BLANTERORBITv102

Bab 03

Sabtu, 23 September 2023

Nana mulai mencari lowongan pekerjaan juga info tempat tinggal yang lebih murah dari yang sekarang. Tiap hari selalu ada makanan yang di antar ke sekolah atau rumah kontrakan yang sekarang. Seminggu sekali ada buah dan kebutuhan lainnya, tapi masih saja Nana tak menerima balasan dari pesannya.

"Assalamu'alaikum..." panggil seorang wanita paruh baya dari balik gerbang.

"Wa'alaikumsalam..." jawab Nana dari dalam lalu buru-buru keluar rumah. Ya ampun ngapain tante kesini! Batin Nana panik. "Tante mau kesini kok ga bilang-bilang... " sambut Nana seperti biasa.

"Mas Aji mana?" tanya Yuni pada Nana yang terlihat hanya sendiri di rumah.

"Pergi Tante... " jawab Nana berusaha menutupi.

"Ealah... kalian kapan mau nikah? Ga baik cowok cewek tinggal seatap kalo belum nikah. Ommu bisa ngamuk kalo sampe tau kamu nekat..." ucap Yuni menasehati sambil meletakkan bungkusan yang di bawanya. "Ini tante bawa durian montong kesukaanmu. Kebetulan dapet panenan ommu itu... "

"Huek... Huek..." seketika Nana mengutup mulutnya saat rasa mual seketika menyerang. Nana langsung berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Tumben Nana muntah gitu... Apa sakit ya? Batin Yuni melihat keponakannya yang tiba-tiba muntah.

Cukup lama Nana muntah-muntah sampai ia keluar dengan lemas hingga pingsan setelah terduduk lemah di depan kamar mandi. Tak banyak yang Nana ingat dan rasakan selain tubuhnya yang kehilangan energi hingga tak sadarkan diri.

●●●

Perlahan Nana membuka matanya, beberapa kali ia mengerjab sebelum akhirnya ia terbangun. Gorden hijau sebagai skat pembatas yang pertama kali di lihatnya. "Astaghfirullah..." bisiknya pelan saat melihat infus di tangan kirinya.

"Dah bangun?" Yuni dengan mata sembab.

"Aku kenapa Tante... "

"KAMU PULANG KE RUMAH OM! JELASIN SEMUANYA!" potong Bram, adik ayah Nana yang selama ini membiayai dan mengasuh Nana.

Nana hanya memejamkan matanya dengan berat dan cukup lama. Habis sudah nasibnya. Nana yang awalnya sudah merencanakan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya  dan menyimpan rahasia sendiri jadi hancur berantakan. Semua rencananya berantakan.

Mau tidak mau Nana harus menghadapi keluarganya. Tidak ada tempat untuk kabur lagi. Tidak ada lagi yang bisa ia sembunyikan. Apa lagi sampai Bram tau begini. Habis sudah.

"Mas, tolong jangan terlalu keras sama Nana..." bujuk Yuni samar terdengar tengah menenangkan suaminya yang di bakar amarah.

"Aku kecewa Dek! Susah payah aku didik Nana! Ku sekolahin! Ikut bimbel [1]juga! Gimana bisa sampe kayak gini?! Astaghfirullah... " suara penuh emosi dari Bram terdengar gemetar.

Pria tinggi gagah yang bekerja sebagai Polantas [2]itu tampak begitu kecewa. Bahkan sampai menangis saking sedih, marah, dan kecewa dengan kelakuan ponakan yang selama ini ia anggap anak sendiri. Bagaimana tak kecewa, setelah ia kehilangan putra semata wayangnya yang meninggal karena kecelakaan. Kini putri kakaknya yang ia anggap anak sendiri malah hamil duluan.

Air mata mengalir begitu saja dari mata Nana mendengar kekecewaan demi kekecewaan dari om tantenya yang sudah menjadi orang tua sambung selama ini. Nuraninya tercabik-cabik mengingat betapa bodohnya ia. Betapa mudahnya ia terlena dengan janji manis yang tak pasti.

Mimpi hidup bersama dan menjadi istri dari pria yang ia pacari sejak duduk di bangku kelas sebelas itu sirna begitu saja. Jangankan menjadi istri, sekarang ada untuk menemani saja tidak. Ah itu masih halu, Aji mau membalas pesannya saja rasanya seperti mukjizat.

"Mas Aji... Kenapa kamu tega sekali..." lirih Nana pelan sambil mengelus perutnya yang masih datar. [Next]



[1] [bimbel] bimbingan belajar

[2] [POLANTAS] Polisi Lalulintas


Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.