Bab 54
Alif tampak bingung, takut,
senang dan excited selama berada didalam mobil Aji. Aji mengijinkan Alif
menyentuh semuanya yang ingin disentuh. Mulai membuka kaca mobil, memainkan AC,
menyentuh layar dan memilih lagu atau apalah yang Alif suka, membunyikan
klakson, wiper, semuanya boleh disentuh. Alif juga tidak di marahi ketika
memakan cemilan dimobil dan beberapa remahnya bercecer. Alif boleh juga berdiri
dikursi penumpang dan tidak melulu harus duduk manis, duduk diam.
"Kita parkir dulu ya," ucap Aji
sambil mencari tempat parkir yang kosong.
Nana benar-benar hanya diam selama
perjalanan. Hanya Alif dan Aji yang ribut dan asik mengobrol.
"Sudah... Turun deh... " ucap Aji
lalu memakaikan Alif sandal dan menggendongnya keluar baru ia membukakan pintu
untuk Nana.
Aji langsung berjalan sambil menggandeng
Nana dan menggendong putranya. Rasanya benar-benar seperti mimpi yang jadi kenyataan.
Benar-benar seperti keluarga yang semestinya.
"Aku mau jalan... " ucap Alif
yang merasa tidak enak hati terus di gendong.
Aji langsung menurunkannya lalu manggandeng
Alif di tengah. Diantara dirinya dan Nana. Alif berbinar-binar begitu masuk mall
pertama kali. Banyak lampu, terang, tempatnya bersih, dingin, orang-orang
berpakaian rapi, semua terlihat mahal dan super canggih di mata Alif.
"Kita beli kado di atas ya... "
ucap Aji lalu menggendong Alif lagi saat menaiki eskalator.
Alif terdiam, terkagum-kagum dengan tangga
yang bisa membawanya naik secara otomatis.
"Adek ga pernah ke sini ya? "
tanya Aji pada Alif.
"Iya... " jawab Alif sambil
tersenyum sumringah.
Aji ikut tersenyum melihat senyum Alif.
Sesusah apa nak hidupmu... Batin Aji miris dan sedih. Aji kembali menurunkan
Alif sambil berjalan menuju toko mainan tapi sepanjang jalan Alif beberapa kalo
melihat mobil-mobilan kecil yang beberapa kali dipakai anak-anak memutari
lantai 2 mall.
"Adek mau coba naik? " tanya Aji
yang melihat Alif tidak fokus.
Alif langsung tersenyum malu-malu sambil
mengangguk. "Tidak... " jawabnya tak singkron.
"Kalo sama om, adek mau apa aja
boleh... Mau coba naik mobil? " tanya Aji lagi menawari.
"Mau... " jawab Alif senang.
Nana hanya diam, alisnya berkerut.
Pikirannya was-was tak tenang takut kalau Arif melihatnya atau tetangganya
melihat. Nasip pernikahannya yang tinggal
menghitung hari dan ia yang sudah dicicipi bisa sia-sia.
"Adek cepet beli mainannya terus
pulang! " ketus Nana pada Alif yang sudah memegang mobil-mobilan yang akan
ia naiki.
Alif tampak murung mendengar perintah Nana.
"Aku tidak jadi ya... Maaf... " ucap Alif lalu menjauh dengan sedih.
"Gapapa... " paksa Aji.
"Satu putaran aja gapapa... " sambung Aji lalu mengeluarkan uang
untuk membayar sekali permainan. "Tuh sudah dibayar tidak papa... "
Aji langsung menggangkat Alif dan mendudukkannya ke mobil-mobilan yang
dipilihnya tadi.
"Biarinlah Na... Sekali-kali biar dia
main... " ucap Aji setelah Alif sedikit menjauh bersama petugas yang mengawasinya
bermain.
"Kamu ini tau apa soal nyenengin
anakku! " ketus Nana sambil memalingkan muka.
"Na, menikah saja denganku... Ku
pastikan tidak akan berakhir seperti dulu... Aku sudah menyesal... Setidaknya
untuk Alif... " rayu Aji sambil menggenggam tangan Nana.
Nana langsung menarik tangannya.
"Tidak perlu! Bentar lagi aku nikah, sama mas Arif... Guru ngajinya
Alif... Hidupku pasti bakal lebih baik dari pada sama kamu mas! Dia paham
agama! Mengakui kalo dia khilaf! Ga meninggalkan aku gitu aja! " ucap Nana
menyombongkan calon suaminya.
