0
Home  ›  BIANNA  ›  Chapter

Bab 17 – Hubungan

"dasp98, novel romance, novel dewasa, dasp world, novel erotis, Hidden Gem Author"

Bab 17 – Hubungan-1

Erwin datang menemui Miranda dengan wajahnya yang memar setelah di hajar Bian. Bian dan Anna juga ikut menjenguk Miranda. Bukan tanpa alasan, Bian tak mau citranya menjadi buruk di hadapan Miranda karena sudah memukul Erwin. Tapi sepertinya setelah Bian menjelaskan Miranda tak terlihat marah sama sekali dan memberi respon yang sama seperti Anna.

“Ayah!” pekik Lidia yang berlari ke kamar Miranda lalu memeluk Erwin.

Bian melihat keluarga Anna yang berkumpul dengan penuh kehangatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya perlahan mundur. Bian ikut bahagia untuk Anna. Tapi ia juga merasa sedih teringat keluarganya sendiri yang dingin dan terasa begitu asing. Bian mengambil foto keluarga Anna yang berkumpul lalu membiarkan keluarga Anna berkumpul sementara Bian duduk menunggu di luar.

“Anna anaknya Pak Erwin, bagus. Aku bisa nikah sama dia, sekarang kita sama,” gumam Bian senang sembari memandangi foto yang baru ia dapat.

Bian membayangkan jika ia menikah bersama Anna nanti akan bisa sebahagia sekarang. Selalu ada masakan rumahan yang disediakan untuknya, selalu ada sambutan hangat ketika ia pulang, selalu ada tempat untuk bercerita dan bermanja-manja. Bian bahkan sudah membayangkan jika mereka punya anak kelak. Kehidupannya akan semakin komplit.

Bian mendongakkan kepalanya sembari memejamkan mata. Membayangkan ketika ia sudah resmi menjadi suami Anna nanti. Bian tak peduli soal status sosialnya, hanya ia, Anna, dan anak-anaknya. Tinggal di vila memandangi anak-anaknya yang bermain di taman. Makan bersama sembari mendengar Anna yang memarahi anak-anak yang sulit makan sayur sepertinya. Benar-benar mimpi yang indah.

“Bian,” panggil Anna lalu duduk di samping Bian.

“Pulang?” tawar Bian.

Anna menggeleng. “Ayah mengajakku bicara, dengan Lidia juga. Sepertinya akan ada pembicaraan serius. Nanti aku akan pulang terlambat, maaf ya,” ucap Anna lembut pada Bian.

Bian mengerutkan keningnya. “Aku di usir?” tanya Bian.

Anna menggeleng, ia tak bermaksud mengusir Bian meskipun memang tujuannya begitu. “Bian…”

“Tidak apa-apa, nanti aku akan menjemputmu lagi. Aku masih ada acara,” ucap Bian lalu memeluk Anna.

Anna mengangguk lalu mengecup pipi Bian dengan lembut. “Tidak usah terburu-buru, aku akan menunggu disini,” ucap Anna sebelum Bian mengecup kening dan bibirnya.

***

Eve menunggu balasan pesan dari Bian. Sudah belasan pesan yang ia kirim tak satupun yang mendapatkan balasan. Eve mulai frustasi di buatnya sampai akhirnya Bian datang menemuinya langsung di rumah keluarga Eve.

Bian sedikit muak dengan pesan yang Eve kirimkan padanya juga telfon yang terus mengganggunya. Biasanya jika Anna bersamanya, Anna akan membacakan tiap pesan yang masuk lalu membalasnya untuk Bian. Anna berperan sangat penting dalam kehidupan Bian.

“Kak Bian…” Eve mempersilahkannya masuk lalu menggenggam tangan Bian menariknya ke taman belakang yang jauh dari pengawasan.

Bian duduk di ayunan berdampingan dengan Eve. Bian menunggu Eve bersuara terlebih dahulu sebelum ia mulai menjelaskan kondisinya dan apa yang ia mau. Tapi Eve malah menangis di sampingnya.

Baca juga Epilog

Bian hanya bisa diam lalu menggenggam tangan Eve. “Anna pacarku, udah dua taun kita pacaran…”

“Terus kenapa Kak Bian gak nolak aku?!” bentak Eve.

“Kenapa bukan kamu yang nolak aku? Bahkan perjodohan ini juga belum benar-benar resmi. Eve kehidupanku bukan cuma soal kamu. Aku punya kehidupan sendiri, ku harap kamu juga begitu. Ayahmu juga belum menjadi calon tetap, biarkan aku puas dengan kehidupanku sekarang. Aku juga tidak melarangmu untuk dekat dengan orang lain sepertiku,” ucap Bian mencoba menenangkan Eve.

“Tapi aku mencintaimu, Kak,” ucap Eve yang kecewa pada Bian.

