0
Home  ›  Chapter  ›  My Baby Need A Daddy

Bab 29

 

Bab 29-1

"Om, mas Arif bentar lagi mau pindah tempat pengabdian... Aku mau di rumah bapak... " ucap Nana saat menelfon Bram.

"...loh kok cepat sekali, apa jangan-jangan cuma main-main..."

"Aku ga mau su'udzon kayak gitu... Tapiku harap ga gitu, doakan saja yang terbaik Om... "

"...apa perlu kita antar juga waktu pulang? Om ga yakin soalnya... "

"Terserah Om aja... " jawab Nana pasrah.

"...yaudah nanti biar om yang ngomong sama dia..." tutup Bram.

Nana masih saja terdiam memikirkan omongan om Bram. Bagaimana bila Arif hanya main-main? Bagaimana kalau selama ini hanya lelucon? Bagaimana kalau sebenarnya Arif sama dengan yang lain? Pikiran Nana jadi kacau sendiri dan penuh dengan tanda tanya.

"Mama... Ayo TPA!" ajak Alif yang sudah rapi.

"Oh iya adek TPA ya... " ucap Nana lalu bersiap-siap mengantar Alif. "Adek, adek nanti jangan nakal jangan repotin Ustadz ya... " ucap Nana mewanti-wanti Alif sambil berjalan ke masjid.

"Iya... Aku kan tidak repotin siapa-siapa... Aku kan baik..." jawab Alif. "Mama nanti tunggu aku di sana apa mau jahit? " tanya Alif.

"Mama mau jahit biar cepat jadi..." jawab Nana yang membuat Alif cemberut.

"Kalo mama ga jahit, nanti mama ga punya uang buat sekolahin adek loh..." ucap Nana menjelaskan kondisinya pada Alif.

Alif hanya mengangguk lesu. "Kok mamanya temenku bisa tungguin terus Ma? " tanya Alif membandingkan.

"Soalnya uangnya sudah banyak... " jawab Nana sesederhana mungkin.

"Tapi kan dia tidak kerja? " tanya Alif lagi.

"Kata siapa tidak kerja? Emang adek liat waktu dia kerja?" ucap Nana mengembalikan pertanyaan Alif.

Alif hanya tersenyum malu mendengar pertanyaan Nana.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Nanti kalo uang mama banyaaaaaak banget nanti mama temenin adek terus tidak bekerja lagi... " ucap Nana membesarkan hati Alif. "Jadi sekarang mama harus kerja dulu biar uangnya bisa banyaaaak banget gitu... " sambung Nana yang di angguki Alif.

"Iya... Yaudah mama jahit aja nanti ya... " ucap Alif sambil menyalimi Nana.

"Mama Alif..." sapa Arif yang menyambut Nana. "Kalau minggu besok ku ajak ke pondok sama kerumahku bisa tidak?" tanya Arif.

Nana mengangguk pelan sambil tersenyum sumringah tapi langsung ia tutupi dengan menundukkan pandangannya.

"Nanti aku bilang bapak, aku mau ajak bapak juga... " ucap Arif yang lagi-lagi hanya di angguki Nana.

Astaghfirullah... Aku ini mikir apa dari tadi. Ternyata ga perlu su'udzon... Batin Nana yang malu sendiri dengan prasangkanya.

"Mama pulang sana jahit lagi... " ucap Alif sambil mendorong mamanya agar tidak lama-lama mengobrol dan bisa cepat punya uang banyak.

"Iya... Mama pulang dulu ya... " ucap Nana lalu berjalan pulang tanpa sempat berpamitan pada Arif karena terlalu salah tingkah.

Ih gemes liat mama Alif... Batin Arif yang memperhatikan Nana yang terus berjalan menjauh.

●●●

"Mamaku lagi sibuk bekerja biar uangnya banyak nanti bisa temenin aku terus... " ucap Alif yang curhat pada Arif sambil duduk menunggu waktu maghrib.

"Mama biasa sibuk ya? " tanya Arif yang duduk bersandar di tembok di samping Alif.

Alif hanya mengangguk. "Aku tidak suka mama bekerja terus, sibuk terus aku tidak suka... " ucap Alif dengan alis yang mulai mengkerut.

