Bab 37
Lapor Alice pada Aji yang
jelas membuat Aji panik bukan main saat menerima pesan dari Alice. Aji langsung
bergegas menemui ayahnya, Aji yang semula ingin menemui Nana dan mungkin
merayunya untuk sekedar makan bersama dengan Alif juga langsung mengurungkan
niatnya. Aji hanya peduli pada Alice dan ibunya apalagi ia sudah tau dimana
posisi Alice sekarang.
●●●
Nana duduk di kursi tunggu sambil mendekap
tubuh Alif yang begitu panas. Beberapa kali Nana mengecup kening Alif sambil
membenarkan jaket yang di pakai Alif. Tak lama Arif datang menemani Nana dan
Alif di ruang tunggu.
"Tadi udah di periksa? " tanya
Arif sambil melepas jaketnya untuk menyelimuti Alif.
"Sudah... " jawab Alif yang hanya
di angguki Nana.
Arif tersenyum mendengar jawaban Alif yang
masih mau bersuara.
"Tadi atatku di suntik, tapi aku
nangisnya cuma sebentar tidak lama... " ucap Alif menceritakan
pengalamannya di periksa pada Arif dengan bangga.
"Hebat... " ucap Arif menanggapi
lalu mengecup kening Alif. "Persiapanmu UTS gimana Dek? " tanya
Arif pada Nana.
Nana hanya mengangguk. "Doain ya biar
lancar... " jawab Nana.
"Kapan UTSnya? " tanya Arif
lagi.
"Insyaallah besok..." jawab Nana
lalu menatap Arif. "Nanti aku mau ngobrol sama kamu bisa? " tanya
Nana sambil menepuk-nepuk pantat Alif agar merasa nyaman.
Arif langsung mengangguk setuju sambil
tersenyum sumringah mendengar pertanyaan Nana yang di rasa seperti tawaran
kencan itu.
"Mama, obatnya lama tidak sih? "
tanya Alif yang sudah bosan menunggu sambil menguap.
"Bentar lagi... Sabar ya... "
jawab Nana lalu menutupi mulut Alif yang terbuka lebar dengan dua jarinya
sambil berucap "astaghfirullahaladzim... " bersama dengan Alif.
Tak selang lama setelah menerima obat Nana
dan Alif juga Arif langsung pulang. Memaiki motor Jupiter pinjaman yang di
bawa Arif. Tentu saja sesampainya di rumah Nana langsung mengurus Alif,
menyuapinya makan lalu minum obat dan menemaninya tidur sebentar. Sementara
Arif berbasa-basi dan meminta izin untuk makan di luar sebentar bersama Nana
pada pak Janto.
●●●
Aji tampak panik saat mengabarkan soal
Alice dan ibunya pada Broto, ayahnya yang begitu tempramen. Benar saja usai Aji
mengabari pada ayahnya, ia langsung jadi sasaran pukulannya. Apalagi ayahnya
sempat mengecek transaksi bank yang sudah ia lakukan. Makin kalablah sudah…
Broto langsung menyeret Aji untuk ikut
dengannya ke Bali dengan pesawat pribadinya. Tentu saja di seret ataupun tidak
Aji akan tetap datang menemui ibunya, tapi kali ini sungguh-sungguh
memprihatinkan.
"Tidak usah di cari, tidak usah
pergi... Orang seperti Siwi memang pantas di buang sudah tidak berguna...
" ucap Eyang menghentikan langkah Broto dan Aji.
Aji langsung menarik tangan ayahnya dan
membawanya masuk kedalam mobil mengabaikan Eyang yang makin lama makin kelewatan. [Next]