0
Home  ›  BIANNA  ›  Chapter

Bab 46 – Investasi

Beli Karya

 Bab 46 – Investasi-1

Menjalani hari setelah menikah dengan segala rasa patah hati dan penolakan yang terus Bian dapatkan dari Anna bukanlah hal yang mudah. Rasanya sebanyak apapun ia bercinta dengan Eve, sebanyak apapun alkohol yang ia teguk, sesering apapun ia menghisap rokoknya, Bian tetap tak dapat menyingkirkan rasa sakitnya. Belum lagi acara baby shower yang Boni adakan untuk Anna berlangsung begitu tertutup. Bian benar-benar kehilangan gairah hidupnya.

“Jadilah sedikit menyenangkan, setidaknya jangan biarkan Anna melihatmu terpuruk!” omel Melania pada Bian setiap kali mendapati putranya melamun dalam kesedihannya.

Dan benar saja Bian menjalani harinya dengan segala kepura-puraan. Berpura-pura menjadi suami yang penuh cinta dan tergila-gila pada istrinya. Memamerkan kemesraan dan keharmonisannya bersama istrinya. Terus tampil ke publik meskipun rasanya setiap waktu yang Bian jalani seperti di neraka.

Seharusnya Eve bisa menggantikan Anna, tapi semakin Bian mengamati Anna dari sosial medianya. Semakin Bian merasa hancur dan berantakan. Bahkan Bian sampai harus menjalani rehabilitasi atas kecanduannya pada rokok dan alkohol bertepatan dengan kehamilan Eve karena semua orang tak mau kehamilan Eve terganggu karena Bian. Bian kini juga selalu dalam pengawasan dokternya.

Badannya semakin mengurus dan kondisinya semakin memprihatinkan. Selera makannya pun juga hilang dan semakin sering berdiam diri di taman belakang sendirian. Tentu hal ini membuat Eve khawatir.

“Kak Bian, makan yuk!” ajak Eve dengan lembut lalu memeluk Bian.

Eve tau apa yang membuat Bian begitu hancur dan Eve tau betul jika Anna adalah satu-satunya obat untuk Bian. Tapi Eve juga takut dan khawatir jika Bian akan berpaling darinya. terlebih saat ini ia juga sedang hamil.

“Beri tau suamiku, perusahaan game milik Kak Boni sedang membutuhkan investor,” ucap Eve pada asisten Bian dengan airmata yang berlinang setelah makan bersama Bian.

“Kamu kenapa nangis?” tanya Bian dengan suaranya yang terdengar lebih serak dari pada beberapa bulan sebelumnya.

“Aku khawatir sama kamu,” jawab Eve jujur lalu memeluk Bian dengan airmata yang tak dapat ia tahan.

Eve sangat mencintaiku, sebentar lagi kami juga akan memiliki anak. Bagaimana bisa aku terus bersikap egois begini, batin Bian karena selalu melihat Eve menangis setiapkali mereka selesai makan.

“Suamiku jadi kurus gini, jadi sakit. Gimana aku bisa gak nangis,” ucap Eve sembari memeluk Bian dan memukul punggungnya pelan.

Baca juga Epilog

Bian tersenyum lalu mengangguk. “Maaf Sayang,” lirih Bian lalu mempererat dekapannya yang membuat Eve semakin menangis. “Aku gapapa, kan sekarang udah gak ngerokok sama minum lagi. Kok masih nangis,” ucap Bian lembut berusaha menenangkan Eve.

“Emang, tapi jadi sering diem. Gak mau makan!” omel Eve sembari berjalan ke kamar bersama Bian. “Aku kangen suamiku yang dulu, aku pengen suamiku sehat. Bisa gendong aku, bisa jagain aku. Gak murung terus gini,” rengek Eve.

“Aku juga gak tau kenapa jadi sejauh ini, maaf Sayang…maaf…” ucap Bian sembari mendekap Eve kembali sembari mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit. “Maafin Papa ya, sering bikin Mama nangis,” lanjut Bian sambil menciumi Eve.

***

Bian memulai harinya dengan serius kali ini. Semalam Eve terus menangis dan memarahinya. Bian mulai bisa memahami perasaan Eve dan betapa Eve mencintainya. Bian masih mencintai Anna, tapi Bian juga tak mau menyianyiakan Eve dan menjadi orang bodoh lagi. Bian makan lebih banyak dan meminta jadwal latihan fisik juga, ia ingin bangkit dari keterpurukannya.

