0
Home  ›  BIANNA  ›  Chapter

Bab 37 – Pertandingan Basket

Beli Karya

Bab 37 – Pertandingan Basket-1

Boni dan Anna sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka sembari mengejar gelar sarjananya. Keduanya benar-benar saling suport satu sama lain. Bahkan banyak pertandingan yang Anna hadiri untuk menyemangati Boni. Konten vlog mereka juga jadi beraneka ragam dan semakin banyak tanpa memposting persiapan pernikahan sama sekali. Mereka ingin membuat kejutan.

Seperti hari ini Boni masih mendatangi sekolahnya dulu bersama Anna. Bian dan gengnya juga datang. Anna duduk di bersama Boni di bangku ketiga. Semua orang mengelu-elukan Bian dan gengnya, Eve jelas ikut hadir disana menemani Bian. Namun Bian terus menatap Anna dengan intens.

Anna terlihat begitu segar dan ceria. Tubuhnya terlihat sedikit berisi dan tak satupun ada yang mendekat padanya. Terlalu banyak anak mentri dan pengusaha top yang bersekolah disini. Anna dan Boni jadi tidak terlalu istimewa. Tapi mungkin karena hal itu Bian jadi semakin iri.

“Dulu kamu ga pernah nonton waktu aku tanding,” ucap Boni sembari menikmati popcorn bersama Anna.

Anna tersenyum mendengar ucapan Boni lalu mengelus lututnya dengan lembut. Boni juga ikut tersenyum keduanya sama-sama tau jika ada dalam posisi yang kurang baik saat itu. Bian ingin mengobrol dan tersenyum bersama Anna seperti yang Boni lakukan. Bahkan persiapan Bian untuk menunjukkan siapa dirinya pada Anna tetap gagal hanya dengan interaksi sederhana Anna dan Boni yang bahkan tak bermaksud untuk melawannya.

“Kak Bian…” panggil Eve karena Bian begitu fokus memandangi Anna yang duduk bersama Boni menikmati pertandingan bahkan ikut bertepuk tangan dan bersorak setelah melihat penampilan para gadis pemandu sorak.

Aku juga akan seperti itu jika jadi bersama Anna, batin Bian yang melihat Boni memandangi Anna yang bertepuk tangan mengapresiasi penampilan para gadis pemandu sorak.

Sadar Bian tak memperhatikannya Eve akhirnya ikut menatap Anna. Anna terlihat biasa saja dengan celana pendek dan jersey basket milik Boni yang ia kenakan juga topi berwarna putih polosnya. Anna bahkan nyaris tak menggunakan riasan sama sekali dan hanya memakai sedikit lipstik. Eve benar-benar bingung apa yang menarik dari Anna hingga Bian begitu menggilainya.

“Para lalat itu serasi ya?” ucap Eve yang sukses merebut perhatian Bian lagi.

Bian memang biasa mengolok Anna saat berdua bersama Eve. Tapi tak bisa ia pungkiri ketika ada orang yang menghina Anna selain dirinya ia tetap merasa marah dan ikut terhina. Rasanya Bian ingin menampar Eve kalau saja ia tak ingat jika Eve adalah calon istrinya.

Bian tak bisa mengangguk atau menunjukkan ekspresi apapun pada Eve. Bian berusaha menatap jalannya pertandingan sampai Bola tak sengaja terpental jauh hingga hampir mengenai Anna. Boni jelas dengan sigap menampiknya kembali kelapangan. Sementara Bian refleks bangun untuk melindungi Anna.

Saat itu pula Eve tau jika Bian masih memiliki rasa untuk Anna. Eve benar-benar sedih tapi ia tak bisa meluapkannya sekarang saat persiapan tunangannya sudah tinggal menghitung minggu saja. Ia tak mau semuanya berantakan dan kandas begitu saja. Eve mencoba tenang dan mengingat nasehat ayahnya, untuk tidak mengambil keputusan saat sedang emosi.

Boni dan Anna terlihat semakin romantis ketika pertandingan mulai membosankan dan Anna bersandar di bahu Boni. Tak berapa lama keduanya meninggalkan lapangan. Bian ingin mengejar Anna tapi Eve ada bersamanya jadi Bian terpaksa membiarkan Anna dan Boni pergi begitu saja.

***

Baca juga Epilog

Boni dan Anna buru-buru pulang ketika di kabari desain undangannya bisa di tinjau terlebih dahulu. Bian yang baru selesai mengantar Eve pulang tak sengaja melihat Anna bersama Boni keluar dari salah satu gerai percetakan. Anna masih mengenakan jersey milik Boni tentunya, jadi Bian mudah mengenalinya.

Anna masuk ke kafe yang ada di dekat sana bersama Boni. Bian mendekat kesana ia ingin mengetahui apakah ada kesempatan untuk bicara dengan Anna. Tapi saat ia mendekat Anna terlihat familiar dengan kafe itu. Ia begitu akrab dengan barista disana yang hafal atas pesanannya. Bian jadi mengurungkan niatnya untuk mendekati Anna. Bian memiliki rencana lain.

