0
Home  ›  BIANNA  ›  Chapter

Bab 63 – Ketahuan

Beli Karya

Bab 63 – Ketahuan-1

Gio memeluk papanya sementara Hana terlihat begitu canggung dengan Boni meskipun akhirnya ia tetap mau di urus oleh papanya. Boni memanfaatkan kesempatannya untuk menghabiskan waktu bersama kedua anaknya. Boni menemani anak-anaknya tidur dan bermain, Vincent juga akhirnya pamit pulang setelah merasa yakin jika Gio akan baik-baik saja bersama papanya sendiri.

Gio bercerita banyak hal sampai ia terlelap karena lelah menangis dan bercerita. Boni masih di selimuti rasa penyesalan setelah melihat Gio yang begitu polos dan tulus menjaga adik dan mamanya. Boni merasa melewatkan banyak hal soal tumbuh kembang anak-anaknya. Boni merindukan keluarga kecilnya dimana ia bisa tinggal bersama anak-anaknya juga istrinya yang penuh kasih sayang.

Boni merasa apa yang ia lakukan tak sebanding dengan apa yang ia dapatkan sekarang. Ia begitu terpuruk bisnisnya berantakan dan Bela juga tak menyenangkan. Sulit sekali bagi Boni untuk mencintai anaknya dari pernikahannya bersama Bela. Meskipun sudah melakukan tes DNA untuk memastikan jika itu benar-benar anaknya.

Boni mengambil banyak fotonya bersama Gio dan Hana, anak-anaknya yang menjadi korban atas keegoisannya. Boni benar-benar menyesal dan merasa gagal sebagai orang tua. Tak ada yang lebih menyakitkan di banding melihat anak-anaknya yang kini tumbuh tanpa kehadirannya. Bahkan tidur bersama anak-anaknya juga menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi Boni.

***

“Halo ini siapa?” tanya Gio yang terbangun untuk mengangkat telfon yang masuk ke ponsel papanya.

“I-ini istrinya Pak Boni, ini siapa?” saut Bela kaget karena bukan Boni yang mengangkat telfonnya.

“Ini Gio, papaku lagi tidur. Istrinya papaku kan lagi sakit,” ucap Gio bingung karena orang yang menelfon mengklaim jika ia adalah istri dari papanya.

“Oh gitu, tapi ini istrinya Papa juga. Istrinya yang baru, salam kenal ya…”

Gio hanya diam, ia bingung dengan perasaannya sekarang. Kenapa bisa ada istri yang baru? Apa yang salah dengan mamanya? Apa papanya selama ini tidak pulang karena punya keluarga baru seperti mamanya Vincent?

Gio langsung berlari menuju papanya. Gio melempar ponsel papanya tepat mengenai wajanya sebelum akhirnya Gio menangis sambil bicara mencoba bertanya dan menceritakan apa yang baru ia dengar. Hana terbangun karena suara tangis Gio yang begitu ribut. Hana merangkak mendekati Gio lalu coba memeluknya. Tapi bukannya diam Gio malah tetap menangis, Hana yang bingung jadi ikut menangis karena kakaknya menangis.

Baca juga Epilog

Boni mengecek apa yang baru saja membuat Gio menangis setelah meminjam ponselnya. Sampai ia melihat jika Bela baru saja menelfonnya dan Gio yang mengangkatnya. Boni benar-benar dibuat tak bisa berkutik untuk menjawab pertanyaan putranya atau menjelaskan keadaannya saat ini.

Pintu apartemen tiba-tiba terbuka, Bian masuk bersama Anna. Anna masih lemah tapi begitu ia mendengar suara tangis dari kedua anaknya ia langsung berlari menghampirinya.

“Ada apa Kak?” tanya Anna sambil mendekap Gio dan menggendong Hana yang sama-sama menangis.

“Papa ternyata punya istri lagi selain Mama!” ucap Gio berusaha berteriak di sela tangisnya sambil menghentakkan kakinya dengan kesal. “Aku jadi sedih!” teriak Gio benar-benar kecewa.

“Kak…Papa bisa jelasin…”

Gio langsung menggeleng lalu mendorong papanya yang coba memeluk menenangkannya. Bian mengerutkan alisnya kesal melihat Boni yang membuat semuanya jadi makin runyam dan berantakan.

“Pergi, makasih udah jagain anakku,” ucap Anna mengusir Boni sambil memeluk putranya yang di selimuti kekecewaan dan Hana yang bingung akan kondisi yang ada.

