0
Home  ›  Chapter  ›  My Baby Need A Daddy

Bab 28

 

Bab 28-1

Acara pertemuan keluarga Aji dan Wulan akhirnya berlangsung. Baik Aji maupun Wulan sebenarnya tak mau sampai begini. Apalagi sampai kakak-kakaknya ikut datang begini.

"Sudah ambil saja sisi positifnya, setidaknya tidak perlu menunggu lebaran agar bisa berkumpul... " ucap Alice yang ikut duduk dalam rapat keluarga kali ini.

Karena tak mau ada rasa tertekan atau tersudutkan dan enggan ada intervensi dalam pertemuan kali ini sengaja di pilih hotel yang bukan milik kedua belah keluarga.

Hidangan demi hidangan di nikmati sambil mengobrol dan saling tanya kabar, basa-basi sebelum ke acara inti. Ahli hukum juga ikut dalam rapat hari itu lengkap dengan berkas-berkas tuntutan kedua pihak.Mulai dari aset, tanah, rumah, deposit, harta bergerak, semua di bahas.

Sampai akhirnya sampai pada pembahasan alasan kenapa Aji dan Wulan memilih untuk bercerai. Dari pihak Aji di wakili Eyang langsung menyerang. Wanita tua itu langsung menyudutkan Wulan tanpa memberinya celah untuk membalas atau membela diri.

"Mau bagaimanapun juga yang terjadi sama Aji itu kan masa lalu! Sudah terlewat jauh! Bahkan selama menikahpun tetap bersama Wulan meskipun ga punya anak! Ga selingkuh! " ucap Eyang yang mulai menuding-nuding Wulan yang dari tadi tertunduk.

Wulan hanya diam tertunduk, Aji sendiri juga sesekali menundukkan kepalanya melihat pesan masuk ke ponselnya.

Aji hanya menggeleng pelan sambil menatap Wulan.

Aji langsung membelalakkan matanya dan dengan refleks menggebrak meja hingga semua terdiam.

"Wulan salah, memang Wulan salah... Tapi aku masih suami sahnya sampai saat ini, aku belum menalaknya... Jadi masih menjadi hakku untuk melakukan apapun pada Wulan!" ucap Aji lalu bangun dan beranjak keluar di susul Wulan yang mengejarnya.

Baik Aji maupun Wulan sama-sama mengabaikan pandangan keluarganya. Tatapan tajam dari para tetua di keluarga pun juga di abaikan. Ini pula kali pertama Aji melawan di depan Eyang dan orang tuanya pula.

Argh! Wanita gila ini ternyata sudah bertemu Alif... Pasti sudah banyak bicara dengan Nana juga! Ck! Sialan... Maki Aji dalam hati.

"...biar aku bernegosiasi dengan Aji... " Wulan kembali mengirim pesan pada kakaknya. "...lanjutkan saja negosiasimu... " sambung pesan Wulan lainnya sambil berjalan cepat menyusul Aji masuk kedalam lift.

"Kamu apain anakku?! " tanya Aji begitu Wulan masuk dan pintu lift tertutup.

"Tidak ku apa-apakan Mas, aku cuma iseng ketemu buat jahit baju... " jawab Wulan.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Aji langsung menatap Wulan dengan sangat kesal. "Aku bisa benar-benar menceraikanku dan membongkar semua aibmu tanpa ampun! Berhentilah mengganggu anakku! " tegas Aji penuh emosi sambil menjambak menyudutkan Wulan ke sudut lift.

"Berhentilah ada cctv di sini... " gertak Wulan mengingatkan Aji agar tidak sembrono.

Aji mundur dan melepaskan Wulan lalu menggandengnya keluar begitu pintu lift terbuka. Aji langsung membawa Wulan masuk kedalam mobil lalu membawanya melaju pergi menjauh dari hotel tempat pertemuan itu. Wulan dan Aji sama-sama diam enggan bicara sebelum benar-benar keluar dari lingkungan hotel.

"Apa ada yang mengikuti? " tanya Aji pada Wulan sebelum akhirnya memilih untuk berbelok ke mall.

"Tidak... Ku rasa tidak... " jawab Wulan setelah memperhatikan sekeliling.

"Kamu mau apa? " tanya Aji to the poin sambil mencari tempat parkir.

"Aku akan menarik tuntutanku soal KDRT, jadi tolong cabut juga tuntutanmu soal perselingkuhan dan bukti-bukti yang kamu sertakan itu... " jawab Wulan. "Sebagai gantinya, kita ajukan karena ketidak harmonisan dan apalah nanti bisa di urus. Ketidak cocokan, kesibukan... Soal harta... "

"Aku tidak menyoal harta... " sela Aji.

