BLANTERORBITv102

Bab 60

Sabtu, 30 September 2023

 


Sesampainya Aji dirumah tampak Siwi yang kembali asik didapur. Rasanya Broto benar-benar memenuhi janjinya untuk tidak lagi serumah dengan Eyangnya.

"Kok lama datengnya... " sambut Siwi lalu memeluk erat putranya. "Mama kangen... " sambungnya.

"Mama lagi bikin apa? " tanya Aji yang masih memeluk mamanya.

"Puding coklat, kesukaanmu. Tadi kamu dari mana? "

"Abis ketemu anakku lah, ngajak jalan-jalan ke mall dulu, makan... " jawab Aji senang. "Aku pengen bawa anakku kesini... " sambung Aji. "Sekali saja ga masalah... Aku pengen bawa dia main di sini... "

"Boleh, ajak Nana juga... " ucap Siwi senang dengan harapan putranya.

Aji hanya mengangguk sambil tersenyum senang mendengar ucapan ibunya yang mengizinkannya membawa Nana dan Alif kerumah.

"Nanti biar mama bujuk papamu... " ucap Siwi yang makin membuat Aji senang.

●●●

"Terima saja Dek, biarin mas Aji kalo mau menafkahi Alif. Anggap saja itu caranya menebus dosanya... Nanti biar aku usaha cari kerjaan yang hasilnya lebih banyak lagi... " bujuk Arif setelah pergi.

"Kamu habis dari mana Mas? " tanya Nana khawatir.

"Dari pondok, ngobrol-ngobrol... Maaf aku marah... " jawab Arif lalu memeluk Nana dan mengecup keningnya. "Setelah merenung kayaknya gak masalah kalo mas Aji mau menafkahi Alif, kamu jangan terlalu kaku juga... Gimanapun mas Aji itu bapaknya Alif... " sambung Arif membujuk Nana.

Nana hanya mengangguk patuh, ia tak mau ada masalah lagi dengan Arif seperti semalam.

"Yaudah aku mau mandi... " ucap Arif lalu melepaskan pelukannya dan berjalan ke kamar.

Di lepasnya baju yang ia kenakan. Tak ada kaos yang biasa ia kenakan sebagai dobelan, ada beberapa bekas cakaran dipunggung, ada bekas seperti ruam di dadanya. Nana hanya diam. Tak berani menduga-duga meskipun ia jelas ingat setiap bercinta tak pernah mencakar atau memberi tanda. Maklum Arif tak sepanas Aji bila diranjang.

"Kenapa liatin terus? " tanya Arif deg-degan.

Nana hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Alif kemana? " tanya Arif.

"Tidur... " jawab Nana yang langsung dihempaskan Arif hingga tertidur diranjang dan pasrah dibawahnya. 

Arif langsung mencumbu Nana. Tapi sehebat apapun yang Arif lakukan rasanya tak dapat benar-benar memuaskan Nana. Apalagi ucapan Arif barusan soal Aji, membuat Nana kembali mengingat saat-saat panasnya bersama Aji.

Dicumbunya tiap jengkal tubuh Nana, sungguh Arif merasa bersalah saat ini. Bahkan tubuh istrinya lebih Indah, jauh dibanding Zulia. Terlepas bagaimana masa lalunya. Ada rasa menyesal sudah mencicipi tubuh wanita lain. Ada rasa khawatir juga yang muncul dalam benaknya.

Bagaimana bila Zulia hamil setelah tadi yang dilalui bersama. Bagaimana bila rencananya gagal. Bagaimana bila... Bagaimana bila... Pikiran buruk terus terlintas.

Semua akan baik-baik saja... Batin Arif yang yakin tadi tidak keluar di dalam.

●●●

"Dari mana kamu nduk? " tanya Abah yang sudah menunggu kedatangan Zulia dari tadi.

"Abis keluar ke angkringan bentar doang! Abah kok kepo banget sih! " jawab Zulia yang langsung memasang nada tinggi.

Abah hanya diam mendengar putrinya yang jadi pemarah begini sejak tergila-gila pada Arif yang sudah jelas jadi suami orang. Suara bantingan pintu terdengar, Zulia kembali mengurung diri di kamar. Begitu terus sejak Abah tak setuju akan hubungannya.

Zulia menatap dirinya dicermin meja riasnya. Dilepaskan krudung bergonya, dilihatnya leher dan dadanya. Aman, masih aman. Dibukanya kaos panjang yang ia kenakan. Kembali ditatapnya tubuhnya yang kini telanjang dada. Branya di lepas, sambil menatap punggung lalu kembali ke dada. Ditatapnya perubahan pada kedua puting payudaranya.

Terasa bengkak, bahkan sensasi terhisapnya masih terasa. Zulia kembali melepaskan celananya, lalu celana dalamnya. Telanjanglah ia di depan cermin. Denyut kenikmatan itu masih membekas dibadan juga ingatannya dengan sangat jelas, meskipun ia tak sampai puncaknya. Zulia masih bisa membayangkan betapa nikmat permainan pertamanya tadi.

Zulia berjalan ke kamar mandi. Berniat untuk sekedar membasuh organ intimnya, membersihkan sisa-sisa seperma yang tertinggal. Antisipasi kalau-kalau ada yang masuk. Tapi begitu tangannya menjamah organ intimnya Zulia malah lupa diri dan berlanjut memuaskan dirinya dengan jemarinya sendiri. Di liriknya botol sabun cuci muka racikan dokter miliknya yang berbentuk tabung. Di lumasinya dengan sabun sirih sebelum diarahkannya untuk mengocok lubang surgawinya. Sial Zulia malah ketagihan.

Zulia tak peduli lagi atas niatnya untuk mandi besar, tak ingat lagi betapa lelah raut wajahnya tadi. Bahkan ia melupakan rasa bersalahnya pula. Tak hanya itu, pasca benar-benar mau untuk bercinta tadi rasanya sudah tak ada lagi rasa kasihan pada Alif atau Nana atas hubungan gelapnya ini. Zulia mau Arif benar-benar menjadi miliknya.

Zulia yang sebelumnya masih bisa berpikir jernih dan sadar kini entah kalab kenapa. Ia tau kalau Arif tak punya apa-apa bila tak ada Nana yang membantu bekerja meskipun di sambi kuliah, juga Aji yang rutin mengirimi uang untuk Alif dan Nana. Tak ada masa depan jelas dan pasti bersama Arif yang hanya "fokus mengabdi", meskipun memang tak ada yang bisa memastikan masa depan. Tapi khusus Arif, bahkan tak ada harapan.

Zulia tak peduli, sungguh yang ia mau hanya menyatu dengan Arif lagi…lagi…lagi…dan lagi. Terus tanpa henti, bagai candu. Zulia bahkan tak ingat lagi untuk memikirkan bagaimana kalau ia hamil atas apa yang dilakukan tadi. Masa bodo, persetan!

"Argh!!! " Zulia mengerang pelan menikmati arus kenikmatannya dan botol sabun muka. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.