“Tuan, perusahaan Game yang di garap keluarga El-baz membutuhkan investor…”

“Apa mereka memintaku untuk menjadi pemodal?” sela Bian.

“T-tidak Tuan…”

“Yasudah biarkan saja,” ucap Bian yang tak mau fokusnya terganggu dan mulai olahraga ringan kembali.

Asisten Bian langsung mengangguk lalu pergi meninggalkan Bian yang sedang latihan bersama pelatihnya. Eve sudah menunggu di ruang tamu berharap Bian setuju untuk menjadi investor.

Baca juga Bab 74 – Hamil

“Bagaimana?” tanya Eve antusias.

“Tuan tidak tertarik, Tuan hanya bertanya apa mereka meminta Tuan untuk menjadi pemodal? Setelah itu Tuan mengabaikannya,” jawab Asisten Bian.

Eve menghela nafasnya. Sudah susah payah ia mencarikan momen yang pas agar Bian bisa bertemu Anna. Ia juga sudah melapangkan hatinya untuk membiarkan Bian menemui mantan kekasihnya. Tapi Bian malah menolaknya.

“Kalau begitu aku akan berinvestasi disana, lima ratus juta atas nama Eve Lawrance. Tolong di urus,” ucap Eve lalu mencari Bian yang sedang berolah raga.

Bian tampak serius berlatih. Peluhnya bercucuran, nafasnya juga terengah-engah. Tapi Bian langsung tersenyum ceria begitu melihat Eve yang memperhatikannya.

“Aku gapapa, udah sana kegiatan,” usir Bian pada istrinya sebelum Eve kembali menangis dan mengkhawatirkannya.

“Semangat!” seru Eve sementara Bian dengan senyumnya melambaikan tangan mengusir istrinya dengan nafas terengah-engah. “Siapkan es kelapa untuk Suamiku,” ucap Eve pada pelayan di rumah lalu kembali masuk ke kamarnya.

Eve bingung dengan perasaannya sekarang. Ia bahagia Bian setia dan mau kembali sehat lagi. Tapi disisi lain Eve juga tau jika Bian sangat mencintai Anna dan hanya Anna obat dari segala penyakit Bian saat ini. Tapi nyatanya Bian menolaknya. Eve jadi merasa jika Bian terus memaksakan diri untuknya. Untuk keegoisannya dalam hubungan ini.

“Anna cuma perempuan lain, keluargamu suka aku. Keluargaku juga suka sama hubungan kita.”

“Anna perempuan lain? Apa kamu yang merusak kebahagiaanku bersama Anna?”

Pertengkarannya dengan Bian jauh sebelum mereka menikah dulu kembali terngiang di telinga Eve. Eve mengelus perutnya sendiri, ia tak bisa membayangkan betapa cintanya Bian pada Anna. Eve juga tak tau apa yang sudah Bian lalui bersama Anna hingga Bian begitu sakit.

Eve jadi mempertanyakan apa yang ia inginkan sebenarnya dari Bian. Apakah benar ia mencintai Bian atau hanya obsesinya saja? Apakah Bian benar-benar menjaga hati untuknya atau ada tekanan dari pihak lain mengingat Eve juga sering mengadu pada mertuanya. Eve jadi meragukan dirinya, benar-benar ragu apakah selama ini ia merusak kebahagiaan Bian?

“Kalo aku cerai, Kak Bian mungkin bisa ngejar Kak Anna lagi. Terus aku gimana?” batin Eve lalu mendapat tendangan kecil dari janin di perutnya. “Ah, maaf Mama over thingking lagi ya. Maaf ya Adek,” ucap Eve sembari mengelus perutnya.

***

Boni senang bukan main begitu ia tau perusahaan game yang tengah ia bangun mendapat suntikan dana investasi sebesar lima ratus juta dari Eve. Persetan dengan Eve yang berstatus sebagai istri Bian, persetan dengan dana laundry yang mungkin hasil korupsi. Boni hanya peduli pada keberlangsungan perusahaannya yang sedang berkembang ini.

Boni memang benci pada Bian, tapi ia tak punya masalah dengan Eve. Selain itu kemungkinan paling buruk hanya jika Anna bertemu dengan Bian dan Bian tiba-tiba lepas kendali saja. Boni mulai memikirkan cara untuk memperalat Bian dengan Anna. Boni bisa menguras harta Bian dengan menggunakan Anna.

“Terima saja, niat baik harus di sambut baik,” putus Boni menerima investasi dari Eve. “Atur pertemuan juga dengan Nyonya Eve Lawrance,” lanjut Boni dengan senyum sumringahnya.

74
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share