0
Home  ›  Chapter  ›  My Baby Need A Daddy

Bab 22

Bab 22-1

Wulan kembali ke rumahnya dengan suasana hati yang tidak baik. Sudah di omeli keluarganya, mencari Nana yang tak ketemu, Aji dan keluarganya yang memuakkan, belum lagi perkara berkas perceraiannya. Kalau saja tidak ada Hari yang setia menemaninya bisa gila Wulan hari ini.

"Mau ku buatkan sesuatu? " tawar Hari pada Wulan yang dari tadi diam.

"Tidak... " jawab Wulan singkat lalu masuk ke kamarnya dengan langkah gontai. "Aku mau istirahat..." ucap Wulan sebelum menutup pintu.

Hari hanya diam menghela nafas menatap seorang iron lady seperti Wulan bisa begitu kacau hanya karena cinta. Padahal sebelumnya dalam menghadapi masalah besar seperti tuduhan korupsi dan suap, juga skandal perselingkuhan ayahnya saja Wulan masih kokoh dan bisa santai menyelesaikannya.

Sementara Hari mencemaskan soal Wulan, Wulan sendiri tengah mempertimbangkan apakah keputusannya sudah tepat? Apakah ini adalah jalan yang terbaik untuknya? Apakah ini tidak akan mempengaruhi karir politiknya nanti? Semua perlu banyak pertimbangan berat, pertimbangan matang yang tidak boleh gegabah.

Bahkan Wulan yang sudah lama tak menyentuh mukena dan sajadah itu pun sampai kembali menyentuhnya. Bersimpuh dalam solatnya meminta petunjuk, meminta pertolongan atas segala keputusannya nanti. Ia benar-benar tak mau membuat kesalahan dua kali dalam hidupnya. Cukup sekali ia membuat kesalahan saat membunuh janinnya dan meninggalkan Charles, jangan ada kesalahan lagi.

●●●

Tak jauh beda dengan kondisi Wulan, kini Aji juga tengah bersimpuh dalam do'anya meminta ampunan dan kesempatan untuk memperbaiki semua. Entah hubungannya dengan keluarga, Wulan, atau Nana. Dosanya benar-benar menumpuk.

Flashback ~

Aji menceritakan semua yang sudah ia lakukan dengan Nana sampai hamil. Awalnya Siwi senang dengan berita dari Aji itu, apa lagi ia sudah pernah bertemu dan menginap meski hanya semalam bersama Nana. Tapi rasa senang itu langsung hilang saat Siwi ingat betapa keluarganya menolak Nana. Membuat Siwi jadi sedih.

"Gak usah tanggung jawab! Bikin beban aja si kere itu! " tolak Broto, ayah Aji begitu mendengar cerita dari istrinya.

Sempat terdengar cekcok di antara Broto dan Siwi. Ini pula kali pertama Siwi melawan suaminya, demi orang lain pula. Sampai akhirnya suara Siwi teredam setelah suara tamparan terdengar. Tak selang lama Broto keluar dari kamar dan menguncinya dari luar.

"Pa, Mama kenapa? " tanya Aji yang dari tadi menunggu di luar kamar dengan khawatir.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Bukan urusanmu! Sudah urus saja dulu masalahmu itu! Tidak usah tanggung jawab, buang saja. Harusnya kamu ingat kamu bebas pacaran tapi menikah di tentukan! " ucap Broto yang langsung memarahi Aji.

"Pa, papa apain mamaku? " tanya Aji lagi, tak selang lama setelah pertanyaan Aji suara gedoran dari kamar orang tuanya mulai terdengar. Teriakan Siwi yang minta di keluarkan dari dalam mulai terdengar.

"Istrimu ini emang ga tau tata krama ya Le? " sinis Eyang yang turun dari tangga.

"Eyang aku maunya nikah sama Nana, Nana hamil anakku!" ucap Aji.

"Hah?! " Eyang terkaget-kaget mendengar ucapan cucunya itu. "Kok bisa lonte itu hamil?! " tanyanya setelah cukup tenang.

"Nana bukan lonte, dia pacarku, calon ibu dari anakku. Kita lakukan semua atas dasar cinta... Aku mau nikah sama Nana! " ucap Aji kekeh.

Eyang terus menolak apapun alasan Aji dan apapun permintaannya. Sampai akhirnya ayahnya yang turun tangan.

