Bab 35 – Tunangan
Acara
pertunangan Anna dan Boni akhirnya berlangsung. Eve datang menyaksikan
sekaligus mewakili orang tuanya yang berhalangan hadir. Meskipun rencananya
hanya acara sederhana, nyatanya tamunya hampir 300 orang dan tak di siarkan di
tv seperti kebanyakan publik figur.
“Kak Anna,
selamat ya,” ucap Eve lalu menyalimi Anna dan memeluknya. “Kita ambil foto
boleh ya?” tanya Eve.
Anna
langsung mengangguk dengan senyum sumringahnya. Ia berpose sambil menunjukkan
cincinnya dengan ceria, Eve juga ikut tersenyum sumringah bersamanya. Anna
sebenarnya ingin bersama dengan Boni, tapi Boni asik dengan teman dan sepupunya
yang hadir jadi ia kembali duduk bersama Eve.
“Kak Anna
masih sering kontakan sama Kak Bian?” tanya Eve.
Anna
langsung menggeleng. “Aku sudah lama sekali tidak berhubungan dengan Bian lagi,
oh iya aku dan Boni membuat akun vlog. Rencananya kami ingin mengabadikan
kebersamaan disana. Setelah lulus nanti kami juga ingin cepat menikah,” Anna
mendekat ke telinga Eve. “Ayahku ingin cepat mendapat cucu,” bisik Anna lalu
tertawa bersama Eve.
Eve ikut
tertawa bahagia bersama Anna. Ia benar-benar lega dan yakin sekarang jika Bian
sudah tak berhubungan lagi dengan Anna. Terlebih dengan Anna yang antusias
menunjukkan projeknya bersama Boni.
“Sayang!”
Boni mendekat pada Anna dan langsung merangkul juga mencium keningnya. “Hai!
Eve…” sapa Boni lalu menyalimi Eve.
“Foto dong
Kak, nanti aku pamerin ke Kak Bian,” pinta Eve.
Boni
langsung berpose mesra dengan Anna sementara Eve mengambil gambarnya. “Bilangin
ke Bian, Anna udah jadi punyaku seutuhnya!” ucap Boni lalu tertawa bersama Anna
dan Eve. “Oh iya, habis wisuda nanti
kita mau nikah.”
“Iya, Kak
Anna udah bilang,” saut Eve.
“Udah liat
belum aku bikin Vlog sama Anna,” tanya Boni yang mengulang apa yang Anna
ceritakan padanya sebelumnya.
Eve
mangangguk dengan ceria. Sepertinya apa yang Anna katakan benar, dan Eve
benar-benar hanya perlu fokus pada hubungannya dengan Bian saja.
“Aku mau
ikut kelas mengurus bayi dan mendidik anak. Sepertinya menyenangkan bisa
mengasuh anak-anakku sendiri nanti,” ucap Anna yang di angguki Boni.
“Aku juga
akan menemanimu,” saut Boni antusias.
“Kompaknya,
jadi iri,” puji Eve.
Kling!
Pesan balasan dari Bian masuk setelah Eve mengirimkan fotonya bersama Anna.
‘Tidak
penting, kamu kapan kesini?’ balas Bian yang benar-benar sudah mengabaikan
Anna dan membuat Eve semakin bahagia.
***
“Cantik
sekali,” puji Bian yang terus memandangi wajah Anna. Airmatanya sudah terus
mengalir tak ada hiburan yang menyenangkan bagi Bian. Semuanya membosankan,
bahkan alkohol pun tetap tak dapat membantunya melupakan Anna dan wanita-wanita
penghibur itu juga tak lebih dari sekedar wc umum.
“Anna…”
lirih Bian yang begitu merindukan Anna. Bian benar-benar merasakan rasanya
sakit ketika di tinggalkan oleh Anna yang berpaling pada Boni. Bian benar-benar
merenungkan semuanya, merenungkan keegoisannya yang sering Anna ucapkan ketika
mereka berdebat.
“Sayang aku
mau berubah…ayo kembali, aku merindukanmu…” tangis Bian yang jadi semakin
terpuruk dan semakin sering mengurung diri.
Melania
jelas tak membiarkan putranya terpuruk dalam depresinya begitu saja. Awalnya
memang ia membiarkan ketika Bian sering mabuk dan bermalam dengan banyak
wanita. Ia merasa itu langkah yang lebih baik untuk melupakan Anna daripada
terus berusaha mengejarnya kembali. Tapi kondisi Bian semakin hari malah
semakin memburuk.
Berat
badannya terus turun hingga tulang pipinya mulai terlihat. Sorot mata Bian yang
tajam kini menjadi sendu. Bian kehilangan api dalam jiwanya, ia benar-benar
terlihat putus asa. Sebelumnya Melania mengira jika Bian akan kembali menjadi
putranya yang arogan dan kejam kembali setelah ia berpisah dari Anna. Melania
juga mengira Bian akan jauh lebih garang dan melampiaskan emosinya secara
membabi buta seperti dulu.
