Bab 26 – Undangan Pernikahan
4
tahun berlalu.
Anna
berjalan bersama Boni menyusuri kota setelah pulang kuliah bersama. Keduanya
terlihat bahagia setelah melihat hasil cetakan undangan pernikahannya. Keduanya
sama-sama terlihat puas dengan hasil foto dan persiapan pernikahan mereka.
Sampai Anna terdiam di depan toko elektronik yang memajang TV yang menampilkan
acara pertunangan Bian dan Eve yang di siarkan di salah satu TV nasional.
“Bian…”
lirih Anna.
“Kamu
gapapa?” tanya Boni sembari merangkul Anna.
Anna
langsung mengangguk dengan senyum sumringahnya menatap Boni. Bian sudah
melangkah menjalani kehidupannya yang baru, Anna juga begitu. Pada akhirnya
mereka benar-benar tak bisa bersama, tapi Anna merasa lega karena ia tak perlu
mengkhawatirkan Bian lagi sekarang. Sudah ada Eve di samping Bian dan Anna
senang akan hal itu.
Kling!
Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Anna. Sebuah nomor asing menghubunginya. Anna
menatap Boni seolah meminta ijin padanya. Tapi belum ia membuka pesan itu Anna
langsung mendapat telfon dari nomor itu.
“H-halo…”
ucap Anna takut dan gugup.
“Halo Kak
Anna? Ini Eve,” saut Eve di ujung sana.
“Oh! Hai!
Apa kabar?” sapa Anna dengan hangat dan ceria.
“Baik, Kak
Anna aku ingin bertemu Kakak. Apa Kak Anna ada waktu?” tanya Eve tanpa membuang
waktu.
“Iya, bisa.
Kapan?”
“Bagaimana
kalau nanti sore?”
Anna
menatap Boni. Boni mengangguk memberi ijin. “Boleh, dimana?”
“Di kafe Le
Petit Amore?”
“Boleh.”
“Oke aku
akan menemuimu jam 4 sore,” putus Eve.
Anna
tersenyum lalu menatap Boni. “Eve mengajakku bertemu,” ucap Anna.
Boni ikut
tersenyum lalu menggandeng Anna masuk kedalam mobilnya. “Kalau kamu mau
mengundangnya datang ke pesta kita nanti boleh,” ucap Boni lalu menyetir
mengantar Anna pulang.
“Kamu mau
ikut?” tanya Anna.
Boni
menggeleng sambil tersenyum. “Tidak, itu kan acaramu bersama Eve. Kamu jarang
main sama temenmu, nanti aku mau ketemu temen-temenku juga.”
Anna
tersenyum mendengar jawaban Boni. Dua tahun ia habiskan dalam keposesifan Bian
ternyata masih membuatnya trauma meskipun itu sudah berlalu begitu lama.
“Kamu gak
mau aku nunggu kamu di rumah? Biar kita bi…”
“Enggak,
gapapa. Aku percaya sama kamu. Aku percaya kalo kamu setia,” sela Boni yang
begitu percaya pada Anna.
Anna
mengangguk lalu tersenyum. Boni menghujaninya dengan banyak cinta tanpa
pengekangan. Bahkan Boni begitu mempercayainya, perasaan yang tak pernah bisa
Bian berikan.
***
Eve sudah
duduk selama 30 menit menunggu kedatangan Anna. Eve sengaja datang lebih awal
agar ia bisa menjaga emosinya dan menenangkan dirinya untuk tidak mengamuk dan
meluapkan emosinya pada Anna. Sampai akhirnya Anna datang dengan senyum
sumringahnya lalu langsung memamerkan undangan pernikahannya dengan Boni
mendatang.
“Wah!” seru
Eve yang langsung lega dan senang melihat undangan pernikahan Anna.
Eve
benar-benar senang melihat Anna yang sudah membuka lembaran baru.
Kekhawatirannya jika Bian akan kembali pada Anna langsung sirna seketika. Eve
benar-benar bahagia dan ini jauh lebih membahagiakannya daripada harus melabrak
Anna dan menyuruhnya menjauhi Bian.
“Datang
ya!” ucap Anna lalu duduk di hadapan Eve.
Anna jauh
terlihat lebih sehat, badannya sudah tidak sekurus dulu, kulitnya juga cerah
dan tampak mulus. Begitu berbeda dengan dulu saat awal bertemu dengannya yang
masih bersama Bian.
“Boni, Boni
El-baz?!” tanya Eve begitu kaget dan senang melihat Anna yang akhirnya menikah
dengan Boni.
Anna
mengangguk dengan cepat. “Aku juga tidak menyangka sebelumnya kalau Boni
mengajakku menikah kemarin, semuanya terjadi begitu saja,” ucap Anna yang mulai
bercerita soal kehidupan percintaannya dengan Boni.
Eve
mendengarkannya dengan setia. Anna terlihat sangat ceria dan penuh semangat
menceritakan kehidupannya bersama Boni dan keluarganya saat ini. Setelah puas
bercerita dan saling bertukar kabar keduanya keluar dari kafe Le Petit Amore
milik Bian yang tak sempat Eve katakan pada Anna.
“Kata-katanya
bagus,” puji Anna sembari memfoto sebuah caption yang tergantung disana.
Eve
tersenyum lalu mengangguk. Anna dan Eve berjalan keluar sembari saling
melambaikan tangannya dengan ceria sekaligus memberi pose yang baik untuk para
paparazi yang suka mengikuti Eve.
“Kak Bian!
Tada! Aku dapet undangan dari Kak Anna!” seru Eve dengan ceria menunjukkan
undangan pernikahan Anna saat sedang melakukan video call dengan Bian.
“A-Anna?”
tanya Bian kaget.
“Iya!”
jawab Eve senang. “Bentar,” Eve mengirimkan foto undangannya pada Bian.
Bian
langsung membatalkan asistennya yang hendak memesankannya tiket pulang. Bian
juga langsung mengurungkan niatnya untuk menemui Anna dan menunjukkan kafe yang
ia buat untuknya, untuk mengabadikan cintanya yang masih menggelora, rasa rindu
dan cintanya yang masih tak berubah sedikitpun.
“Kak Bian
mau dateng?” tanya Eve.
“Ehm…” Bian
berdeham pelan. “T-tidak, aku masih sibuk,” jawab Bian gugup lalu mematikan
telfonnya.
Jelas Bian tak akan kuat menghadiri pernikahan dari perempuan yang ia cintai. Hari ini adalah hari dimana ia sangat terpukul dan sangat menyakitkan bagi Bian. Semunya benar-benar kandas, selesai dan tak ada kesempatan lagi untuknya bisa kembali bersama Anna lagi.