Bab 50 – Baby Blues
Eve mencurahkan segala kecemburuannya pada Bian ke orang tuanya. Eve menceritakan semuanya yang ia lihat dari laci milik Bian dengan airmata yang berlinangan. Eve juga langsung menuduh jika Anna sudah menggunakan sihir dan mantra hingga Bian begitu menggilainya. Meskipun tentu saja hal itu tak di percayai Harold dan Lifi karena paham jika putrinya sedang emosi dan tidak rasional.
“Aku tidak
bisa pulang, aku begitu muak melihat wajah suamiku!” kesal Eve sembari
memalingkan wajahnya.
“Eve…jangan
seperti itu…” ucap Lifi lembut sembari mengelus bahu putrinya.
“Ibu gak
ngerti! Aku udah di khianatin suamiku sendiri!” bentak Eve yang langsung
memegangi perutnya.
Eve
mengalami kontraksi yang begitu intens dan semakin menyakitkan hingga air
ketubannya tiba-tiba mengalir keluar begitu saja. Semua orang langsung panik
dan khawatir. Semua bergerak cepat membawa Eve ke rumah sakit.
Bian yang
sebenarnya masih kesal dengan Harold juga segala kebijakannya terpaksa ikut
datang ke rumah sakit. Jefri, Artur dan Maxim memutuskan untuk ikut menemani
sejenak agar Harold tau mereka adalah orang kepercayaan Bian. Tapi terlepas
dari itu semua Bian begitu muak melihat Andy yang ada disana juga.
“Bian…”
panggil Lifi lembut hendak menasehatinya tapi Bian memilih untuk langsung masuk
ke ruang bersalin Eve dan menemaninya bersalin sebagaimana suami siaga
semestinya.
Andy
menatap Bian dengan tajam. Andy benci pada Bian yang terus saja menyakiti hati
Eve. Tak sedikitpun ada rasa hormat dalam pandangannya pada Bian. Jefri, Artur
dan Maxim yang melihat cara Andy menatap Bian jadi merasa tersinggung dan
marah. Tapi mengingat ini di rumah sakit dan dalam kondisi darurat mereka tak
bisa berbuat apa-apa.
“Turunkan
pandanganmu!” tegur Jefri lalu menepuk bahu Andy dan pergi dari sana
meninggalkan Andy dan keluarga Eve.
Andy
langsung menundukkan pandangannya sadar pada siapa ia akan melakukan
perlawanan. Harold juga langsung pergi bersama dengan istrinya. Terlalu banyak
tugas negara yang harus mereka lakukan daripada sekedar menemani Eve dan
menghadapi kemanjaannya.
“Sayang
sebaiknya kita…”
“Berhentilah
memanjakan Eve. Lihat ini!” Harold melemparkan tabletnya pada Lifi. “Bagaimana
bisa elektabilitasku menurun! Lihat semua orang menyoroti Eve dan Bian. Karena
siapa jadi seperti itu ha?”
Lifi
langsung menundukkan pandangannya ia merasa benar-benar bersalah. Ia hanya
merasa jika dulu dirinya kurang mendapat dukungan dan merasa hidupnya tak
seberuntung Melania. Jadi ia ingin membantu Eve agar bisa lebih hebat daripada
Melania.
“Apa?!
Erwin menyetujuinya?!” bentak Harold kaget. “Batalkan sekarang juga!” bentaknya
penuh amarah.
Harold
sudah muak dengan Melania yang mengontrolnya dan menjadikannya sebagai boneka.
Harold merasa statusnya sebagai presiden tak di hargai. Ia ingin menunjukkan
taringnya dan kegarangannya. Ia tak akan membiarkan perusahaan keluarga Griffin
itu semakin menggemuk.
***
Melania tak
terkejut sedikitpun melihat manuver politik yang besannya lakukan itu. Melania
melihat arloji tua milik mendiang suaminya yang selalu menemaninya selama ini.
Melania mengetuk-ngetuknya pelan lalu tersenyum.
“Nyonya,
Nona Eve sudah melahirkan bayi laki-laki dengan selamat,” ucap asisten Melania
mengabari.
Melania
menganguk. “Beberapa hal memang harus di kerjakan dengan tanganku sendiri,”
gumam Melania lalu menghela nafas lalu mengambil ponselnya. “Mainkan sekarang,”
perintah Melania begitu telfonnya terhubung dan langsung mematikannya.
Tak ada hal
yang paling mengerikan selain ketika Melania mulai turun tangan untuk mengatur
semuanya. Wanita bertangan besi itu tak terlihat memiliki perasaan dan belas
kasihan sedikitpun. Hatinya sedingin es dengan rasional dan pemikirannya yang
begitu keras juga ekstrim. Keputusannya akan mempengaruhi banyak hal, Melania
lebih dari sebatas pengusaha. Dia adalah dalang di balik kebijakan para
pejabat.
“Oh Griffin
kecilku…” ucap Melania lembut dan hangat untuk pertama kalinya begitu ia
melihat cucunya sembari mencium pipi bayi kecil itu dengan lembut. “Sudah di
namai?” tanya Melania.
“Aku ingin
memberinya nama Vincent Griffin,” ucap Bian.
Eve
memalingkan wajahnya, ia kesal pada Bian yang menamai bayinya secara sepihak.
