0
Home  ›  Chapter  ›  My Baby Need A Daddy

Bab 20

Bab 20-1
"Dari mana kamu Mas? " tanya Wulan yang sudah menunggu kedatangan Aji.

"Kerja... " jawab Aji singkat lalu masuk ke dalam ruang kerjanya mengabaikan Wulan yang dari tadi menunggunya.

Wulan hanya memejamkan mata lalu mengusap wajahnya dengan frustasi, dengan menahan emosi Wulan melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Aji. Tak tampak Aji di dalam ruangannya, sampai terdengar suara shower yang menyala. Beberapa kali suara hantaman di dinding terdengar dengan geraman penuh emosi.

Wulan duduk menunggu di meja kerja Aji. Tangannya mengecek ponsel suaminya yang kini jadi memakai password. Wulan mencoba memasukkan kombinasi tanggal ulang tahun Aji, gagal. Wulan kembali mencoba untuk memasukkan kombinasi tanggal ulang tahunnya, gagal lagi. Wulan masih mencoba dengan memasukkan kombinasi tanggal pernikahannya, hasilnya sama saja. Sampai Wulan harus menunggu sekitar 30 detik hingga satu menit karena tiap kombinasi yang ia masukkan tak pernah benar.

"Mas, kita harus bicara... " ucap Wulan saat Aji keluar kamar mandi.

"Aku mau istirahat... " tolak Aji sambil melangkah ke lemari berusaha menyibukkan diri, mengabaikan Wulan.

"Tidak enak ya di usir dari rumah pak Janto? " tanya Wulan yang membuat Aji tercekat hingga menghentikan aktivitasnya. "Yasudah, sepertinya ini bukan hari baikmu yang menyenangkan... Sleep well Hubby... " sambung Wulan lalu melenggang keluar dengan santai.

"Dek... Dek... " kejar Aji lalu menarik tangan Wulan. "Kita udah bicara soal Nana, Alif dan keluarganya biar kamu ga ganggu... Kenapa masih di ganggu?! " tanya Aji to the poin dengan kesal.

"Aku tidak mengganggunya, bahkan aku tidak menemuinya kalau saja kamu ga menyempatkan waktu untuk datang ke sana tadi! " jawab Wulan tegas.

Suara gemeletuk gigi Aji yang menahan emosi sedikit terdengar, menunjukkan betapa marah dan kesalnya Aji. Tangannya terkepal, matanya menunjukkan hal yang sama. Hingga ketegangan menyelimuti keduanya.

"Apa? Ada masalah? Tidak terima? Pukul! Tampar! Aku tidak takut! " tantang Wulan sambil mendorong Aji. "Pria pengecut sepertimu pantas mendapat perlakuan buruk! Aku malu sudah menikahimu dan menunjukkannya ke publik! " Wulan langsung berjalan meninggalkan Aji. Tapi belum jauh langkahnya, Aji sudah menariknya dan menyudutkannya ke tembok.

"Kalau sampai kamu ikut campur dan ganggu, aku gak bakal nahan diri lagi buat sebar semua kasusmu! " ancam Aji sambil mencengkram dagu Wulan.

"Sebar saja! Aku tidak takut!" jawab Wulan tanpa rasa takut dan gentar sedikitpun lalu meludahi wajah Aji. "Aku jijik dan muak padamu! Aku tak menyangka sudah menikahi pria dari keluarga bangsawan malah berkelakuan rendahan! Bahkan kalau bukan karena pelancaran ini itu dari keluargaku apa bisa bisnis tekstil keluargamu jalan?! " ucap Wulan menyudutkan Aji. "Aku tak menyangka pria sepertimu hanya bisa mengencingi seorang wanita muda yang begitu belia hingga hamil! Lalu kau campakan setelah tuntas kencingmu! Pria rendahan!! "

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Astaga! " pekik Eyang yang baru saja masuk dan menyemak sedikit pertengkaran antara Aji dan Wulan barusan.

"Eyang?!!" pekik Aji dan Wulan bersamaan.

Brugh! Eyang langsung terjatuh lemas tak kuat dengan apa yang di dengar dan di lihatnya.

●●●

Aji dan Wulan hanya diam saat eyang Tini mulai tenang dan siap menengahi pertengkaran mereka. Wanita tua itu menatap Wulan dan Aji bergantian lalu mulai buka suara.

"Nana sama anaknya itu sudah bukan urusan kita lagi... Dia yang murah, hamil di suruh gugurin ga mau, kita kasih uang buat ganti untung masih ga mau... " ucap Eyang sambil beberapa kali menghela nafas.