"Apa jaminannya? " tanya Aji
serius. "Apa ada jaminan dia sesempurna saat ini? Minimal sesempurna
ekspektasimu itu, apa yang menjamin dia akan begitu seterusnya Na? " tanya
Aji lagi yang kali ini benar-benar menyudutkan Nana.
"Apa pentingnya jaminan itu buat kamu?
" elak Nana berusaha terlihat tegar.
"Oh jelas penting! Sangat penting! Ini
menyangkut Alif... Anakku... " jawab Aji.
"Alif anakmu? Bukannya dulu kamu
bilang aku hamil anak orang lain? Bukannya kamu suruh aku gugurin kandunganku?!
Alif bukan anakmu, Alif anakku! Cuma anakku! Aku hamil sendirian, melahirkan
sendirian, membesarkan sendirian! Bisa-bisanya kamu mengklaim Alif anakmu hanya
karena beberapa kali ketemu! Bisa-bisanya! " saut Nana penuh emosi dengan
mata yang berkaca-kaca dan suara yang bergetar.
"Terlihatkan... Kamu cuma cinta aku,
aku yakin... Kalo ga cinta ga mungkin ada Alif... "
"Hubungan intim hanya kebutuhan
biologis! Semua orang bisa berhubungan intim tanpa ada cinta! " potong
Nana.
"Kamu bukan wanita murahan Na, aku
yakin kamu ga semurah itu... " ucap Aji.
Air mata Nana langsung jatuh berlinangan
dipipinya. Ingatannya saat berhubungan intim dengan Arif langsung berputar diingatannya.
Betapa murahnya ia saat ini. Bahkan Arif yang tak pernah menghidupinya, bahkan
menyetubuhinya dengan tempat alakadarnya begitu saja ia mau. Betapa murahnya ia
saat ini.
"Kamu ga murahan Na... Ayo perbaiki
semuanya... Aku... Kamu... Alif... Kita sama-sama lagi... " ucap Aji
sambil menyeka air mata Nana.
Nana hanya menggelengkan kepalanya lalu
menyeka air matanya sendiri. "Yang sudah ya sudah! " ketus Nana.
Aji hanya bisa diam mendengar ucapan Nana.
Aji perlu lebih menahan diri dan slow untuk membujuk Nana agar kembali padanya.
"Kapan kamu nikah? " tanya Aji
lembut.
"Seminggu lagi... " jawab Nana
cepat.
Aji sangat terkejut dengan jawaban Nana. Ia
sudah terlambat begitu jauh hingga ada pria baru yang mencuri Nana setelah
sekian lama.
"Mama! " Alif berlari menghampiri
Nana lalu memeluknya. "Susah ayo! " ajak Alif dengan ceria pada Nana
dan Aji yang dari tadi bersitegang.
"I-iya... " jawab Aji lalu
menggandeng Alif.
Alif langsung melepas sandalnya begitu
melihat karpet yang tergelar diseluruh lantai toko mainan.
"Di pakek aja gapapa... " ucap Aji.
"Tu semuanya juga dipakai sandalnya... Om juga... " sambung Aji.
Alif langsung memakai sandalnya lagi dan
berjalan masuk ke toko mainan. Semua mainan benar-benar memanjakan mata Alif.
Bila dulu cita-cita Alif ingin membuat rumah yang bagus seperti masjid,
sekarang ia bercita-cita membuat rumah yang besar dan bagus seperti mall.
"Dah adek pilih mainan sana... "
ucap Aji lalu duduk dikursi tunggu yang disediakan.
"Mama ayo! " ajak Alif pada Nana
dengan semangat.
●●●
"Buat apa kamu ketemu aku lagi?!"
ketus Zulia pada Arif yang masih saja datang menemuinya entah sekedar menyapa
atau modus padanya.
"Menyambung silaturahmi... "
jawab Arif lalu memberikan plastik berisi lauk buatan ibunya yang harusnya
diberikan pada Nana. "Ibuku yang bikin... Buat kamu..." ucap Arif.
"Kamu dah mau nikah, ga usah ganggu
aku lagi, ga usah deketin aku lagi! " ketus Zulia namun tetap menerima
pemberian Arif karena ada kata buatan ibunya.
"Aku tau ga usah di ingetin aku paham
dek... Aku mau nikah iya... Aku tau... " jawab Arif. "Tapi dulu kamu
bilang mau belajar agama sama aku, jadi aku merasa masih berkewajiban atas
itu... " kelit Arif.
"Sekarang sudah tidak lagi! "
ketus Zulia lalu masuk ke dalam rumahnya dengan kesal. [Next]