Lebih benci lagi karena bayinya laki-laki dan terlihat sangat mirip dengan
Bian. Eve jadi semakin kesal dan jadi jijik pada bayinya itu.
“Namanya
bagus. Vincent Griffin, ayahmu pasti bangga jika tau sekarang sudah punya
cucu,” ucap Melania yang langsung di peluk Bian.
Jarang
Melania menunjukkan sisi humanisnya. Bahkan bisa di hitung dengan jari dalam
seumur hidup Bian kapan saja ia melihat Ibunya itu bertingkah selayaknya
kodratnya dan menunjukkan kasih sayangnya. Bian langsung memeluk ibunya,
meskipun ia ingin melihat ibunya lebih manusiawi sejujurnya bian juga kurang
nyaman melihat ibunya bersedih.
“Ah ini
jadi mengingatkanku pada Ayahmu,” ucap Melania yang langsung tertawa dengan
mata yang sudah berkaca-kaca teringat pada dirinya saat pertama kali menjadi
ibu dan mengawali semuanya berdua dengan suaminya, Pitter Griffin.
Bian
tersenyum setidaknya ia tau jika ibunya masih memiliki perasaan. Melania yang
sedih memilih untuk langsung pergi dari sana begitu saja. Meninggalkan Bian dan
cucu kecilnya setelah mengambil gambarnya ketika Bian duduk di bawah berpose
memeluk box bayinya. Tanpa ada ucapan apapun pada Eve.
Eve jelas
kaget dengan apa yang Melania lakukan. Eve merasa jika ia sudah cukup banyak
melaporkan soal Bian pada mertuanya itu, tapi Melania tak sedikitpun tampak
menegur Bian dan terlihat cuek saja dengan apa yang terjadi. Melania bahkan tak
menanyakan kondisinya sedikitpun.
“Ibu kok
gak tanyain kabarku?” tanya Eve pada Bian.
“Bagi Ibuku
selama masih hidup tidak perlu di tanyai bagaimana kabarnya,” ucap Bian yang
membuat Eve kaget dan hanya bisa melongo mendengar betapa kerasnya Melania.
“Ibu juga begitu padaku, Ibuku memang begitu.”
Eve yang
semula ingin komplain dan marah-marah seketika diam. Ia bingung dengan sistem
pada keluarga Bian yang begitu individual. Ia juga bingung bagaimana didikan
orang-orang pada Bian sebelumnya.
“Jagoan
Papa,” ucap Bian yang begitu bahagia memandangi bayinya lalu meletakkan jarinya
agar di genggam putranya.
Tapi tak
berapa lama Vincent kecil menangis dengan begitu hati-hati Bian menggendongnya
dan memberikannya pada Eve untuk di susui. Tapi Eve memalingkan wajahnya dan
menampik bayinya sendiri.
“ASInya gak
keluar!” tolak Eve yang jelas berbohong karena ASInya sendiri tampak merembes
dan membasahi bajunya sendiri.
“Kenapa?
Kenapa gak mau kasih ASI?” tanya Bian heran lalu langsung menekan tombol untuk
memanggil perawat.
Eve hanya
diam berpura-pura tuli dan tak mau peduli pada bayinya yang terus menangis.
Perawat sudah berusaha mencarikan donor ASI untuk Vincent. Namun Vincent tetap
menangis, Eve bahkan tak mau menggendong maupun menyentuhnya.
Hal ini
benar-benar membuat Bian marah. Tapi ia tak mau bertengkar dengan Eve saat ini.
Selain itu ada dua orang bidan dan perawat yang kompeten dan khusus di hadirkan
untuk merawat Vincent.
“Kenapa
kamu ini sangat menyebalkan?!” kesal Bian lalu meninggalkan Eve sendirian di
kamarnya sementara Bian fokus mengurus bayinya dan Eve lebih memilih menangis
dalam diam menyalahkan Bian atas segala hal yang ia rasa tak sepantasnya ia
terima.
Andi juga
hadir untuk menemani Eve. Tentu saja kabar jika Eve tak mau menyusui dan
menyentuh bayinya ini sampai ke telinga Harold dan Lifi juga Melania. Tak
satupun yang ada di pihak Eve sekarang, mengingat Vincent adalah cucu pertama
dari kedua belah keluarga. Kondisi Vincent juga semakin sering rewel.
“Bungkam
saja mulutnya! Aku benci suara bayi itu!” jerit Eve begitu marah dan kesal
karena Vincent terus menangis sembari melemparnya dengan bantal.
Bian
meminta perawat membawa bayinya menjauh. Semenyata Eve menangis frustasi dan
semakin ia melihat bayinya ia semakin membencinya. Namun karena hal itu Bian
jadi semakin membenci Eve. Bian juga membandingkan Eve dengan Anna yang jelas
tak sebanding melalui vidio singkat yang Boni buat.
Anna
terlihat bahagia mengurus bayinya meskipun belum pernah menunjukkan wajahnya.
Anna juga sempat bercerita soal masalahnya saat mengasuh bayinya, tapi Anna tak
sedikitpun terlihat membenci bayinya. Bian benar-benar berharap jika Vincent
lahir dari rahim Anna bukan Eve agar mendapat kasih sayang yang cukup dari
ibunya.