Bab 69 – Keluarga
Vincent
cukup sedih ketika tau Gio sudah lulus dari TK padahal kini Gio sudah tinggal
bersama dengannya. Hana juga mulai ikut kelas bermain dan sibuk dengan
kegiatannya sendiri sebagai anak play group. Hubungan Melania dan Hana tak
sehangat hubungan Anna dengan Devi dulu, tapi Anna tak masalah dan perlahan mulai
bisa memahami bagaimana karakter mertuanya itu.
Anna dan
Bian juga sudah menikah meskipun hanya sebatas mencatatkan hubungan mereka ke
catatan sipil saja. Bukan karena Bian pelit, tapi Bian tak mau menunda dan
membuat ibunya atau orang tua Anna berubah pikiran jika ia tak segera mengikat
Anna. Bian juga tak mau membuang waktu hanya untuk pesta sementara ia bisa
bermanja-manja dengan Anna dan mengajak anak-anaknya bersenang-senang bersama.
“Kamu gak
mau nemenin aku?” tanya Bian pada Anna yang bersiap mengantar anak-anak ke
sekolah.
“Mau,
tapikan udah janji mau anter anak-anak hari ini,” jawab Anna lembut sembari
memakai parfum sebelum mencium Bian yang mengawasinya dari tadi.
“Kamu
terlalu manjain anak-anak, jadi gak ada waktu buat aku.” Protes Bian hampir
setiap pagi sebelum Anna mengantar anak-anak ke sekolah.
Anna
tersenyum mendengar protesan suaminya. Tak berapa lama Hana datang sambil
menyeret tasnya dengan ceria.
“Ama ayo!”
ajak Hana sembari mendekati Bian dan memeluk kakinya.
“Wah anak
Papa, udah cantik,” sambut Bian lalu menggendong Hana. “Udah bawa bekal belum
adek?” tanya Bian sembari mengajak Hana keluar dari kamarnya.
“Sudah, di
bantu Bibi,” jawab Hana yang sukses mengalihkan perhatian Bian yang tak bisa
menolak pesona imut Hana.
“Kakak juga
sudah bawa?” tanya Bian pada Hana lagi yang langsung di angguki Hana.
Anna
tersenyum melihat Bian yang sangat menerima anak-anaknya dan tak membedakannya
sedikitpun. Anna duduk untuk sarapan bersama, mengambilkan makanan untuk Bian.
“Adek kalo
Mama hari ini temanin Papa bekerja boleh tidak?” tanya Anna.
“Teyus adek
gimana sikulahnya?” kaget Hana.
“Nanti adek
di temenin Bibi,” saut Bian.
“Ow, oke!”
Hana langsung setuju dengan begitu mudahnya.
Maka hari
ini Anna bisa menemani suaminya bekerja. Pekerjaan Bian sama sekali tidak
berat, hanya perlu pergi mengecek progres dari bisnis-bisnisnya juga pergi
makan siang dengan beberapa kolega. Anna juga tak perlu banyak bicara atau di
tuntut mengerti semua pembicaraan antara Bian dan koleganya. Bian hanya
memintanya untuk selalu bersamanya dan melihat betapa hebatnya ia ketika
berbisnis atau menjadi pemimpin.
“Mau makan
apa?” tanya Bian yang memegang buku menu.
“Kentang
goreng aja,” jawab Anna sembari menyandarkan kepalanya di bahu Bian sebelum
kembali menegakkan duduknya.
“Kenapa?
Diet kamu?”
Anna
menggeleng. “Masih kenyang,” jawab Anna.
Bian
mengangguk lalu memesankan kentang goreng seperti yang Anna inginkan dan
kembali mengobrol dengan orang-orang yang menjelaskan soal prospek perusahaan
mereka. Tangan Bian juga terus menggenggam tangan Anna, sesekali Bian menatap
Anna ketika genggamannya terlepas karena Anna menikmati kentangnya.
Anna
menyuapi Bian tiap kali suaminya itu menoleh padanya. Sampai akhirnya ponsel
Anna bergetar menerima panggilan masuk dari anaknya. Anna langsung beranjak
dari duduknya, dan Bian langsung menyudahi pertemuan.
