0
Home  ›  BIANNA  ›  Chapter

Bab 65 – Diusir

Beli Karya

Bab 65 – Diusir-1

Bian langsung pergi mengantar Vincent kembali pulang. Sepanjang perjalanan Vincent menangis dalam diam, sementara Bian juga enggan menjelaskan apapun. Bian tak pernah semarah ini pada Vincent sebelumnya dan ini kali pertama ia marah juga kecewa pada respon Vincent.

“Bian…” sambut Lifi, mantan mertuanya begitu Bian masuk bersama Vincent.

“Ma ini Vincent mau ikut sama Eve,” ucap Bian lalu langsung meninggalkan Vincent setelah memberikan koper dan putranya itu pada mantan mertuanya.

Lifi tersentum lalu menyambut kedatangan Vincent tentunya, tapi disisi lain ia juga bingung pada apa yang terjadi. Kenapa Bian bisa semarah ini dan kenapa Vincent tiba-tiba di antar ke rumahnya.

“Nanti mama pulang,” ucap Lifi lalu mengajak Vincent masuk.

Vincent mengangguk lalu masuk bersama neneknya, ia sempat menoleh ke belakang. Namun Bian masih tampak marah dan tak tampak sedikitpun menoleh padanya. Bian mengacuhkan Vincent yang membuat bocah itu semakin sedih.

***

“Papa Bian ngapain kesini?” tanya Gio yang melihat Bian kembali masuk ke apartemennya.

“Maaf ya tadi Vin marah-marah,” ucap Bian lalu berjalan masuk ke sofa bersama Gio.

Gio mengangguk pelan dengan alis berkerut.

“Mama mana?”

Gio menunjuk kamar. “Mama tidur sama Hana.”

Bian bangun untuk mengecek kondisi Anna. Benar saja sesuai yang di katakan Gio, Anna sedang tidur sambil memeluk Hana dalam posisi masih menyusuinya. Bian menutup pintu kamar Anna, lalu duduk menemani Gio yang sedang belajar menulis sendiri.

“Wah Gio bisa tulis ya!” puji Bian yang hanya di angguki Gio. “Gio mau sekolah dimana besok?” tanya Bian agar mereka punya bahan pembicaraan dan tidak terlalu canggung.

“Disitu,” jawab Gio sembari menunjuk SD yang ada di dekat apartemen.

Bian melihat kesana, SD negeri biasa yang terkenal banyak anak nakal yang mengganggu taman di gedung apartemennya.

“Tadi kenapa Vin marah-marah?” tanya Gio mengalihkan pembicaraan.

Baca juga Epilog

Bian menghela nafas dengan berat. Ia ragu untuk mengatakan apa yang menjadi masalahnya dengan Vincent. Tapi disisi lain ia juga merasa perlu memberitau Gio pada maksudnya untuk menikahi Anna.

“Em, tadi Papa pengan ngajak Mamamu nikah. Terus Vin marah, kalo Gio boleh gak kalo Papa nikah sama Mama?” tanya Bian yang jadi cemas dengan apa jawaban Gio.

Gio mengerutkan keningnya lalu menggeleng. “Jangan, nanti Mamaku sedih. Sama Papaku aja sering sedih kasian Mama. Kalo Mama sama Papa Bian nanti sering di marahin Vin. Aku gak suka,” jawab Gio sembari menatap Bian dengan tatapannya yang tampak sendu.

Bian terdiam pertimbangan Gio terdengar cukup logis dan dewasa baginya. Sulit rasanya memaksa Vincent untuk menyukai Anna. Bian juga tak mau kembali terpisah dengan anaknya, tapi ia juga tak mau terpisah dari Anna.

“Aku pengen Mama bahagia, tidak sedih, sehat, kayak dulu.”

Bian mengangguk, ia juga mengharapkan hal yang sama seperti Gio. Bian menatap Gio yang kembali belajar menulis. Ada beberapa gambar yang sudah di warnai juga oleh Gio. Cukup rapi dan terlihat jika Gio cukup telaten mengerjakannya.

“Bian…” lirih Anna begitu melihat Bian yang duduk di sofa menemani Gio.

Bian menepuk sofa di sebelahnya, Anna duduk disana dan mengambil minyak angin untuk di oleskan ke tengkuk dan bahunya.

“Istirahat aja Na, aku jagain Gio…”

“Pulang Bi, kamu perlu jelasin sama Vincent.”

Bian terdiam sejenak lalu memalingkan wajahnya sembari menggenggam tangan Anna. “Aku udah anter dia pulang ke rumah Eve, Vin masih emosi di jelasin juga percuma.”

“Bi…” tegur Anna lembut.