Boni menatap Bian lalu menatap Anna dan anak-anaknya. Banyak hal yang ingin Boni tanyakan kenapa Anna ada disana dan kenapa Bian bisa ada disana juga. Tapi Boni memilih untuk mengalah dan tak memperkeruh suasana.

Bian mengambil alih Hana dan mengalihkan perhatiannya dengan menunjukkan pemandangan kota. Sementara Anna tengah menenangkan Gio dan akhirnya menjelaskan kondisi keluarganya yang kini sudah tidak bisa utuh seperti dulu lagi. Gio menangis cukup lama, Anna coba mengerti ini pasti sulit untuk di terima olehnya. Tapi Anna tak bisa banyak berbuat semuanya sudah terjadi.

Baca juga Bab 74 – Hamil

***

Vincent masuk ke ruang kerja neneknya yang sedang rapat. Melania tak melarangnya untuk ikut mendengarkan pembicaraan dalam rapatnya. Melania memperlakukan Vincent seperti saat ia membesarkan Bian dulu. Tapi sayang kali ini rasanya Melania tak bisa bersikap sekeras saat ia mendidik Bian.

Bian memiliki tatapan yang tajam dan dingin, ekspresinya selalu menantang dan angkuh. Begitu berbeda dengan Vincent yang cengeng dan terlihat ringkih. Vincent juga terlihat sangat haus kasih sayang dan hampir selalu mengatakan jika ia sayang pada nenek dan papanya.

“Dihatiku yang paling kusayangi nomer satu itu, Papa, Mama, terus Nenek ku yang cantik, terus Kakak Gioku, terus Mama Anna, Adek Hana juga aku sayang…” ucap Vincent yang hampir setiap hari mengatakan siapa saja yang ia sayangi dan kata-katanya juga rasanya begitu terngiang di telinga Melania.

“Papa kemana?” tanya Melania pada Vincent yang duduk di teras depan sendirian.

“Papa temenin Mama Anna,” jawab Vincent yang membuat alis neneknya berkerut kesal. “Mama Anna kasian, kemarin hidungnya keluar darah terus pingsan,” lanjut Vincent yang membuat neneknya perlahan mengerti. “Kakak Gio menangis, Hana juga, sekarang kata Kakak Gio dia udah gak tinggal sama Papanya lagi kasian.”

Melania mengangguk, ia juga sedikit mengikuti berita yang menerpa keluarga El-baz. “Anna sakit apa?”

Vincent mengedikkan bahunya. “Tidak tau, kemarin ke rumah sakit. Semoga saja Mama Anna hari ini sembuh.” 

Melania diam lalu memandangi cucunya yang polos dan terlihat begitu tulus itu. Begitu murni dan penuh cinta.

“Vin suka sama Anna?” tanya Melania.

Vincent langsung mengangguk tanpa ragu dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya. “Iya! Mama Anna itu baik, sayang aku juga. Kalo ketemu Mama Anna aku di peluk terus di sayang, kata Mama Anna aku anak baik, pintar. Tidak pernah marah-marah, Nenek tau tidak aku pernah tidak sengaja tumpahin minum, Mama Anna tidak marah. Dia ambilin aku lap terus lap tumpahnya itu. Kalo aku makannya pelan-pelan juga tidak marah, kalo aku tidak mau makan juga tidak pukul aku. Baik banget pokoknya.”

Melania menyunggingkan senyum di sudut bibirnya seolah mengejek Anna.

“Mamaku tidak pernah sayangin aku kayak Mama Anna, jadi aku suka kalo sama Mama Anna. Aku pengen sama Mama Anna terus,” lanjut Vincent lalu menghela nafas dan melambaikan tangannya begitu melihat mobil papanya datang.

Bian langsung menggendong Vincent dan mengangkatnya tinggi-tinggi lalu memeluknya sebelum menurunkannya. “Mama Anna udah sehat, tadi udah ada Tante Lidia nemenin Mama Anna,” ucap Bian sebelum Vincent bertanya.

Vincent bersorak senang mendengar kabar baik itu dari Bian. Ia beberapa kali melompat bahagia lalu mengikuti papanya ke kamar untuk mandi dan istirahat. Sementara Melania mulai memikirkan untuk membiarkan putranya memilih sendiri jodohnya dan sepertinya memang Anna orang yang paling tepat mendampingi Bian dan dapat menyayangi Vincent dengan baik.

“Besok kita baarti bisa main kesana?” tanya Vincent antusias dan kembali meloncat girang begitu Bian setuju untuk menemui Anna esok hari.

 

74
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share