BLANTERORBITv102

Bab 62

Sabtu, 30 September 2023



Alif begitu senang akhirnya bisa mengajak mamanya untuk ikut menikmati "hidup enak" bersama om aneh. Alif beberapa kali menyuapi mamanya dengan kripik kentang yang ada di mobil, ada nastar juga, ada wafer, kacang telur, banyak ciki juga. Aji bahkan sengaja mencari jalan yang jauh agar bisa lebih lama bersama Nana dan Alif.

"Ini rumah mamanya om... Namanya mama Siwi... " ucap Aji memberitahu Alif.

"Mas, aku ga mau kesini... Aku takut... " bisik Nana.

Aji tersenyum mendengar bisikan Nana. Nana kali ini seperti Nananya dulu. "Gapapa... Ada aku... " bisik Aji meyakinkan Nana. "Sebentar saja... Kalo kamu ga suka kita pergi... Pergi kemana anak kita mau..." sambung Aji yang benar-benar Nana rindukan.

Pandangan Nana mulai teduh kembali seperti dulu. Seperti saat masih menjadi kekasih Aji. Masih Nana yang polos. Nana yang benar-benar dirindukan Aji dan Nana yang merindukan Aji. Merindukan ucapan yang meneduhkannya, tanpa emosi, tanpa paksaan berlebihan.

Saat ini rasanya mereka adalah dua dalam satu. Nana merasakan apa yang sama dengan Aji saat turun bersama dari mobil. Aji menggendong Alif sambil menggandeng Nana menuntunnya masuk. Persetan Nana sudah jadi istri orang, bagi Aji… Nana tetap kekasihnya yang sempat dicampakannya. Nana tetap gadis manis yang ia rindukan.

Perasaannya masih sama, bahkan saat Aji yang rasional itu tau kalau Nana sudah ditiduri pria lain. Sudah dipersunting pria lain. Perasaannya masih sama. Nananya masih tampak cantik, ia bukan bunga yang layu sebelum berkembang. Rasanya, rindunya, kasihnya, sayang dan cintanya masih begitu hangat terasa bagi Aji.

"Izinkan aku merindukanmu Na... " bisik Aji lalu mengecup punggung tangan Nana yang ada dalam genggamannya.

Nana hanya diam. Bingung harus mengizinkan atau tidak, dosa atau tidak apa yang ia lakukan saat ini. Apakah ini bisa disebut perselingkuhan bila hanya mengizinkan untuk merindu.

"Mas Aji! " sambut Eyang yang membuat Nana ciut. Sementara Alif langsung memasang senyum cerianya dan sudah mengulurkan tangan untuk menyalimi wanita tua yang menyambut om anehnya. "Buat apa bawa wanita murahan itu kesini?! Anak haram! " sinis Eyang yang langsung kesal dengan kehadiran Nana dan Alif. "Mau numpang hidup?! "

"Aku di ajak om anehku kesini. Aku cuma mau main, namaku Alif. Aku bukan anak haram... " saut Alif menjelaskan.

Eyang sudah menarik nafas siap mengomel lebih lagi. Tapi belum ia mengucapkan umpatannya Alif langsung memotong.

"Kamu tidak baik marah-marah. Mamaku bilang kalo orang suka marah dia tidak bahagia. Ini... " ucap Alif sambil memberikan permen yang di ambilnya dari mobil Aji pada Eyang.

Eyang terperanjat kaget dengan apa yang di lakukan Alif. Bagaimana bisa bocah ini tak takut padanya.

"Aku tidak makan makanan murahan! " sentak Eyang dengan angkuh.

"Yasudah kalo tidak mau... " Alif kembali mengantongi permennya.

Eyang langsung meninggalkan Aji dan keluarga kecilnya dengan angkuh melenggang masuk ke ruang kerja Broto.

Buyutku... Kuat sekali dia... Batin Eyang sambil menyeka airmatanya yang mengalir.

"Sudah biarkan saja... Tidak apa-apa... " ucap Aji sambil mengeratkan genggaman tangannya dengan Nana. "Yang tadi panggilnya Eyang, Eyang Tini. Eyang emang galak, suka marah-marah... Tapi sebenarnya dia baik... " ucap Aji memberi tahu Alif agar tidak sedih.

"Aku tau, dia tidak bahagia kan? " ucap Alif yang diangguki Aji.

"Nana... " sapa Siwi yang sudah berdiri diruang makan dengan apron yang masih ia kenakan.

"Mama... " sapa Nana dengan lembut dan mata yang berkaca-kaca.

"Itu mamaku," ucap Aji mengenalkan Siwi pada Alif.

"Aku panggilnya mama juga? " saut Alif.

Siwi hanya mengangguk sambil tersenyum senang. Air matanya sudah menggenang, akhirnya ia bisa bertemu cucunya yang begitu sulit ditemui. Cucunya yang hidup nelangsa sementara ayahnya kaya raya. Siwi langsung memeluk Nana juga Alif dan Aji.

"Mama minta maaf ya... Mama dulu penakut... " bisik Siwi ditelinga Nana.

Eyang hanya diam melihat secuil kebahagiaan itu dari sela-sela pintu.

Aku ga perlu bergabung... Mereka ga butuh aku... Batin Eyang berusaha membesarkan hatinya yang begitu angkuh.

"…pulang sekarang! …" pesan Eyang pada Broto.

"Ayo dicicipi... Tadi oma masak banyak... " ajak Siwi. "Ada udang, adek suka udang tidak? " Siwi langsung sibuk menawarkan ini dan itu pada Alif dan Nana.

Nana hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Ini yang ia impikan bersama Aji. Sebuah keluarga kecil yang hangat dan saling menjaga dan melayani. Hanya Aji, Nana, anak-anak dan mama Siwi yang ikut bersama mereka. Rutinitas ini yang selalu didambakan, dinantikan.

"Aku kenyang banget dong nanti kalo makan semuanya... " ucap Alif.

"Adek makan lauknya doang boleh. Gapapa... " ucap Siwi lalu mengambilkan apa yang ditunjuk Alif. "Kamu juga Na... Makan yang banyak... "

"TEHKU MANA?!"sentak Eyang yang berusaha mengusik kehangatan yang ada diruang makan.

"Tunggu ya... " pamit Siwi.

"Aku titip ini... Ini katanya murah, tapi bisa dimakan nanti kalo pengen.... Buat eyang biar bahagia... " ucap Alif yang kekeh memberikan permen untuk Eyang.

●●●

"Jangan panik... Aku janji pasti aku tanggung jawab. Pegang ucapanku!! " ucap Arif berusaha meyakinkan Zulia yang sudah panik bukan main.

"Aku gak mau hamil! " jerit Zulia tertahan.

"Enggak... Enggak hamil... Bayi gak tumbuh dalam semalam... Tenang... " redam Arif lalu mendekap erat Zulia, membiarkan zulia menumpahkan segala tangis didadanya. "Kita lalui semua sama-sama... " Arif mengecup kening Zulia.

Tempat karaoke itu menjadi saksi bisu betapa manis janji-janji Arif.

"Terus Nanamu? " tanya Zulia.

"Itu masalah belakangan, yang penting kamu... " Arif kembali berusaha menenangkan Zulia. "Sudah... Tenangkan dirimu, aku akan bertanggung jawab!" Arif masih berusaha meyakinkan Zulia.

Arif menunggu Zulia hingga tenang, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengantarkannya pulang.

Harus bilang apa aku ke Nana kalau aku menghamili Zulia? Gimana caraku ngomong ke Abah kalau aku zina sama anaknya? Batin Arif bingung. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.