Wulan menghela nafas ketika negosiasinya di sela. "Aku tau, tapi bagaimanapun kamu butuh... Kita ini sama-sama boneka... Itu alasan kenapa aku ketemu Nana... " sambung Wulan.

"Maksudmu?! " Aji langsung menginjak pedal rem secara mendadak.

Duak! Sebuah mobil sedan menabrak bemper belakang mobil Aji cukup keras hingga Aji dan Wulan terantuk ke depan nyaris menatap kaca. Keduanya langsung menoleh kebelakang, beruntung keduanya tidak kenapa-napa.

"Iya... Kalau kita membagi dua harta kita. Setengah untuk kita, setengah lagi untuk Nana. Lalu setengah yang kita punya kita bagi dua lagi. Jadi aku seperempat kamu seperempat... "

"Tunggu kenapa aku jadi bingung?! " sela Aji.

Tuk... Tuk... Tuk... Seorang wanita paruh baya mengetuk kaca jendela Aji.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Mohon maaf Mas... Mobilnya... "

"Tidak apa-apa Bu... Tidak masalah... Ibu tidak apa-apa ?" tanya Wulan yang langsung memotong ucapan si Ibu dan turun dari mobil bersamaan dengan Aji untuk melihat keadaan.

"A-aku baru saja mempunyai SIM harusnya aku tidak membawa mobilku sendiri begini..."

"Tidak apa-apa... Tidak apa-apa... " potong Wulan yang di angguki Aji lalu menundukkan kepalanya sedikit dan kembali masuk ke dalam melanjutkan pembicaraan.

Aji langsung parkir begitu melihat ada ruang kosong, lalu kembali turun melihat bempernya uang jadi penyok. Tapi baginya itu tak masalah sekarang yang terpenting ada tempat untuk berdiskusi. Aji dan Wulan langsung berjalan masuk menuju tempat karaoke. Sebelum benar-benar memulai diskusi.

●●●

Nana langsung sibuk menjahit kain sesuai pola yang sudah di potongnya. Kali ini Nana benar-benar berusaha maksimal untuk mengerjakan jahitannya serapi dan sebaik mungkin untuk Wulan. Bahkan Alif sampai di asuh Arif seharian. Tapi itu bukan masalah, toh malah jadi kesempatan bagi Arif agar lebih dekat dengan Alif.

"Mama... Sudah belum jahitnya? " tanya Alif begitu sampai rumah bersama Arif.

"Sedikit lagi ya... " jawab Nana.

Alif langsung cemberut lalu memeluk Nana dari belakang sambil menyembunyikan wajahnya. Sementara Arif hanya diam duduk menatap interaksi Alif dan Nana.

Apa aku bisa mengayomi mereka? Apa aku mampu? Batin Arif. "Mama Alif... Dua bulan lagi aku pindah tempat buat pengabdian... " ucap Arif.

Nana langsung menghentikan pekerjaannya untuk menatap Arif. "Loh cepat sekali Mas?! Lalu bagaimana? " tanya Nana dengan suara yang makin pelan dan sedikit sedih.

Apa dia cuma main-main? Apa dia gitu ke setiap tempat baru? Apa aku salah ga nerima mas Aji lagi kemarin? Batin Nana yang langsung su'udzon.

"Aku mau kamu ikut aku, jujur Na... Aku cuma pengen kamu mendampingi aku. Tapi rasanya aku terlalu egois kalau seperti itu... Jadi aku mau memberikan kebebasan buat kamu, pendidikanmu juga karirmu. Aku takut kamu merasa terkekang dan tidak bahagia sama aku... " jelas Arif dengan sedih.

Nana hanya bisa diam sambil menghela nafas panjang.

"Na... Aku takut kalo kamu lebih pilih mantanmu, aku ga semewah dia. Tapi aku juga ga larang kamu buat berhubungan baik dengan dia, kenalin Alif ke dia... " sambung Arif.

Nana hanya mengangguk pelan lalu menundukkan pandangannya.

Apa dia benar-benar jodohku? Apa ini nyata? Bahkan pendosa sepertiku bisa dapat pria sebaik Arif... Apa aku mimpi? Batin Nana tak yakin.

"Mas, biar aku berfikir dulu... " ucap Nana yang di angguki Arif dengan senyum.

Apa kalau aku kuliah nanti bisa adil? Apa gunanya kuliah kalau nanti suami dan anakku ga terurus? Kalau aku jadi wanita karir tapi lupa diri apa bagusnya? Aku mau jadi ibu dan istri yang baik, mencari ridho suami dan Allah lalu masuk surga. Tapi kalau aku tidak kuliah, bekerja, menjadi wanita karir... Aku akan di buang lagi, aku hanya sampah masyarakat, aku cuma jadi beban buat mas Arif. Batin Nana bingung. [Next]

Bab 28-2


64
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share