0
Home  ›  Chapter  ›  My Baby Need A Daddy

Bab 15

Bab 15-1
Aji terus berusaha menahan Nana dan mengikutinya, sampai Alif merasa risih dan merasa tidak aman. Nana terus berjalan sambil menggendong Alif agar merasa lebih aman. Alif terus menutupi wajahnya dan berusaha tidak menangis saat Aji terus mengikuti.

"Na! Berhenti! Aku juga punya hak sama anak itu!" ucap Aji yang akhirnya bisa menahan langkah Nana hingga terhenti di depan Indoapril.

Nana menatap tajam Aji yang bisa mengklaim hak atas Alif setelah memfitnah dan berniat menggugurkannya.

"Na... Mari bicara sebentar... " ucap Aji penuh sesal lalu berjongkok di depan Nana dengan wajah yang memelas.

"Dia kenapa Ma? " tanya Alif yang menatap Aji penuh heran.

"Dia bodoh ayo pulang... " jawab Nana dengan kesal lalu melanjutkan langkahnya.

Aji masih saja mengikutinya sambil memanggil-manggil hingga jadi bahan tontonan.

"Heh Om pergi saja jangan ikut aku sama mama!" teriak Alif mengusir Aji yang mengikutinya.

"Sudah abaikan saja..." ucap Nana pada Alif sambil terus berjalan.

Aji terus mengikuti sampai ia berlari untuk menghalau Nana langsung di depannya. Alif makin ciut dan tidak merasa aman, begitu pula dengan Nana.

"Kita bicara sebentar... Hanya sebentar... " paksa Aji lalu menarik Nana secara paksa ke sebuah warung mie ayam yang masih sepi. "Pesan tiga mie ayam pakek baso sama es teh! " ucap Aji yang langsung pesan.

Nana di paksa duduk Alif sudah ketakutan dengan orang asing yang memaksa dan menarik-narik mamanya. Alif sudah ingin menangis rasanya tapi ia berusaha menahannya karena ada mamanya yang terus menggendong dan mendekapnya.

"Kamu dah buang aku sama Alif... Jadi ga ada yang perlu di bicarakan... Toh kamu mau gugurin dia... Dia anakku! " hardik Nana dengan tegas sebelum Aji memulai pembicaraan.

"A-aku minta maaf Na... " ucap Aji penuh sesal dengan wajah tertunduk.

Nana langsung bangun dan langsung keluar begitu saja bersama Alif menaiki angkutan yang baru saja berhenti.

"Itu tadi siapa sih Ma? " tanya Alif yang tak di jawab Nana yang begitu sedih dan kembali terpukul mengingat masa lalunya yang begitu berat.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Adek, mama sayang sekali sama adek... Alif jangan pernah ninggalin mama ya... Jadi anak baik ya... " ucap Nana mewanti-wanti putranya. "Mama berusaha biar adek bisa sekolah, pinter, soleh... Adek janji ya jangan tinggalin mama... " sambung Nana sambil mencium kening dan pipi Alif lalu kembali mendekapnya.

"Iya adek kan sayang mama... " jawab Alif sambil mengelus pipi Nana.

●●●

"Mas... Dari mana? Tumben bawa mie ayam... " sambut Wulan yang baru menerima tamu.

"Bank... Ya aku beli pengen aja tadi terus kepikiran kamu... Aku bungkus deh... " jawab Aji lalu mengecup pipi Wulan dan sedikit membungkuk untuk menyapa tamunya sambil berjalan masuk.

Aji terus memikirkan soal putranya dan akhirnya ia tau kalau namanya, Alif. Aji terus memikirkan soal Nana dan Alif yang ia campakan. Bayangan indah saat masih tinggal bersama Nana kembali muncul dan begitu lekat di pikirannya. Semua kembali terbayang secara jelas.

Ke khawatiran soal Nana dan Alif terus menguak hingga rasanya begitu sesak. Ingin sekali Aji kali ini merasakan pelukan Alif, menggendongnya lalu jalan-jalan bersama sambil menggandeng Nana. Hangat dan harmonis... Nyaman. Nana selalu memberinya rasa nyaman.

Rasa itu tumbuh makin kuat. Rindu yang muncul dan menyayat secara perlahan, merambat naik dan terus membuncah. Ingin memeluk Nana, mendekapnya. Bermain dengan Alif putranya, membayar semua keterlambatan dan menebus kesalahannya.