Bian mengusap wajahnya. Bahkan Anna tak pernah marah, menangis dan memprotesnya seperti Eve.

“Sebenarnya apa yang kamu harapkan dari aku? Dari perjodohan atas politik dan bisnis ini?” tanya Bian dengan tenang sembari menatap Eve.

Eve terdiam tak dapat menjawab pertanyaan Bian. Eve menyadari jika hubungannya dengan Bian bukan seperti yang ada di film-film. Eve menyadari jika Anna bukan lah wanita lain dalam kehidupan Bian, tapi ia yang menjadi wanita lain disini.

Bian menatap Eve dengan bingung. Ia tak tau harus bersikap bagaimana pada Eve. Posisinya sama sulitnya dengan Eve.

“Kalau kamu bisa menolak perjodohan ini, lakukanlah. Aku juga akan melakukan hal yang sama,” ucap Bian memberi saran. “Aku menjalani hidup yang menyenangkan bersama Anna, ku harap kamu juga menemukan kehidupan yang menyenangkan bersama orang yang kamu cintai juga,” ucap Bian sembari mendekap Eve.

Eve hanya bisa diam sembari membalas pelukan Bian. Semua orang mengelu-elukannya, semua pria jatuh cinta padanya, tapi Bian menolaknya. Bian adalah cinta pertama Eve dan Eve ingin Bian juga mencintainya dengan segala cara yang ia bisa. Merubah penampilannya agar mirip dengan Anna sekalipun tak masalah bagi Eve.

***

“Ibumu tau kalau Bian adalah pewaris keluarga Griffin?” tanya Erwin pada Anna.

Anna diam lalu menggeleng pelan. “Bian bilang kalau dia sama kayak aku,” ucap Anna pelan.

“Hubunganmu akan sulit kalau terus memaksakan diri bersama dengan Bian,” Erwin memperningati putrinya.

Baca juga Bab 74 – Hamil

Anna mengangguk, ia sangat tau dan paham apa resiko yang akan ia terima. “Aku hanya menghabiskan waktu bersama Bian, kehidupanku terasa sangat berat tanpa bantuan Bian. Aku tidak berharap kami bisa terus bersama. Aku cukup tau diri, Yah.”

Erwin mengangguk lalu tersenyum. “Bersenang-senang lah, Bian juga bukan pria yang buruk. Aku hanya khawatir putriku akan terluka,” ucap Erwin sembari merangkul Anna.

Anna tersenyum lalu mengangguk. “Bagaimana hubungan Ayah dengan wanita itu?” tanya Anna mengalihkan pembicaraan.

“Tania, kami tidak benar-benar mencintai. Ayahnya seorang gubernur jendral, dan aku haus akan jabatan dan posisi saat itu. Ya, begitulah. Ini sedikit rumit,” ucap Erwin lalu tersenyum getir.

“Tapi Ayah terlihat bahagia…”

“Dimana? Di TV? Di depan publik? Itu hanya pencitraan saja. Ayah tidak memaksamu untuk tinggal bersama Ayah. Ayah tidak tau apakah harus mengatakan ini sekarang atau tidak. Tapi Ibu menitipkanmu pada Ayah. Ayah akan sangat bahagia jikan nanti kalian mau tinggal bersama Ayah.”

“Lalu Ibu? Bagaimana dengan Ibu?”

“Ya, Ibu juga. Kita berempat.”

“Dan Tania?”

“Kita hanya perlu menemuinya saat ia memerlukan kita di depan publik saja.”

Anna tersenyum, ayahnya tetap tak bisa kembali padanya seperti dulu lagi.

“Apa dia sudah tau?”

Erwin mengangguk. “Aku tidak bermaksud membelanya, tapi Tania…dia tidak seburuk itu. Kalian akan di terima dengan baik, Tania juga mengijinkanku untuk kembali bersama dengan Miranda lagi.”

Anna mengerutkan keningnya bingung dan heran pada sikap Tania.

“Banyak hal dan keputusan yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata, beberapa perasaan hanya perlu diterima lalu disimpan saja.”

“Ayah melukai hati Tania juga?”

Erwin menundukkan pandangannya lalu mengangguk pelan. “Mungkin, tapi Tania juga tidak bisa memberi keturunan.”

“Ayah hanya menginginkanku dan Lidia, bukan Ibu?”

“Ayah menginginkan kalian semua, tapi hukum militer dan…”

“Jangan bilang pada apa-apa pada Ibu. Ayah boleh merawat Ibu sampai sembuh, tapi kalau ayah membahas sesuatu yang membuat Ibu sedih sebaiknya Ayah pergi saja,” tegas Anna meskipun ia terlihat sedih atas kondisinya. 

Bab 17 – Hubungan-2


74
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share