"Kamu ini wanita tua tidak punya hati ya?!" Wulan menanggapi dengan sinis dan kesal. "Bagaimana bisa seorang wanita yang paham bagaimana punya anak, hamil, melahirkan, berkeluarga, berpasangan, bisa berkata begitu kejam sepertimu!" kesal Wulan yang sudah tak habis pikir lagi dengan keluarga suaminya yang seborok ini.

Aji langsung menampar pipi Wulan dengan cukup keras. Eyang langsung menutup mulutnya dengan tangan keriputnya saat melihat Aji menampar Wulan.

"Apa-apaan kamu ini?!! " bentak Wulan tak sabar lagi.

"Kamu ini kelewat kurang ajar ke Eyang! Ga masalah kalo kamu maki-maki aku! Tapi jangan kurang ajar ke Eyang!! " balas Aji membentak Wulan.

Wulan dan Aji bersitegang soal tata krama, Wulan yang enggan menghormati dan tunduk di bawah perintah Aji dan para tetua di keluarganya. Sementara Aji yang memaksa Wulan untuk menjaga sikapnya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Bahkan aku tidak pernah sekejam kamu dan keluargamu itu!!" bentak Wulan setelah banyak percekcokan.

"Apa maksudmu kejam? Kamu bakar pasar lama, menggusur kota tua, menyogok KPU. Apa itu tindakan terpuji? Apa itu bentuk kelembutan? Apa itu bentuk keadilan? " serang Aji tak mau kalah.

"Itu sudah lagu lama! Bahkan pembantaianpun sah dalam politik! Setidaknya aku tak sekejam Hitler tak sekeras Kim Jong-un. Toh aku tidak memaksa orang lain untuk menggugurkan anakku, aku tidak merusak moral dan masa depan gadis polos tak berdosa itu, aku tak menculiknya secara paksa dengan embel-embel asrama, aku tidak menipu! Aku berlaku dengan adil! Toh kotornya aku di dunia politik itu hal wajar! Semua halal di dalam politik. Suap, sogokan, penggusuran, kampanye, pencitraan. Semua halal! Setidaknya aku tidak mengemis pada besanku untuk jabatan ceceremehan!! " ucap Wulan yang benar-benar memojokkan Aji dan eyang Tini.

Keduanya hanya bisa tutup mulut, bingung membalas bagaimana. Tangan Aji mulai terangkat kembali siap menampar Wulan lagi. Tapi belum tangannya mendarat pada tubuh Wulan, Hari langsung menangkap tangan Aji dan menghempaskannya sebelum mengenai Wulan.

"Panggil pengacaraku, urus perceraianku. Dengan gugatan KDRT... Ku rasa pengesahan RUU PKS[1] memang harus segera di sahkan... " sindir Wulan lalu berjalan masuk ke kamarnya. "Bibi!" panggil Wulan dengan berteriak memanggil asisten rumah tangganya.

Tak selang lama wanita paruh baya yang di panggil Wulan itu datang dengan tergopoh-gopoh. "Ada apa Non... " tanyanya siap menerima perintah.

"Kemasi semua barang-barang punya Aji. Besok siang harus sudah selesai..." perintah Wulan. "Keluarkan dia dan tua bangka itu! " ucap Wulan pada Hari.

Aji kaget bukan kepalang, tak menyangka Wulan akan setegas ini padanya. Ia tak menyangka wanita yang begitu ia bela dan ia banggakan itu akan mengusirnya dengan tanpa hormat. Ia tak menyangka bahkan setelah banyak pengorbanan dan begitu banyak kepercayaan keluarganya pada Wulan, ia bisa dengan teganya membuang nenek juga dirinya.

"Wulan... Dek... " panggil Aji yang mengejar Wulan. Tapi sayang Wulan langsung mengunci pintu begitu ia masuk tanpa peduli lagi dengan Aji yang menggedor-gedor dan memanggilnya di luar sana.

●●●

"...sudah jangan galau lagi, nanti kalo emang jodohmu pasti ada jalannya... Tapi ibu ga menghalangi kamu, kamu yang lebih paham gimana calonmu, gimana cewekmu... Selama kamu nyaman ibu merestui... " ucap Jamilah, ibu Arif dari telfon.

"Iya Bu... Insyaallah kalo sudah mantap sudah yakin nanti Arif ajak ketemu... " ucap Arif lega setelah menceritakan semua tentang Nana secara detail pada ibunya.

Benar-benar tak ada yang ia tutupi, dari siapa Nana, orang tuanya, Alif, bahkan masalalu kelam Nana juga. Arif berusaha sejujur dan seterbuka mungkin pada ibunya, daripada ia harus menyimpan bom waktu dalam ketakutan. [Next]

Bab 20-2

[1] Penghapusan Kekerasan Seksual




64
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share