Bian memeluknya lalu menciumnya sekilas. “Besok aku atur aja dimana Gio sekolah. Jangan disana,” ucap Bian lembut.

Anna terdiam lalu menatap Bian heran. “Bi, gak usah…”

Baca juga Bab 74 – Hamil

“Besok Ibu masih disini, aku pengen bilang sama Ibuku buat minta ijin nikah sama kamu,” ucap Bian lalu menggenggam tangan Anna.

“Jangan Pa, nanti mama dibikin sedih terus,” tolak Gio yang langsung memeluk mamanya.

“Papa janji gak akan ada yang bikin Mama sedih, janji Papa bakal bikin Mama bahagia,” ucap Bian sembari menangkup kedua tangan Gio.

Gio menatap Anna dan Bian bergantian, dihatinya masih ragu. Tapi beberapa waktu ini setelah keluarganya pindah ke apartemen Gio merasa jika Bian yang selalu ada untuk mamanya. Bahkan ketika Papanya yang memilih wanita lain, malah Bian yang selalu ada untuk mamanya.

***

Eve sedikit kaget melihat Vincent yang ada di rumah keluarganya. Ia sedang mengandung anak keduanya bersama Felix dan kini sedang mengurus resepsi sekaligus acara baby showernya. Vincent sendiri juga kaget ketika melihat Eve hamil dan datang bersama pria lain.

“Mau apa?” tanya Eve ketus pada putranya yang sudah lama tak bertemu dengannya.

Vincent mendekat padanya untuk memeluknya, tapi baru sebentar Eve di peluk ia sudah mendorong Vincent menjauh. “Kenapa Mama gak mau peluk aku?” tanya Vincent sedih.

“Kamu ngapain cari Mama?” tanya Eve kembali.

“P-Pa-Papa bilang kalo mau nikah sama Mama Anna. Aku jadi sedih…”

“Yaudah biarin aja. Orang emang papamu suka sama Anna,” ketus Eve tanpa beban.

Vincent terdiam, ia bingung kenapa mamanya tak bereaksi apapun padahal ia sudah mengkhawatirkan perasaan mamanya dan merindukan mamanya.

“A-aku takut Mama sedih…”

Eve tertawa mendengar ucapan Vincent yang begitu peduli padanya.

“Mending kamu pulang, aku udah punya suami, bentar lagi punya anak juga. Kamu bukan anakku lagi Vincent. Pulanglah, aku jijik melihat wajahmu itu.”

“Kenapa?”

“Apa?”

“Kenapa Mama gak suka aku? Kenapa aku bukan anak mama lagi? Kenapa Mama jijik liat wajahku? Aku sekarang jadi anak baik, aku bisa menulis, aku mau makan, aku bisa baca, bisa berhitung, mewarnai. Kenapa mama gak suka aku?”

Semua orang terdiam mendengar percakapan Vincent dan Eve yang begitu tegang dan terdengar begitu menusuk hati. Lifi langsung mendekat pada Vincent untuk memeluknya sebelum bocah itu menangis, tapi Vincent menolaknya.

“Wajahmu itu mirip sama Papamu. Aku gak suka. Jujur aku menyesal lahirin kamu. Hidupku jadi berantakan sejak ada kamu,” jawab Eve lalu mengambil ponselnya untuk menelfon supirnya. “Kamu pulang aja, aku gak mau di ganggu.”

“Eve…” tegur Felix yang ikut sedih mendengar ucapan ketus Eve pada Vincent.

Vincent langsung menangis mendengar Eve yang mengusirnya. Perasaannya benar-benar hancur dan sedih begitu mendengar ucapan mamanya yang begitu lantang mengatakan jika membencinya. Padahal ia sudah datang jauh-jauh dan bertengkar dengan papanya demi membelanya. Vincent benar-benar menyesali apa yang sudah ia lakukan hari ini. Ia mendorong Anna yang begitu baik padanya, bertengkar dengan Gio yang sudah ia anggap sebagai keluarganya, juga berkata begitu buruk pada semua orang yang selama ini menyayanginya.

“Padahal aku kesini buat Mama, aku pengen melindungi Mama. Kenapa Mama malah benci aku terus! Aku jadi sedih Mama bilang jahat sama aku!”

Eve tak peduli ia menggandeng cenderung menyeret Vincent keluar sembari membawa kopernya keluar. Eve tak peduli pada tangisan Vincent dan langsung memasukkannya ke dalam mobil untuk di antar pulang bersama supirnya ke rumah keluarga Griffin lagi. Vincent hanya pasrah sudah di usir mamanya yang benar-benar menyakiti hati kecilnya.

74
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share