Bian kembali pergi ke toko bunga dan mengirimkan bunga pada Anna, tapi berbeda dari biasanya ia tak meninggalkan satupun kartu ucapan dan langsung mengirimnya pada Anna. Bian juga membeli bunga tabur untuk dirinya sendiri sebelum pulang.

“Aku ingin membeli kafe di sudut kota itu,” Bian menunjukkan foto kafe yang tadi Anna datangi pada asistennya. “Berapapun harganya akan ku beli, apapun penawarannya cari cara agar itu jadi milikku!” perintah Bian dengan segala arogansi dan keegoisannya.

Bian tersenyum senang, sebentar lagi ia akan mengejutkan Anna dan Boni atas kafenya. Bian sudah membayangkan betapa jumawanya ia ketika Anna melihatnya disana dan ia akan mengatakan jika kafe itu adalah miliknya. Sementara Bian sibuk dengan segala ide gila dan kekanakannya, Eve dibuat kesal karena Bian yang terus memandangi Anna di lapangan sebelumnya.

“Aku ingin bicara dengan Anna,” ucap Eve pada Andy.

Andy langsung mencarikan nomor telfon Anna dengan segala cara. Eve juga kembali pergi ke rumah Bian ia tak mau perasaannya yang ingin di ratukan dan di manjakan oleh Bian. Eve tak mau ketidak hadirannya bersama Bian menjadi celah untuk Bian dan Anna kembali lagi.

“Kak Bian…” panggil Eve yang langsung maruk ke rumah Bian dan mencarinya ke ruangan Bian.

Bian tidak ada disana, Eve kembali berjalan ke kamar Bian, ia juga tak disana. Eve mencari kesegala penjuru rumah sampai ia tak sengaja melihat Bian duduk di rerumputan taman di bawah pohon mawar sendirian sembari menatap ke tanah yang sudah di tumbuhi rerumputan.

“Anak Papa…” lirih Bian lalu mengelus tanah di depannya.

“Kak Bian…” panggil Eve.

Baca juga Bab 74 – Hamil

Bian mendongakkan kepalanya melihat Eve yang datang menemuinya. Bian langsung bangun lalu merangkul Eve masuk.

“Kak Bian ngapain tadi?” tanya Eve.

“Gak ngapa-ngapain. Kamu jangan kesana, aku suka menyendiri disana,” jawab Bian dengan dingin.

Eve ingin marah tapi melihat Bian yang ke taman benar-benar sendirian bahkan tak membawa ponselnya juga membuatnya percaya begitu saja.

“Kak Bian punya nomernya Kak Anna?” tanya Eve.

Bian menggeleng pelan. “Setelah putus, kami tidak pernah menghubungi satu sama lain lagi,” jawab Bian apa adanya. “Aku hanya tau alamat rumah ayahnya, ayahmu pasti juga tau,” lanjut Bian lalu berjalan masuk ke kamarnya.

Eve mengangguk, ia menyesal dulu tak meminta nomor telfon Anna. Tapi tak selang lama ia mendapat pesan dari Andy yang mengirimkan nomor dari Anna. Tak berapa lama juga asisten Bian memberi kabar jika kafe yang ia inginkan bisa ia beli.

Eve melihatnya dengan sedikit bingung. Kenapa Bian membeli kafe tanpa membicarakan dengannya terlebih dahulu. Tapi tak berapa lama Bian masuk ke ruang kerjanya ia menulis di atas kartu ucapan dan meminta asistennya untuk kembali pergi sebelum Eve sempat tau apa yang mereka bicarakan.

“Kak Bian buat apa beli kafe?” tanya Eve.

“Iseng saja,” jawab Bian yang mendadak dingin pada Eve.

Eve benar-benar bingung dengan sikap Bian. Sebelumnya saat mereka di Swis, Bian bisa bersikap begitu hangat dan manis. Sekarang hanya karena melihat Anna sebentar saja ia jadi bersikap begitu dingin padanya.

“Kak Bian…” Eve mendekat pada Bian lalu memeluknya.

Bian pasrah membiarkan Eve yang langsung memeluknya dan duduk di pangkuannya.

“Kak Bian kenapa cuekin aku?” tanya Eve manja dan sedikit merengek.

“Tidak, aku hanya sedang sibuk saja,” jawab Bian lalu mengelus pinggang dan punggung Eve.

Eve tak percaya sama sekali dengan jawaban Bian. Ia merasa terlalu banyak hal yang Bian sembunyikan. Tapi Eve tak berani untuk mencampuri urusan Bian lebih dalam lagi. Ia masih takut jika Bian membentaknya dan memarahinya lagi seperti dulu. Karena hal Eve hanya bisa berpegang pada ucapan Bian yang mengatakan jika ia tak pernah menghubungi Anna lagi dan rasanya memang benar seperti itu.

***

Anna mengerutkan alisnya bingung. Bunga dengan jenis yang sama seperti yang Bian berikan padanya. Anna jelas tau jika Bian yang memberikannya lagi. Tapi Anna tidak paham kenapa Bian masih memberikan itu padanya. Bukankah dulu semuanya sudah jelas dan Bian juga sepakat untuk melepaskannya.

 

74
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share