Bab 19 – Gaun Pernikahan
"dasp98 dasp world Hidden Gem Author"
Bian dan
Anna sudah tak peduli lagi dengan kegiatan sekolah yang seharusnya, meskipun
keduanya tetap berangkat kesekolah di pagi hari. Bian yang sebelumnya mencari
Anna dengan kasar tiba-tiba bersikap begitu lembut padanya. Tak ada kemarahan
bahkan tak ada seretan yang mengerikan lagi. Bian benar-benar datang ke kelas
Anna dengan damai.
Anna tak
meminta itu dari Bian. Tapi Bian yang ingin melakukannya untuk Anna dengan
sendirinya. Bian juga mengajak Anna pergi ke basecampnya dengan saling
menggenggam tangan dan merangkul dengan mesra. Di basecamp juga Bian
menunjukkan kemanjaannya pada Anna terang-terangan di depan teman-temannya.
Seperti meminta di suapi atau sekedar tiduran di dada Anna.
“Ada apa
dengan Bian?” tanya Maxim heran melihat Bian yang berubah drastis.
“Entahlah,”
Jefri ikut heran melihat perubahan Bian dan Anna yang begitu mendadak.
“Apa
kemarin terjadi sesuatu yang tidak kita ketaui?” tebak Artur.
***
“Kita mau
kemana?” tanya Anna sembari memasang sabuk pengamannya.
“Aku pengen
liat kamu pakek gaun pernikahan,” ucap Bian. “Ayo kita cari gaun buat kamu,”
ajak Bian dengan ceria.
Anna
mengangguk lalu menuruti Bian yang membawanya pergi ke sebuah butik yang
menyediakan beragam gaun dan jas untuk pernikahan. Bian terlihat sudah
mempersiapkan hari ini. Para pelayan di butik sedikit heran menatap Bian yang
datang tidak bersama Eve. Tapi seketika semuanya memahami kondisi Bian ketika
ia menatap Anna dengan penuh cinta.
“Silahkan
Nyonya,” ucap seorang pelayan yang mengarahkan Anna dan Bian masuk kedalam
ruang make up.
Anna
memilih tampilan make up yang natural dengan penataan rambut yang sederhana.
Bian terus memandanginya sembari memfotonya. Setelah itu Anna memilih gaunnya
sementara Bian memilih jasnya. Bian selesai lebih awal memilih jas berwarna
putih lalu duduk menunggu Anna selesai mengganti bajunya.
“Bian…”
panggil Anna begitu tirai di buka.
Bian
membelalakkan matanya dengan mulut yang menganga terpesona dengan penampilan
Anna yang begitu menawan dengan ball gown wedding pilihannya.
“You
look like a princess,” puji Bian dengan mata berkaca-kaca lalu mendekat
pada Anna dan memeluknya.
Anna
membalas pelukan Bian sembari mengelus punggungnya. Keduanya saling menatap
satu sama lain dengan pandangan penuh haru, antara senang dan sedih. Bian
menempelkan keningnya pada kening Anna lalu mengecup bibirnya dengan lembut.
“Anna…”
“Tidak usah
memikirkan hari esok kita seperti apa. Kita hanya perlu menikmati hari ini dan
mengingat yang indah-indah saja,” ucap Anna.
Orang-orang
yang semula ingin memuji Anna dan Bian perlahan jadi mengerti jika Bian dan
Anna datang bukan untuk menikah atau kawin lari, tapi untuk membuat kenangan
indah bersama sebelum berpisah. Bian dan Anna tetap lanjut berfoto sebagaimana
pasangan lainnya yang datang dengan senyum sumringah dan pose-pose mesranya.
Semua bekerja dengan profesional, Bian juga membeli gaun dan jas yang ia coba
bersama Anna dan sengaja menitipkannya disana seolah masih berharap bisa
menikah dengan Anna suatu saat nanti.
Setelah itu
Anna dan Bian keluar dari butik. Anna masih belum melepaskan tatanan rambut
dari butik. Bian mengajaknya pergi ke tama hiburan. Bian mengajak Anna
berkeliling mencoba wahana-wahan yang jarang ia coba sebelumnya. Lalu
berkeliling lagi dan menikmati burger di sore hari.
“Ada
pertunjukan circus mau liat?” tawar Bian yang di angguki Anna sembari menikmati
kentang gorengnya.
“Aku
bahagia kita bisa lebih santai kayak sekarang,” ucap Anna sembari menyuapi Bian
dengan kentang goreng.
“Aku
bahagia liat kamu bahagia,” jawab Bian lalu mengecup jemari Anna.
Anna dan
Bian berjalan menuju loket memesan tiket menonton pertunjukan circus kali ini.
Bian biasanya benci mengantri. Tapi berdiri dengan sabar, mengantri sambil
mengobrol dengan Anna bukan hal yang buruk.
Anna duduk
bersama Bian di bangku ketiga. Bian ingin Anna duduk di depan bersamanya, tapi
kali ini Bian mengikuti Anna. Anna duduk dengan tenang, membiarkan sebuah
keluarga dengan tiga anak yang mereka bawa duduk di sampingnya. Anna juga
menanggapi anak-anak kecil yang tiba-tiba mengajaknya berkenalan dan membagi
rotinya dengan Anna.
“Sayang itu
kotor,” bisik Bian tapi Anna terlanjur melahapnya dan anak kecil di samping
Anna memberikan sepotong kuenya juga untuk Bian.
Bian
meringis geli namun melihat Anna yang mau menerima dan memakannya mendapat
respon baik dari anak kecil itu Bian mengikuti apa yang Anna lakukan.
“Kakaknya
cantik kayak putri.”
Bian
tersenyum mendengar pujian anak kecil yang memberinya roti. Semenyata Anna
menyandarkan kepalanya di bahu Bian sembari menikmati acara. Lalu terpukau
dengan penampilan akrobat dengan kain yang menggantung tinggi.
***
Eve
menyibukkan dirinya dengan segala kegiatan. Mulai belajar musik hingga bela
diri, mulai dari yoga hingga menghadiri acara sosialita. Eve juga memperluas
pertemanannya dengan banyak artis. Berusaha menunjukkan pada Bian jika ia lebih
segalanya daripada Anna. Semua orang memuji dirinya, fansnya begitu banyak,
semua orang menyayanginya dan menginginkannya. Tapi semua rasanya tidak berarti
ketika Bian tak memperhatikannya.
“Makan dulu, dari kemarin aku jajan terus.”
Suara Bian yang terdengar ceria menunjukkan burgernya lalu taman hiburan.
Eve merasa
kalah telak dari Anna setelah melihat postingan Bian. Bahkan Eve tak melihat
satupun karya yang Anna hasilkan, tidak juga ada sumbangan atas namanya dalam
jumlah besar. Anna biasa saja, kalangan bawah, miskin sampai harus menerima
beasiswa dari keluarga Bian hanya untuk sekolah. Eve tidak begitu, tapi Bian
juga tidak memandangnya sama sekali.
“Makan
buah, biar gak sembelit,” Bian kembali memposting status baru dan mempertunjukkan mangkuk berisi
potongan buah dan suara tumisan dari dapur yang menunjukkan jika Bian tak di
rumahnya dan tidak sendirian.
Eve meremas ujung bajunya lalu mematikan ponselnya. Bian terasa semakin sulit ia raih namun harus tetap ia hadapi.