BLANTERORBITv102

Epilog

Sabtu, 27 Juli 2024


 

Empat bulan berselang sejak kematian Alif.

Arif tampak sumringah bersama istri barunya, Zulia. Apalagi Zulia tengah mengandung buah cintanya.

Gosip beterbaran dimana-mana. Mulai yang fitnah hingga fakta. Semua tersebar cepat bagai kereta ekspres. Berita seputar Arif dan Zulia begitu digemari para warga. Mulai dari pernikahannya yang berlangsung setelah 40 harian Alif. Zulia yang hamil duluan. Nana yang dituduh zina lagi dengan mantan pacarnya. Alif yang dibunuh Arif. Arif melakukan KDRT sampai tuduhan kalau apa yang ditimpakan pada Nana adalah suatu azab karena ia seorang pezina.

Tapi semua terdengar samar dan kabur bagai kabar burung seperti umumnya. Arif tetap menjadi ustadz dan seorang pendakwah. Zulia tetap menjalani karirnya. Tak ada yang berubah terlalu drastis.

"Hus! Gak baik gosipin ustadz... Dia ini kan paham agama, orang suci, pandangan aja dijaga, tutur katanya sopan. Mana mungkin kayak gitu... Kalo bikin gosip ngawur! Jangan jelek-jelekin ustadz! Jangan mencoreng nama pemuka agama. Kualat nanti... " bela ibu-ibu yang sudah begitu fanatik pada Arif.

●●●

"Ini buat anakku... " ucap Aji sambil mengantongi sebuah Apel yang dibawakan suster untuknya.

Aji terus menggendong guling sambil berpura-pura kalau guling itu adalah Alif. Beberapa kali Aji menciumi gulingnya seolah sedang menciumi Alif.

"Adek kalo sama papa ga usah khawatir... Ga ada yang jahatin adek... " ucap Aji pada gulingnya.

"Nanti kalo kita pulang, kita main ke waterboom... Main ke mall, naik mobil-mobilan... " ucap Aji terus membayangkan tengah berbincang dengan Alif.

Aji terdiam lalu meletakkan gulingnya setelah meminum obat. Aji terdiam lalu menangis histeris mengingat putranya dibunuh. Terlepas atas unsur apapun itu, yang Aji tau dan percayai putranya dibunuh.

Putranya pergi benar-benar seorang diri. Bahkan batu nisannya pun tak tercantum bin siapa. Alif pergi sendiri, pergi ke keabadiannya seorang diri.

Eyang menatap cucunya dari sela-sela jendela sambil menggenggam permen yang di beri Alif waktu itu. Eyang tak berani menemui Aji. Ia tak kuat di salahkan, dihakimi cucunya yang menyesal tak bisa bertanggung jawab atas kehamilan Nana saat itu.

"Kalo papa pemberani... Kalo papa lebih kuat... Kalo papa mau cepat datang... Apa adek masih di sini? Kalo adek ada... Gapapa aku dipanggil om aneh seumur hidup... " gumam Aji.

"Orang sepertiku tak pantas dipanggil papa..."

●●●

"Berhentilah memanggilku pembunuh Na... Hidup mati seseorang itu ditangan Allah... " ucap Arif yang akhirnya menemui Nana yang tinggal bersama om dan tantenya.

Entah apa yang dipikiran Arif. Tapi rasanya ia hanya menumpahkan garam diatas luka. Ia tak mengakui kesalahannya, dipamerkan pula istri barunya pada Nana. Arif juga seolah tak sudi berlama-lama bersama Nana yang diam dalam keterpurukannya.

Dalam gelap malam, diiringi rintik hujan. Nana berjalan dengan pakaian terbaiknya tanpa arah, tanpa tujuan, jelas tanpa pamit pula.

Dinikmatinya tiap tetes air yang membasahi tubuhnya. Nana terus berjalan hingga berhenti ditengah rel kereta, dibukanya lolipop yang ia simpan dalam kantung.

Srassssshhh!!!

Kereta itu melaju menabrak Nana yang sudah menunggunya dengan senyum sumringah.

"Alif... Mama datang.... "

Tamat.

Terimakasih semua pihak yang sudah mengilhami saya dalam menulis cerita, terimakasih tiap kasus yang datang dalam keprihatinannya masing-masing. Kisah ini di tulis sebagai pembelajaran untuk kita semua.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.