Bab 33 – Rendahan
Bian mulai
menghadiri banyak pesta dan bermain di club-club malam. Minum banya minuman
keras yang tak pernah ia tanggak sebelumnya. Membiarkan banyak wanita malam
mengerubunginya. Bian mencoba menghabiskan waktunya, mengejar kebebasannya
dengan menghabmburkan uangnya di pesta. Kegiatan yang tak pernah ia lakukan
lagi sejak ia bersama Anna.
Bian merasa
siap untuk membalaskan rasa sakit hatinya pada Anna. ia bahkan sengaja
memposting segala kenakalannya juga di instagramnya. Namun pagi ini rasanya ia
benar-benar kalah telak dari Anna.
‘Gila norak
banget tempat sampahmu ini, Bro. Cuma ke Zoo aja di pamerin.’ Pesan dari
Jefri sembari mengirimkan link youtube milik Boni dan Anna.
“Hari ini,
aku bikin tumisan brokoli sama nuget. Ini aku nugetnya bikin sendiri. Nanti aku
sama Sayangku mau ke kebun binatang,” ucap Anna membuka vidionya sambil
menunjukkan nuget buatannya yang sudah di goreng.
Sial! Bian
tetap iri dan cemburu. Padahal Anna hanya menunjukkan persiapannya piknik.
Membawa bekal buatan sendiri dan terkesan sangat repot. Tapi Anna juga terlihat
ceria saat menyiapkannya.
“Ini Boni
pasti suka, aku bikinnya perjuangan gais.” Anna menunjukkan jari telunjuknya
yang tak sengaja tergores pisau. “Hihihi, tapi kalo gak mau juga gapapa sih.
Aku suka masakanku, aku makan sendiri juga ga masalah,” lanjut Anna sambil
menunjukkan kentang goreng buatannya.
Bian
memandangi masakan buatan Anna. Bian membayangkan jika ia yang ada di posisi
Boni sekarang. Hubungannya di restui, bisa mengenalkan Anna ke keluarganya.
Tidak perlu sembunyi-sembunyi. Jujur saja apa yang dilakukan Anna dan Boni
tidak norak sama sekali. Bian juga akan melakukan hal yang sama jika ia ada di
posisi Boni.
Bian ingin
bepergian dengan Anna lagi. Makan disuapi sambil menyetir, menyanyi bersama di
mobil, berjalan bersama menikmati suasana tempat-tempat hiburan. Bian ingin
bersama Anna juga.
“Padahal
rencananya bekalnya kita makan disana, tapi macet akhirnya bekalnya abis di
mobil,” ucap Boni sambil menunjukkan kotak bekalnya yang sudah habis bersih.
“Sebenernya aku gak suka makan sayur, tapi pacarku pinter masaknya, enak
banget.”
“Apa aku
bikin resto ya?” tanya Anna setelah mendengar pujian Boni.
“Gak, kamu
ini di puji bentar mau bikin usaha.” Anna tertawa mendengar jawaban Boni.
“Tapi kalo
aku kurang uang jajan rencananya aku pengen jualan juga, aku pengen bikin Rice
Bowl by Anna, tapi harus PO.”
“Jangan di
beli!”
Anna
kembali tertawa mendengar ucapan Boni. Bian jadi semakin iri melihat Anna dan
Boni yang begitu santai dan terlihat begitu nyaman satu sama lain. Bian yang
sudah mencoba memamerkan segala kenakalannya rasanya tidak dapat sedikitpun mempengaruhi
kebahagiaan Anna dan Boni. Bian ingin marah, tapi jujur ia juga paham betapa
menyenangkannya bersama Anna.
Bian yang
baru sadar kembali menenggak vodkanya. Semakin ia merusak dirinya, semakin ia
mencoba mencari perhatian Anna, semakin ia berusaha membalas dendam, ia malah
semakin merasa hampa. Bahkan bila Anna jadi sedih dan sengsara, ia juga tidak
merasa bahagia. Apalah arti kemenangan jika ia tak bisa bersama Anna.
***
Eve yang
membuat akun palsu untuk memantau Anna dan kehidupannya, memastikannya
benar-benar tidak berhubungan lagi dengan Bian merasa senang sekarang Anna
sudah bahagia bersama Boni. Eve juga ikut menjadi salah satu subscriber Anna
dan Boni. Bahkan Eve juga menonton vidio kebersamaan Anna dan Boni juga
menunggu vidio-vidio selanjutnya. Eve bahkan juga suka menonton vidio singkat
yang sering di posting pada akun pasangan tersebut.
“Susah
sekali mencari sosmednya…” gumam Eve yang masih berusaha mencari sosmed milik
Anna yang terasa sangat mustahil karena Anna memang tak punya akun sosmed.
“Nona…,
beberapa waktu lalu Tuan Bian…”
“Andy,
tolong hentikan pengawasan untuk Kak Bian di Swis ya. Aku udah dapet laporan
dari Kak Bian,” sela Eve dengan senyum manisnya.
“Terkait
club?” tanya Andy memastikan.
