Bab 36 – Parfum
Bian
mempersilahkan Eve masuk kedalam kamarnya. Jelas Bian akan menghabiskan
malamnya berdua dengan Eve sekarang. Berbeda dari sebelumny Eve juga sudah
mempersiapkan diri untuk bercinta dengan Bian.
“Aku pengen
liat kamu pakek ini,” ucap Bian sambil memeluk Eve dari belakang. “Aku beliin
parfum juga,” lanjut Bian lalu menunjukkan hadiahnya untuk Eve.
Eve
mengangguk lalu tersenyum.
“Nanti kita
bisa jalan-jalan juga keliling kota, bagaimana menurutmu?” ajak Bian yang
membuat Eve senang.
“Bagaimana
partymu?” tanya Eve sambil duduk di tempat tidur Bian.
“Tidak
menyenangkan, aku lebih suka saat ada kamu. Tapi aku bukan prioritasmu…”
“Heh! Kata
siapa?!”
“Kamu lebih
memilih kuliahmu daripada aku,” jawab Bian cemburu.
Eve tertawa
menganggap apa yang Bian katakan sebatas gombalan biasa. “Kak Bian juga ga
prioritasin aku,” saut Eve.
Bian hanya
menatap Eve yang berani membantahnya. Anna tak pernah seperti itu padanya. Bian
sadar ini kekanak-kanakan, tapi jujur saja ketika ia melihat Anna kelabakan
menjelaskan padanya Bian sangat menyukainya. Tapi memang Eve bukanlah Anna dan
akan terus begitu.
Eve tiduran
di kepalanya masih sedikit pusing setelah perjalanan jauh, Bian ikut tidur di
sampingnya. “Besok waktu pulang Kak Bian ikut?” tanya Eve.
“Ikut dong,
acara tunanganku masak aku ga dateng,” ucap Bian lalu memeluk Eve. “Kamu masih
capek ya?” tanya Bian sambil menciumi Eve.
Eve
tersenyum lalu menggeleng. “Gak capek, agak pusing aja habis perjalanan,” jawab
Eve lembut lalu membalas ciuman Bian.
“Oh iya
kemarin waktu kamu ke acara keluarga Boni ngasih kado gak?” tanya Bian mencoba
mencari pembahasan soal Anna.
Eve
mengangguk pelan. “Aku membelikan tas, ku lihat Kak Anna jarang memakai tas
bagus,” jawab Eve.
Bian
mengangguk, ia ingin lebih banyak lagi bertanya tapi lidahnya kelu. Ia sudah
memutuskan untuk tidak lagi membahas soal Anna dan ingin menunjukkan betapa
hebat dirinya tanpa Anna.
“Kak Bian…”
“Eve ayo
cepet nikah, aku pengen cepet punya anak,” ucap Bian tiba-tiba menyela ucapan
Eve.
“Hah?!
Kenapa buru-buru sekali?”
“Ku rasa
popularitasmu meningkat belakangan ini, aku khawatir kamu akan berpaling.
Selain itu beberapa hari ini aku sering melihat anak-anak kecil berkeliling di
halaman kampusku,” ucap Bian lalu menghela nafas. “T-tapi kalau tidak mau…”
“Mau! Aku
mau!” jawab Eve dengan cepat.
Bian
tersenyum mendengar jawaban Eve yang begitu antusias. Bian senang dengan cara
Eve memperlakukannya dan mulai belajar menerimanya juga memaklumi perbedaan
antara Eve dan Anna. Malam ini Bian mengajak Eve berkeliling kota, Eve tampak
cantik dan anggun dengan gaunnya. Beberapa kali ia mengambil gambar dirinya
dengan gaun pilihan Bian.
Tapi ketika
Bian membuka jendela mobilnya dan membuka atap mobilnya agar bisa bernyanyi
sambil berteriak di sepanjang jalan Eve menegurnya.
“Kak Bian
jangan, tutup aja,” ucap Eve menegur Bian dengan ekspresi yang terlihat jelas
tidak suka dengan apa yang Bian lakukan. “Aku tidak suka menjadi pusat
perhatian saat sedang berlibur,” ucap Eve lalu terlihat jelas jika ia kesal
dengan apa yang Bian lakukan.
Bian
kembali menutup mobilnya. Benar, Eve bukanlah Anna.