Ternyata
Anna merubah Bian jauh lebih besar dari yang Melania kira dalam waktu 2 tahun.
Hanya dalam waktu yang sesingkat itu, Bian benar-benar berubah hampir 180⁰. Kemarahannya kadang masih menggebu, tapi Bian akan lebih banyak
menghabiskan waktunya di dalam kamar dalam kesedihannya.
“Apa benar
Boni sebaik itu padamu? Apa Boni benar-benar lebih baik dari aku?” Bian terus
membandingkan diri melihat foto Anna dan Boni yang begitu bahagia.
Boni yang
hampir memenuhi akun sosial medianya dengan fotonya bersama Anna dan memuji
Anna di hampir setiap kesempatan. Bian mulai membandingkannya dengan postingan
di sosial medianya sendiri yang bersih dari foto Anna. Bahkan saat makan
bersama sekalipun Bian tak menunjukkan Anna.
Bian
kembali menyesali semuanya. Harusnya ia lebih banyak menunjukkan kebersamaannya
dengan Anna pada dunia, bukan malah terus menyimpannya seperti dulu. Harusnya
ia menghabiskan waktu dengan Anna untuk jalan-jalan, bermain, atau pergi ke
tempat-tempat kuliner dan bersenang-senang dengan benar. Bukan malah
mengurungnya terus di apartemen dan bersikap arogan padanya.
Kling! Boni
memposting sebuah vidio singkat bersama Anna setelah acara tunangannya. Anna
menggunakan leging panjang berwarna hitam dengan kaos putih bertuliskan ‘I’m
peace’ sementara Boni menggunakan kaos putih bertuliskan ‘I come in
peace’ sedang berkumpul di rumah keluarga El-baz dengan segala masakan yang
ada di hadapannya.
“Tunanganku,
cantik banget dia,” puji Boni sambil menyoroti Anna yang sedang mencoba manisan
buatan calon mertuanya.
“Ini yang
bikin Ibunya Boni, enak banget. Manis aku suka,” ucap Anna yang malah
memamerkan makanan yang ada di piring kecilnya lalu menyuapi Boni dan berciuman
dengan mesra.
Boni
mengacungkan jempolnya sambil mengangguk setuju dengan ucapan Anna jika masakan
ibunya enak. “Besok aku upload vidio tunangan kita, kalian bisa tinggalin
pertanyaan nanti vidio selanjutnya bakal kita jawabin oke!” ucap Boni menutup
vidio singkatnya.
Tak ada hal
yang lebih Bian inginkan selain ada di posisi Boni saat ini. Bersama Anna
memeluk dan menciumnya dengan leluasa di depan banyak orang. Mengajak Anna ikut
dalam kegiatannya dan mengenalkan Anna pada semua orang dengan penuh rasa
bangga.
“Berhentilah
menjadi stalker,” ucap Melania yang masuk ke kamar Bian.
“Tidak usah
ikut campur!” bentak Bian.
Melania
menghela nafas mendengar bentakan Bian. “Lalu apa kamu mau keluarga El-baz
senang melihatmu terpuruk? Setidaknya jangan menunjukkan kerapuhanmu pada
musuhmu. Ini dasar untuk bertahan,” ucap Melania lalu meletakkan segelas teh di
atas laci sebelum pergi meninggalkan Bian.
Bian ingin
marah pada ibunya yang tak mengerti dan tak pernah mau memahami kondisinya.
Tapi setelah Bian diam dan memikirkan kembali apa yang ibunya katakan, Bian
jadi kembali mendapatkan semangatnya kembali. Bian tertawa sejenak, ia sekarang
paham jika keterpurukannya juga tak akan membuahkan hasil apapun jadi ia harus
menunjukkan betapa hebat dirinya. Bian Griffin yang tak terkalahkan.
***
Bian datang
menyambut Eve yang datang liburan menemuinya. Bian membawa beberapa stafnya dan
berencana untuk membuat vidio kebersamaan juga seperti yang Anna dan Boni
lakukan. Eve tampak kurang nyaman, tapi mengingat dulu Bian juga sering membuat
status saat bersama Anna ia jadi ingin melakukannya juga.
“Kita bakal
bikin chanel juga?” tanya Eve sambil memelu Bian yang membawa buket bunga besar
untuknya.
Bian
terdiam lalu mengangguk dengan ragu. “Tapi ini rencananya cuma buat waktu acara
tunangan nanti aja sih,” ucap Bian lalu mengecup kening Eve.
Sulit bagi
Bian untuk menyembunyikan perasaannya dan menyembunyikan fakta jika ia begini
karena Anna bukan karena cintanya untuk Eve.