Bab 38 – Bian & Eve
Sulit bagi
Eve untuk menyiapkan diri bertemu dengan Anna. Apa lagi ia juga di sibukkan
dengan persiapannya sendiri dan Bian juga sibuk dengan kafe yang menjadi mainan
barunya. Ia hanya bisa pasrah mengikuti segala rangkaian acaranya sendiri
sembari mencoba mencari waktu yang tepat untuk menemui Anna.
Hingga
akhirnya acara tunangannya terselenggara. Eve tampak begitu cantik dan menawan
bersama Bian. Keduanya bagaikan putri dan pangeran dari negeri dongeng. Si
cantik yang menjadi pujaan banyak pria dan si tampan yang di gandrungi semua
wanita. Acara tunangan yang di siarkan di TV swasta dan nasional, acara yang
menjadi hari patah hati nasional.
Eve dan
Bian tampak begitu hangat dan di penuhi cinta. Keduanya begitu terang-terangan
menunjukkan kemesraannya. Tapi sayangnya di hari bahagia itu undangan yang
harusnya di berikan pada Anna dan Boni tak sampai. Anna dan Boni jadi kompak
tidak datang karena merasa tidak di undang.
“Mana
Anna?” tanya Bian pada Andy yang ia minta untuk khusus memberikan undangan ke
Anna dan Boni.
Andi
menundukkan kepalanya. “Maaf Tuan, tapi demi kebaikan bersama dan kelancaran
acara…”
Bian
langsung memiting kepala Andy membawanya ke ruang ganti. Bian langsung
menghajar Andy habis-habisan. Andy jelas tak bisa melawan Bian, ia masih butuh
uang dan pekerjaannya saat ini.
“Kak Bian!”
Eve menahan Bian untuk tidak berbuat semakin brutal dan nekat.
“Bisa-bisanya
dia mengabaikan perintahku! Pelayanmu ini benar-benar membuatku muak!” ketus
Bian lalu mengatur nafasnya lalu pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya
dan melatih wajahnya untuk kembali tersenyum ceria kembali.
Eve
benar-benar ketakutan melihat Andy yang di hajar Bian. Eve yang meminta Andy
untuk tidak mengirim undangan pada Anna maupun Boni. Ia merasa momen
istimewanya tak harus di ganggu oleh orang lain. Terutama oleh masalalu Bian.
“Ayo
Sayang!” ajak Bian pada Eve seolah tak terjadi apapun.
Eve
menggenggam tangan Bian lalu kembali menemui para tamunya. Eve takut pada Bian
tapi ia juga tak mau melepaskannya. Hingga acara selesai, Bian terlihat normal
seperti biasanya hingga sampai Bian bisa berdua dengan Eve.
“Padahal
aku pengen undang Anna sama Boni biar bisa liat kalo acaraku lebih bagus,
tunanganku lebih cantik. Andy kenapa bisa bodoh sekali sih…” keluh Bian sambil
menyandarkan kepalanya saat perjalanan pulang.
Eve terdiam,
ia terlalu banyak berpikiran buruk soal Bian. Bahkan meskipun ia sudah berusaha
untuk tidak seperti itu, nyatanya ia tetap memikirkan hal buruk soal Bian. Eve
menggenggam tangan Bian, Bian membalas genggaman tangannya.
“Argh
menyebalkan…” kesal Bian lalu menyandarkan kepalanya pada Eve. “Kok bisa ya ada
orang yang suka banget ganggu kebahagiaanku kayak si Andy,” lanjut Bian.
Deg! Eve
benar-benar syok dengan ucapan Bian. Ia jadi merasa benar-benar tersudut dan
bersalah. Pasti Bian sudah lama menunggu momen ini dan ia dengan bodohnya malah
mengacau semuanya. Konyol sekali! Eve tak bisa membayangkan apa jadinya jika
Bian tau jika ia yang mensabotase semua ini.
“Kak Bian,
aku mau pulang dulu hari ini,” ucap Eve yang perlu waktu untuk merenung.
“Loh
kenapa?” tanya Bian kaget. “Gak! Aku ikut aja ke rumahmu,” paksa Bian yang
akhirnya benar-benar pergi menginap di rumah Eve.