Membesarkan putranya dengan kehangatan dan penuh cinta. Memberikan nafkah dan fasilitas yang layak, setidaknya tak perlu berpanas-panas dan mengejar angkutan umum.

Aji terus membayangkan betapa indah hidupnya bila bisa kembali bersama Nana. Menikahinya dan bertanggung jawab atas semua. Mungkin sekarang akan ada masakan yang di buat dengan penuh cinta. Ada tutur kata yang lembut, halus dan menyejukkan sekaligus menyemangatinya tiap down. Ada tangan lembut yang mengusap wajah lesunya tiap pulang kerja lalu mengecup keningnya meskipun sambil berjinjit itupun Aji masih menunduk, lalu ada paha yang duduk bersimpuh sambil bersandar agar ia nyaman berbantalkan paha sambil mencurahkan meruwetan harinya dengan tangan yang selalu mengelus rambutnya.

"Mas... " panggil Wulan memecahkan lamunan Aji dengan angan dan penyesalannya. "Makan yuk... Mienya dah aku siapin... " ajaknya dengan senyum manis yang menghiasi paras ayunya.

"Iya... " jawab Aji lalu bangun beranjak dari tempatnya berangan-angan.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Mas, ternyata ku hitung lagi kamu ini kere sekali ya... Masak penghasilanmu cuma dua lima juta... Ga ada seperempatnya dari penghasilan bunga depositoku... " ucap Wulan yang selalu mengajak membahas soal harta, kalau tidak ya soal jabatan dan partai.

Inilah yang membuat Aji ilfil dan kesal tapi terus coba ia tahan demi Eyang dan keluarganya. Hal inilah yang membuat Aji merasa Nana yang terbaik dan seharusnya menjadi pendamping hidupnya.

"Aku bercanda... " ucap Wulan berusaha mencairkan suasana lalu mengecup bibir Aji yang dari tadi diam membisu.

●●●

"Bapak... " panggil Alif yang berjalan pulang dari masjid setelah solat dzuhur bersama pak Janto.

Pak Janto langsung menatapnya dan memperlambat langkah.

"Tadi aku sama mama di kejar orang aneh... Dia tarik mama sama aku terus ikutin terus..." ucap Alif mulai menceritakan apa yang tadi ia alami. "Aku takut sekali terus di gendong mama, mama juga takut terus di paksa duduk gitu terus tadi aku sama mama kabur..." sambung Alif lagi dengan wajahnya yang serius.

"Orang aneh? Cowok apa cewek?" tanya pak Janto yang khawatir dengan cerita Alif barusan.

Apa jangan-jangan ketemu si Aji lagi? Batin pak Janto penuh tanya.

"Tadi harusnya aku bawa senjataku biar dia pergi... Tadi aku dah bilang jangan ikut ! Pergi sana! Dia ngeyel malah ikut terus... " Alif terus bercerita sampai di rumah.

"Na tadi kamu ketemu siapa? " tanya pak Janto begitu masuk rumah dan mendapati Nana yang tengah memasak.

"Anu Pak... Tadi ketemu sama mas Aji... " ucap Nana yang membuat pak Janto terperanjat.

Susah payah ia kabur dan pindah rumah demi pergi jauh dari Aji dan keluarganya. Bagaimana bisa sekarang Nana dan Alif yang dulu di buang dan di usir-usir bertemu kembali.

"Kamu pindah saja sama Alif ke rumah om sama tantemu... Kamu kuliah saja di sana... Alif juga biar sekolah di sana... Biar bapak yang di sini... Biar kamu ga di ganggu si Borokokok itu lagi... " ucap pak Janto serius dengan berbisik agar Alif tidak mendengarnya.

Nana terdiam penuh pertimbangan. Mulai dari usaha kecilnya yang sudah jalan, tetangga sekitar yang tak tau siapa Nana sebenarnya. Teman-teman Alif nantinya, TPA dan lainnya begitu Nana pikirkan. Belum lagi pak Janto yang makin tua, jelas Nana tak tega meninggalkannya sendiri.

"Terus bapak gimana? " tanya Nana.

"Gampang... Nanti kamarnya yang ada bisa bapak sewain biar ada temen... Kalo ga ya sendiri gapapa... Yang penting kamu ga ketemu sama dia lagi... " jawab pak Janto.

"Biar Nana pikir dulu pak... " [Next]

Bab 15-2


64
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share