"Kenapa? " tanya Arif penasaran.

"Kan mama cewek... " jawab Alif lalu menatap Arif. "Yang harusnya kerja kan cowok. Kayak papanya temen-temenku... " sambung Alif.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Kalo aku jadi papanya Alif mau ga? " tanya Arif yang di jawab dengan tawa dari Alif.

"Ya tidak bisa..." jawab Alif.

"Loh kenapa? " tanya Arif syok.

"Nanti yang jadi ustadz siapa?" Alif dan Arif tertawa bersamaan.

Ternyata memang pikiran Alif begitu sederhana dan polos. Belum paham adanya banyak peran yang bisa di lakukan seseorang.

"Nanti kalo ustadz jadi papaku, bapak jadi apa? Masak jadi ustadz? Ya aneh dong... " ucap Alif lalu tertawa kecil.

"Ya nanti papanya Alif jadi dua... " ucap Arif memberikan penjelasan.

Sayup terdengar suara mangkuk yang di pukul dengan sendok hingga suaranya nyaring terdengar. Seorang penjual bakso berhenti di depan masjid dengan gerobak usangnya.

"Adek mau ga? " tanya Arif menawari.

Alif langsung menggelengkan kepalanya teringat ucapan mamanya yang melarangnya merepotkan orang lain. "Tidak aku tidak bawa uang... " jawab Alif.

"Ustadz yang beliin... " ucap Arif yang langsung memesan dua porsi bakso.

Alif hanya diam meskipun tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya saat di traktir. Tapi begitu mangkuk bakso yang lengkap dengan pangsit tersaji di depannya Alif hanya memakan pangsitnya.

"Masih panas ya? " tanya Arif.

"Tidak, aku mau di bungkus aja nanti makannya sama mama..." jawab Alif.

Arif yang semula ingin langsung makan mengurungkan niatnya. "Di bungkus semua ya bang, sama pesen dua bungkus lagi... " ucap Arif.

●●●

"Dasar cewek gila! Nana itu dah banyak susah gara-gara aku. Aku mau tanggung jawab. Tapi aku ga mau sama idemu itu!" kesal Aji saat melihat pie chart pembagian harta yang di buat Wulan.

"Gila apanya? Dari pada hartamu kesedot habis sama eyangmu yang kayak mak lampir itu... " sanggah Wulan.

"Setengah jatahku akan langsung ku berikan pada Nana dan Alif, terserah aku nanti akan bagaimana... Langsung ambil saja setengah hartamu... Jangan memperumit yang mudah... " ucap Aji. "Kamu tau ga, kalo dulu aku bukan pengecut dan sedikit saja lebih berani. Pasti aku sudah menikahi Nana, membantunya membesarkan anakku... Mungkin juga kamu ga perlu selingkuh, kamu bisa menikah dengan Hari... Kalau saja waktu bisa di ulang kembali, aku tidak akan meminta Nana menggugurkan kandungannya, tidak akan pergi dari rumah kontrakan kami waktu itu, tidak memfitnahnya... Tapi waktu itu juga kalau aku tidak patuh, mamaku yang bakal di tekan. Aku bodoh dan serba salah. Sekarang aku tidak begitu lagi... " sambung Aji menceritakan masa lalunya sekilas.

"Mama? Maksudmu di tekan? " tanya Wulan tak percaya.

"Papaku kasar ke Mama, Eyang juga gitu... Kalo ada ulah pasti Mama di tampar, di pukul, di cambuk... Mamaku bukan dari golongan terpandang, mamaku cuma anak guru honorer yang ga pernah di angkat jadi PNS sampai masa pensiun. Tapi mamaku dapet beasiswa, itu yang bikin papa jatuh cinta sampe nikah... Eh malah KDRT... Aku cuma mau lindungi mama, lindungi Nana juga biar ga di tekan atau di teror... " jelas Aji.

"Huft... Kenapa kamu ini menyedihkan sekali? Nelangsa sekali kamu ini... Dasar payah... " komentar Wulan. "Kalau mama butuh tempat buat kabur, datanglah padaku... Aku terbuka dan siap bantu... " sambung Wulan tulus. [Next]

Bab 29-2


64
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share