Keluarga
Eve cukup kaget karena Bian yang tiba-tiba menginap. Tapi mereka juga tak bisa
menolak karena keluarga Bian yang mendanai banyak partai yang mengusung Harold
dan memiliki pengaruh begitu besar di dalam pemerintahan. Bian benar-benar tak
bisa di tolak, apalagi Bian sudah sah jadi tunangan Eve.
“Eve mau
kemana?” tanya Bian begitu sudah selesai ganti baju dan langsung tiduran di
tempat tidur Eve.
“Mau ambil
minum, Kak Bian pengen di ambilin juga?” tanya Eve.
Bian
mengangguk pelan. “Air dingin ya,” ucap Bian lalu tetap mengikuti Eve dan
meninggalkan ponselnya di kamar.
Bian begitu
manja pada Eve, Lifi sampai heran dibagian mana keluhan Eve soal Bian. Karena
Bian tampak sangat lembut dan manja, Bian juga cukup sopan dan hangat pada
keluarga Lawrance. Bagaimana bisa ia marah atau menasehati Bian dengan
pembawaannya saat ini. Lifi dan Harold juga ragu jika Bian tidak setia dan tak
mencintai putrinya.
Eve sangat
cantik dan terkenal, semua orang dengan mudah jatuh cinta padanya hanya dengan
melihat fotonya terpampang di baliho iklan atau disosial media saja. Lifi dan
Harold sama-sama tau betapa mempesonanya Eve jadi rasanya mustahil jika Bian
tak mencintainya. Memang sebelumnya ia pernah mendengar kabar jika Bian dekat
dengan putri dari keluarga Seymour. Tapi bagi Harold dan Lifi pribadi Eve jauh
lebih cantik dan mempesona daripada Anna, apalagi Anna sekarang sudah memiliki
pasangan juga.
“Apa Eve
dulu cuma labil ya?” gumam Lifi yang di angguki Harold.
“Ya masih
muda pasti banyak labilnya, udah gak usah ikut campur. Biarin aja,” ucap Harold
yang tak mau ambil pusing soal Eve dan Bian.
Bian dan
Eve kembali lewat, Bian masih cemberut. Harold dan Lifi meringis melihat Bian.
Rasanya mereka seperti baru memiliki anak lagi dan perlu kembali beradaptasi
dengan Bian.
“Kamu pecat
dong! Sebel aku!” rengek Bian pada Eve yang terdengar begitu manja.
“Iya bener
gak usah ikut campur,” ucap Lifi semakin yakin pada hubungan Bian dan Eve.
“Aku sebel
ya kamu lebih mentingin supirmu itu daripada aku!” omel Bian yang masih
terdengar sampai keluar dengan suaranya yang begitu manja.
“Kak Bian…”
Lifi dan
Harold yang menguping jadi semakin yakin jika Bian adalah pria baik dan
benar-benar pantas untuk bersanding dengan putrinya. Apalagi dengan segala
tingkah manja Bian yang jarang terlihat di publik. Terlihat jelas jika Bian
sudah nyaman dengan Lifi.
“Kamu
sayang aku enggak sih?!” rengek Bian lagi.
Lifi dan
Harold menahan tawa mendengar rengekan Bian yang begitu manja pada Eve. Ini
benar-benar jauh dari dugaan mereka yang mengira jika Eve dan Bian akan sulit
untuk akrab. Mengingat Bian terlihat jarang menunjukkan kemesraannya bersama
Eve di publik.
“Kak Bian
gitu mulu!” omel Eve.
Lifi dan
Harold tertawa kecil mendengar Eve yang mengomel pada Bian. Lifi senang
akhirnya putrinya bisa menunjukkan sifatnya yang sesungguhnya pada Bian dengan
leluasa, begitu pula dengan Bian. Keduanya tampak tak memiliki kecanggungan
juga sudah begitu akrab.
“Aku gak
mau makan, gak mau mandi, aku bakal pipisin tempat tidurmu juga kalo kamu
jahatin aku!” ancam Bian.
“Heh!”
jerit Eve lalu terdengar jika ia memukuli Bian.
“Tu kan!
Aku di aniaya juga sekarang!”
Lifi dan
Harold langsung pergi ke kamarnya sudah tak kuat menahan tawa mendengar obrolan
Bian dan Eve.