***
Anna
melihat postingan Eve dari ponsel Boni yang ia pegang untuk mempromosikan
kegiatan kampus di sosial medianya. Anna merasa sangat familiar dengan gaun
yang Eve gunakan. Itu sangat persis dengan miliknya dulu. Bahkan postingan Eve
yang memamerkan parfum pemberian Bian juga sama persis dengan parfum miliknya.
“Loh itu
Eve? Aku kira kamu,” ucap Boni yang tiba-tiba duduk di belakang Anna.
Anna
tersenyum lalu mengangguk. “Sayang, ayo ke toko parfum.”
Boni
mengangguk dengan heran, kemarin ia baru melihat Anna membeli parfum baru
sekarang ia mengajak membeli parfum lagi. “Kenapa?” tanya Boni.
“Gapapa,
aku pengen aroma yang baru saja. aku sudah terlalu sering memakai ini,” ucap
Anna beralasan lalu masuk ke kamarnya untuk bersiap pergi.
“Wuwuwuw,
kalau begitu aku saja yang memilih nanti!” seru Boni semangat.
Anna senang
Boni bukan tipe pria yang mudah marah dan menaruh banyak curiga. Boni adalah
pria yang sabar dan penuh pemakluman, tak ada pria sebaik Boni sebelumnya yang
Anna kenal.
“Yuk!” ajak
Anna dengan semangat setelah ganti baju.
Boni
langsung menggenggam tangan Anna lalu menemui orang tua Anna yang sedang
bersantai di ruang tengah. Berpamitan untuk pergi membeli parfum untuk Anna.
Boni kembali mengabadikan momen kebersamaannya dengan Anna. Boni dan Anna asik
memilih aroma parfum yang tepat di temani juga oleh spesialis peracik parfum
disana.
“Aku seneng
udah ganti parfum setelah hampir 4 tahun pakek parfum itu-itu terus,” ucap Anna
lalu menyemprotkan parfumnya di leher dan pergelangan tangannya.
Boni
mengecup kening Anna lalu berjalan bersama ke toko pakaian dalam wanita.
“Persiapan
buat bulan madu gais!” ucap Boni terang-terangan.
Anna
tertawa mendengarnya.
“Kalian
pengen tau gak bakal beli yang mana? Jangan lupa subscribe!” ucap Boni lalu
menyudahi vidionya.
Keduanya
berbelok lalu duduk di kursi yang ada di tengah-tengah mall untuk para
pengunjung. Boni melihat updatean Eve sebelum 24 jam dan hilang. Sementara Anna
menghubungi Lidia dan mengabari jika ia masih di mall.
Boni
langsung paham kenapa Anna meminta untuk mengganti parfumnya. Boni langsung
memeluk Anna lalu menunjukkan postingan Eve.
“Kamu
cemburu sama Eve?” tanya Boni lembut.
Anna
menggeleng. “Aku takut Bian mencoba memaksakan Eve buat duplikat aku,” jawab
Anna jujur lalu menghela nafas dengan berat.
Boni
mempererat pelukannya. “Apalagi yang sama? Ayo kita ganti,” ajak Boni dengan
lembut.
“Gaunnya
ini,” ucap Anna jujur.
“Makasih
udah terbuka sama aku, aku seneng kita sama-sama memulai semuanya bareng. Yuk
cari gaun baru!” ajak Boni lalu bangun dan mengajak Anna berkeliling mall lagi.
Anna
terkejut dengan respon Boni yang tak marah sedikitpun padanya. Tak terbayang di
benak Anna jika ia seperti itu pada Bian. Anna tak bisa membayangkan semarah
apa Bian jika ia memiliki rahasia, begitu berbeda dengan Boni yang bisa
menerimanya benar-benar dengan lapang dada.
“Aku ga
pernah liat kamu pergi sama Bian pakek gaun bagus,” ucap Boni sambil berjalan
ke sebuah butik.
“Aku cuma
pakek kalo Bian suruh doang,” jawab Anna malu.
Boni
tersenyum. “Kalo gitu kita harus beli banyak gaun buat kamu, aku pengen tiap
aku ada kegiatan kamu temenin. Pakek gaun cantik, sepatu bagus yang ada haknya,
pakek lipstik, dandan. Aku suka kamu dandan, tapi waktu aku liat kamu di rumah
lagi masak-masak sambil nyantai juga cantik,” Boni begitu ceria membahas
perasaannya pada Anna.
“Rencanaku
aku pengen sering pakek baju yang sexy buat nemenin kamu istirahat,” ucap Anna
lalu mengecup tangan Boni.
Boni
tersenyum sumringah. “Aku pasti betah di rumah!”