat di tambah pandangan buruk dari semua orang yang menganggapnya sebagai manusia kelas rendahan. Lalu menerima Bian yang memaksanya menerima karena di ajak kebut-kebutan di jalan tol dengan segala ancaman yang ia terima. Hingga seperti sekarang ini.

“Bian…” panggil Anna lembut pada Bian yang menunggunya kelas VVIPnya yang hanya ada 8 murid saja. 

8 siswa berbahaya dari 8 perusahaan raksasa. 4 diantaranya tidak begitu mendominasi dan bersikap masih waras. Tapi jangan tanya dengan Bian dan ketiga teman satu gengnya yang penuh dengan masalah. 

“Lama banget! Buntung apa pincang kaki lo?!” Anna langsung kena semprot begitu sampai dihadapan Bian.

Anna hanya bisa menundukkan kepalanya. Bian memiliki emosi yang sulit di kontrol. Anna kurang paham alasan kenapa Bian bisa searogan dan sepemarah ini. Tapi yang jelas selama 6 bulan ini ia mencoba menjadi kekasih Bian, Anna menyimpulkan kearoganan ini timbul dari rasa manja Bian yang selalu mudah mendapatkan segala yang ia mampu.

“Maaf Bian, aku kan lagi ngerjain laporan, lagian tinggal kurang kesimpulan sama daftar pustaka doang. Tanggung kan kalo di tinggal,” bujuk Anna dengan lembut.

“Kebanyakan alasan! Emang lu nya aja yang susah banget buat di atur! Padahal gue ga pernah ngasih perintah yang sulit! Cuma sebatas dateng waktu gue panggil apa susahnya?!” Bian makin marah dan suaranya makin meninggi penuh emosi.

Anna memejamkan matanya begitu takut pada Bian. “Maaf Bi…” cicit Anna begitu takut dan ngeri pada Bian yang bisa menggila dan melibatkannya dalam segala kegilaannya.

Bian menyunggingkan senyum disudut bibirnya melihat reaksi Anna yang sudah begitu ketakutan padanya. Ini yang membuat Bian selalu suka dan terus jatuh hati pada gadis desa ini. Reaksinya yang menggemaskan dan selalu mencoba untuk tetap kuat menghadapinya. Bian suka gadis seperti Anna.

“Jadi lebih penting laporanmu daripada aku?” tanya Bian.

Anna mengigit bibir bawahnya. Bila Bian sudah mulai menggunakan aku-kamu ini pertanda baik untuk Anna. Kemarahan dan segala emosi Bian sudah mulai surut dan Anna mungkin bisa sedikit merayunya.

“Kamu penting, tapi laporanku juga penting…”

“Gak bisa! Ga boleh serakah!” sela Bian.

Anna menghela nafas ia harus sabar, sebentar lagi ia lulus urusannya dengan Bian juga akan segera selesai setelah ia lulus nanti. Anna bisa mencari alasan untuk menyudahi hubungannya juga. Tapi untuk saat ini ia harus sabar sesabar-sabarnya.

“Bi, kalo aku ga kerjain laporannya nanti beasiswaku di cabut gimana?” 

“Yaudah aku biayain kamu! Sesimpel itu, kenapa sih ngeraguin kemampuan dompetku mulu?!”

Anna tersenyum lalu menghela nafas. “Aku ga bisa repotin kamu terus, Bi. Aku ga mau jadi benalu buat kamu,” ucap Anna lembut.

Nah, ini yang paling di benci Bian dari kekasihnya. Bian ingin Anna bergantung padanya dan bukan jadi perempuan sok kuat dan tangguh seperti ini. Bian bangkit dari duduknya lalu menyeret Anna keluar dari kelasnya. 

“Bian! Stop! Bi!” Anna begitu takut dan sudah hafal kemana langkah bian akan membawanya. 

Yap! Tepat sekali ke basecamp rahasianya bersama gengnya yang tengah sepi. Tempat terbaik bagi Bian untuk bersenang-senang dengan Anna tapi tempat paling mengerikan bagi Anna. Ini tempat hukuman terburuk bagi Anna. 

“Bihhh…ahhh…eumphhh…Bihhhh…” 

Mati-matian Anna mencoba menahan desahnya namun Bian sudah tak dapat ia kenadalikan atau ia rayu lagi dan tak ada kompromi lain lagi selain menenangkan Bian dengan tubuhnya. 

“Aku cemburu…” geram Bian menyampaikan perasaannya. “Aku gak suka ada yang lain selain aku di hatimu! Aku benci kamu mentingin laporan ga guna itu daripada aku!” Bian menaikkan tempo hentakannya sebelum akhirnya ia menyemburkan semua spermanya di dalam rahim Anna.

Jelas ini bukan kali pertamanya bercinta dengan Anna, ya… meskipun ini lebih mirip pemerkosaan tapi apapun itu Bian dan Anna sudah sering melakukannya. Bahkan saking seringnya Anna dan Bian sampai paham jika mereka perlu menyiapkan kontrasepsi dan KB agar tidak kebobolan.

“I-iya Bian, maaf…maaf ya Sayang,” bujuk Anna sembari memeluk Bian yang masih memangkunya hingga mereka benar-benar menyatu.

“Kalo kamu bilang aku prioritasmu, ya aku prioritasmu! Gak boleh sama yang lain dan jangan coba menguji kesabaranku!” Bian masih marah dan cemburu buta seperti biasanya namun kali ini Anna lebih bisa mengendalikannya.

“Iya Sayang, maaf ya. Lain kali aku atur waktu biar ga keteteran ya,” bujuk Anna lalu mencium bibir Bian. 

Bian mengangguk pelan lalu mendekap tubuh Anna. Hilang sudah Bian yang garang dan pemarah, sekarang Anna mendapati Bian yang rapuh dan pemurung. Sisi lain Bian inilah yang selalu membuatnya tak bisa meninggalkan pria ini begitu saja. Ada banyak hal yang ingin Anna ketahui dari Bian dan ada banyak hal yang belum bisa Bian katakan pada Anna. 

“Anna kamu sayang aku kan?” tanya Bian yang langsung di angguki Anna. “Jangan pernah ninggalin aku lagi…” lirih Bian yang terdengar seperti rengekan. Bian terlihat benar-benar rapuh sekarang.

“Aku ga pernah ninggalin kamu, emangnya kapan aku ninggalin kamu?”

“Dih! Gak inget tadi kamu lebih milih kerjain laporan daripada aku? Itu apa namanya kalo gak ninggalin? Gue kawinin ampe hamil tau rasa lu!”

Anna tak bisa berkutik lagi. 




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.