"Kalo kamu nekat buat sok-sokan tanggung jawab, mamamu bakal nanggung akibatnya! " ancamnya lalu masuk kedalam kamar lagi.

Suara gesper yang beradu dengan entah apapun itu di tambah suara minta ampun dari Siwi benar-benar membuat hati Aji tak kuat. Ia tak mau melihat ibunya terus-menerus di sakiti ayahnya. Belum lagi ibunya juga harus menerima perlakuan sinis dari keluarga besan dan mertuanya. Hati anak mana yang bisa tega melihatnya.

"Oke pa... Oke... Aku nurut tapi jangan sakiti mama! " teriak Aji sambil menangis berlutut di depan kamar orang tuanya.

Flashback off~

Aji kembali memejamkan matanya menyesal kalo saja ia punya sedikit keberanian kala itu pasti tidak begini jadinya. Sekarang bahkan Nana jadi incaran Wulan juga, kalau hanya Nana Aji masih tak begitu khawatir tapi yang jadi masalah adalah ada Alif juga.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Hingga pagi Aji tak bisa tidur dengan tenang, tak bisa terlelap dengan nyenyak. Makan pun sudah tak selera tak tersentuh. Sampai akhirnya ia berfikir sebaiknya pulang kerumahnya dan menyelesaikan semua bersama Wulan secara baik-baik.

●●●

Wulan menghabiskan waktunya selain untuk mengurus perceraian dan mencari momen yang pas untuk bertemu dengan Nana, dengan bermesraan bersama Hari. Entah hanya sekedar berenang bersama, ke salon, memasak, olahraga baik di gym maupun di atas ranjang.

Bahkan Wulan sudah tidak malu-malu lagi untuk berciuman dengan Hari di depan orang-orang yang bekerja di rumahnya. Wulan sudah tak peduli lagi jangankan untuk berciuman, kadang saat tidur bersama pun ia juga sudah tak peduli lagi.

"Mau ketemu Nana kapan? " tanya Hari lalu duduk di samping Wulan.

"Mungkin setelah cerai... " jawab Wulan lalu bermanja-manja dengan Hari.

"Apa yang akan kau lakukan dengannya? " tanya Hari sambil mengelus paha Wulan.

Wulan hanya menggeleng. "Aku hanya ingin menemuinya..." jawab Wulan sambil menghela nafas lalu melumat bibir Hari.

Baik Wulan ataupun Hari sudah di buat hilang akal kali ini. Bercumbu sampai akan bercinta di ruang tengah. Hanya bermesraan saja sudah menjadi larangan yang jelas-jelas haram bagi keduanya. Kini malah lebih parah lagi. Terlebih sampai berani terang-terangan begini.

"Iya Ma, ini lagi pulang... Nanti aku kirim foto kalo dah di dalem... " ucap Aji lalu mematikan telfonnya dan menyalakan kamera ponselnya.

Tapi saat ia memfoto kondisi rumahnya, ia malah mendapati istrinya dengan pakaian yang tersingkap tengah di garap ajudannya sendiri. Tak membuang waktu untuk mendapat barang bukti Aji langsung memfoto Wulan dan selingkuhannya lalu mengirimkan ke ibunya dengan menuliskan pesan "Wulan selingkuh... ".

"Enak? " tanya Aji yang mengejutkan Wulan juga Hari yang tengah beradu di atas sofa dengan desah yang begitu jalang saling mengiringi.

"Mas Aji!" pekik Wulan terkejut melihat suaminya memergokinya tengah bercinta dengan pria lain. Wulan buru-buru merapikan pakaiannya dan berlari ke arah suaminya yang tampak sangat kecewa.

●●●

"Jadi niat kedatangan saya sama ibu saya ke sini buat ta'aruf dulu sama Nana... " ucap Arif yang datang bersama ibunya ke rumah pak Janto.

"Loh mas Ustadz... Apa tidak salah dengar saya ini? " tanya pak Janto antara senang dan terkejut mendengar ucapan tamunya. "Mas Ustadz ini apa ga salah mau ta'aruf sama Nana? " tanya pak Janto lagi yang merasa tak yakin dengan ucapan Arif dan kedatangan ibunya itu. [Next]

Bab 22-2


64
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share