“Kak Bian
di temenin banyak cewek di club kan? Iya udah bilang.” Eve menunjukkan foto
Bian yang melapor padanya. “Aku percaya 100% sama kak Bian sekarang. Pernikahan
memang harus di landasi kepercayaan, kan?”
Andy
mengangguk dengan ragu ia tetap merasa kurang setuju dengan pendapat Eve. Bian tetap
terlihat tidak jujur bagi Andy dan Andy masih merasa bila Eve mengambil
keputusan karena ada dalam tekanan Bian yang kasar saja. Terlebih setelah kabar
Eve menginap di rumah Bian beberapa hari. Andy jadi penasaran dan yakin jika
Bian sudah mempengaruhi Eve.
Eve
mematikan ponselnya lalu memasukkan kedalam tasnya sebelum turun dari mobil dan
masuk kuliah. Eve tersenyum ceria sambil melambaikan tangannya melihat seorang
paparazi yang menunggunya. Eve tak begitu suka dengan paparazi, tapi daripada
mengusirnya dan Eve lebih suka bersikap ramah dan membiarkannya memfoto agar
cepat pergi.
Kling!
Muncul notifikasi baru dari Anna dan Boni dengan judul yang benar-benar membuat
Eve senang, ‘Minta Ijin Buat Lamar Anaknya Pak Erwin Seymour!!!’. Namun belum
sempat Eve membuka vidionya Bian menelfonnya.
“Kak Bian…”
“Eve, aku
kangen. Kamu kapan libur?” ucap Bian begitu blak-blakan.
Eve merasa
begitu berbunga-bunga mendengar ucapan Bian yang terdengar sangat manja.
Sepertinya Bian sudah benar-benar move on dan siap dengan lembaran baru
dalam hidupnya.
“Aku pengen
pulang tapi Ibu bilang masih harus fokus, aku merindukanmu,” ucap Bian sebelum
Eve menjawab.
“Aku bisa
membuat jadwal liburan ke Swis,” jawab Eve.
“Benarkah?”
tanya Bian antusias.
“Iya, oh
iya Kak Bian udah tau kalo Kak Boni mau tunangan?”
“Ah iya,
lalat itu. Mereka terlihat serasi. Kalangan kelas bawah pantas berkumpul jadi
satu.”
Eve tertawa
mendengar jawaban Bian. Bian juga terdengar ikut tertawa.
“Aku
membelikanmu gaun, warna merah. Aku berharap bisa segera melihatmu memakai
ini,” ucap Bian dengan ceria lalu mengirimkan foto gaun yang baru ia beli pada
Eve.
“Cantik
sekali,” puji Eve setelah melihat gambar kiriman Bian. “Kak Bian, nanti lagi
ya. Kelasku mulai,” putus Eve.
Tak ada hal
yang lebih membahagiakan bagi Eve selain Bian yang sudah move on dan
benar-benar melepaskan Anna. Eve jadi semakin tidak sabar untuk segera menikah
dengan Bian.
***
Lidia
menangis bingung melihat ipad pemberian Tania yang di rusak teman-temannya.
Layarnya pecah sementara ada komik yang ia kerjakan dan sedang kejar tayang
untuk minggu ini. Lidia benar-benar tak habis pikir dengan teman-teman di
kelasnya yang begitu gemar mengganggunya.
“Liat dia
masih berani update!” cibir teman-teman Lidia yang melihat ia mengumumkan jika
ia harus mengambil cuti untuk minggu ini.
“Apa
menurutnya kita perlu di kasihani sampai dia nulis gak sengaja mecahin Ipad
andalannya?” cibir yang lain lalu tertawa mengejek Lidia.
Lidia terus
diam mendengar hinaan dan cibiran yang terus mengarah padanya. Sampai tiba-tiba
gosip soal keluarganya kembali di singgung.
“Ku dengar
ibunya hanya wanita simpanan, menyedihkan sekali dia harus berpura-pura jadi
anak keluarga Seymour.”
“Apa
kakaknya juga? Ku dengar kakaknya pernah punya hubungan dengan keluarga
Griffin.”
“Apa
kakaknya wanita murahan?”
“Orang
kelas bawah sepertinya pasti wanita penggoda.”
Telinga
Lidia benar-benar panas mendengar gosip di antara teman-temannya soal
kehidupannya dan hinaan yang di tujukan pada keluarganya. Bahkan teman-temannya
juga menghina ibunya yang sudah meninggal juga. Lidia benar-benar tak terima.
Brak! Lidia
menghantam kepala temannya dengan ipadnya yang rusak lalu memukulinya dengan
membabi buta. Beberapa teman-teman yang lain ikut membantu memisah lalu mereka
berbalik menyerang Lidia.
“Kalian ini
kenapa sih selalu menggangguku?! Bahkan aku tak pernah mengusik kehidupanmu
sedikitpun! Bukan aku yang rendahan! Tapi kalian! Kalian mahluk rendahan yang
biadab!” jerit Lidia lalu mengambil tasnya dan pergi meninggalkan sekolah
sambil menangis.
Matanya
bengkak terkena tendangan orang-orang yang membulynya. Bajunya juga sedikit
koyak.