“Mama masih
nemenin Papa, Kakak Vin udah pulang sama Adek kan?” tanya Anna memastikan.
“Sudah tapi
Adeknya sedih cariin Mama,” jawab Vincent yang samar terdengar suara tangisan
Hana.
“Yaudah
habis ini Mama pulang,” ucap Anna lembut.
Bian merangkul
pinggang Anna sembari menenteng tas milik Anna yang tak sempat di bawa. Anna
kaget Bian menyelesaikan rapatnya lebih awal dan Bian juga tak malu membawakan
tasnya.
“Yuk pulang
udah di cari anak-anak kan?” ajak Bian yang langsung di angguki Anna sambil
tersenyum sumringah.
“Terus
rapat selanjutnya gimana?” tanya Anna begitu masuk mobil.
“Gampang,
kasian Hana.”
Anna
tersenyum lalu mengecup pipi Bian. “Ga boleh gitu Bi, jangan bikin kerjaan
keganggu. Aku bisa di rumah ngurus anak-anak. Jadi kamu bisa fokus kerja. Aku
juga bisa kasih kegiatan buat Hana juga, biar malemnya kita bisa berduaan.”
Bian
menghela nafas lalu mengecup bibir Anna. “Iya besok lagi kita bagi tugas. Aku
cuma pengen kita lebih banyak waktu bareng aja. Kita gak bulan madu, gak pernah
bener-bener berduaan.”
Anna
menggenggam tangan Bian mengerti pada keluh kesah Bian. Bian memang manja
padanya dan selalu haus kasih sayang, rasanya memiliki anak tidak serta merta
merubah sikapnya itu. Tapi terlepas dari semua hal tersebut Bian cukup hebat
karena sudah berusaha untuk menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya.
“Bi, aku
pengen punya anak menurutmu gimana?” tanya Anna meminta pertimbangan suaminya
sebagai pengalihan pembicaraan.
Bian
langsung tersenyum sumringah dan mengangguk. “Eh tapi kondisi fisikmu gimana?
Kalo gak bener-bener fit atau memungkinkan gak usah punya anak lagi gapapa,
Na.”
“Kita
periksa dulu gimana?” tanya Anna sembari menggenggam tangan Bian.
Bian
menghela nafas. “Tapi gak usah memaksakan diri ya,” ucap Bian agar Anna tak
terlalu risau soal keturunan.
Anna
mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di bahu Bian.
***
Hana
langsung berlari menyambut orang tuanya yang sudah pulang sambil menangis.
Sementara Gio dan Vincent sedang asik berlatih piano bersama guru les
pribadinya. Anna langsung menggendong Hana dan membawanya ke tempat tidurnya.
Bian ikut menemani, memandang Anna yang sedang menenangkan Hana yang tantrum
sebelum akhirnya Hana tidur setelah di beri susu.
“Adek cuma
pengen tidur siang pakek nangis keras-keras segala,” ucap Anna sembari mengelus
rambut Hana dan mengecup keningnya dengan lembut.
Bian ikut
mencium pipi Hana lalu beranjak dari kamar si kecil bersama istrinya. Anna
pergi ke kamar mengganti bajunya dengan daster rumahannya. Anna langsung
menyiapkan makan siang untuk Gio dan Vincent di sela istirahat lesnya. Sebelum
makan sepiring berdua dengan suaminya yang manja.
“Nanti
lanjut rapat lagi?” tanya Anna yang di angguki Bian.
“Tapi cuma
sebentar,” jawab Bian lalu membuka mulut bersiap di suapi.
Anna
mengangguk lalu menyuapi Bian. “Tambah?” tawar Anna yang di gelengi Bian.
“Aku habis
ini mau olah raga, nanti malem pakek baju yang warna merah ya,” pinta Bian.
Anna
mengangguk lalu bangun dari sofa untuk cuci tangan dan memberikan piring bekas
pada pelayan di rumah. Sementara Bian sudah kembali bersiap pergi lagi.
“Nanti Gio
sama Vin di ajak olahraga sekalian ya, biar cepet tidur,” pinta Anna yang jelas
langsung di angguki Bian dengan semangat.
“Nanti aku
bikinin jadwal buat konsul sama dokter,” ucap Bian sebelum pergi dengan ceria.