BLANTERORBITv102

Bab 00 - Prolog

Kamis, 24 Agustus 2023


Indah menghela nafas beberapa kali. Beberapa kalipula ia mondar-mandir begitu galau untuk mengetuk pintu ruang kerja suaminya. Ia menatap foto di ponselnya beberapa kali lalu kembali meyakinkan diri untuk mengetuk, namun baru tangannya terangkat ia ragu lagi.

“B-bapak gak ada meeting kok Bu, gapapa…” ucap sekertaris suaminya yang ikut memperhatikan istri dari bosnya yang dari tadi tak kunjung masuk juga.

“Iya saya tau,” saut Indah akhisnya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan lalu masuk ke ruangan kerja suaminya. “Papi!” panggilnya dengan nada yang melengking dan cukup manja.

“Iya Mi, ada apa?” saut Aryo suaminya sambil menatap istrinya sekilas dan kembali menghitung pengeluaran perusahaannya dengan kalkulator secara manual.

Indah menyodorkan ponselnya menunjukkan foto seorang gadis pada suaminya.

“Beli gamis lagi? Bagus gapapa beli aja Papi suka gamisnya,” saut Aryo yang mengira istrinya sedang meminta persetujuan membeli gamis baru. “Buat seragam pengajian baru apa gimana?” tanya Aryo sambil terus menghitung dengan kalkulatornya.

“Ih Papi! Bukan itu! Liat lagi, ini Stela. Anaknya pak Ahmad yang biasanya ngisi pengajian itu loh!” ucap Indah menjelaskan apa yang ia maksud.

“Oh iya, kenapa si Stela? Mau kuliah di Kairo kayak abangnya juga?” tanya Aryo yang akhirnya selesai menghitung. Paling tidak ia selesaikan sebisanya dulu agar bisa memperhatikan istrinya.

“Menurut Papi kalo David di nikahin sama Stela gimana?” tanya Indah sudah penuh harap dan menuntut jawaban ya dari suaminya itu.

Aryo terbatuk karena kaget dan tersedak air liurnya sendiri karena keinginan spontan istrinya.

“Minum Pi…” ucap Indah yang sigap mengambilkan air untuk suaminya yang terbatuk-batuk itu.

Aryo meminum air putih yang di ambilkan istrinya lalu mengambil nafas sejenak. “Papi sih yes, tapi masalahnya David gimana? Katanya mau debut lagi dia. Nanti kalo banyak gosip katanya karirnya gak cerah lagi, apa mungkin David mau?” jawab Aryo ragu.

Indah cemberut mendengar jawaban suaminya. “Mami ngerti, tapi masalahnya pak Ahmad kan lagi sakit. Denger-denger Stela juga gak punya keluarga yang bisa nampung dia sementara waktu ini. Mami cuma kepikiran aja buat jadiin Stela jadi mantu. Dia kasian Pi sendirian, Umminya udah meninggal dulu waktu masih SMP.  Abangnya di Kairo belum pulang, sibuk kerja buat biayain pengobatan pak Ahmad juga. Kan denger-denger bulan depan si Romi pulang, jadi mau sekalian nikahin sama David gitu…” ucap Indah menyampaikan keinginannya.

Aryo menghela nafas ikut prihatin. “Kasian sih…”

“Makannya! Papi bantuin bujuk si David ya!” putus Indah lalu keluar sebelum Aryo membantah permintaannya. “Inget! Papi harus bantu bujukin David! Mami gak mau kalah cepet dapetin Stela sama Bu Tika!” sambung Indah mempertegas lagi.

***

David begitu sumringah akhirnya setelah sekian lama hanya mendapat peran-peran kecil sebagai pendukung dan cameo[1] saja akhirnya sekarang ia kebagian casting[2] sebagai pemeran utama. Hanya untuk series romanpicisan biasa sebenarnya. Skripnya juga tidak jauh-jauh beda dari skrip sinetron, hanya saja tidak lebay.

Tapi bagi David yang selama ini jarang mendapat jatah pemeran utama karena selalu main dengan aktor-aktor senior seperti Reza Rahardian dan Vino G Bastian, tentu saja mendapat jatah sebagai pemeran utama seperti sekarang adalah suatu kesempatan emas bagi David. Lawan mainnya juga cukup keren Anya Geraldin yang sedang viral karena kesuksesannya di seris sebelumnya sebagai cameo yang merebut perhatian.

David tak sabar sebentar lagi ia akan mendapatkan peran besar itu. David tak sabar untuk segera ikut casting apa lagi penulis skrip dan sutradaranya yang sudah memilihnya. Tentu tidak hanya ia sendiri tapi juga beberapa aktor lainnya. Tapi tetap saja kali ini ia bisa memiliki kesempatan lebih besar lagi daripada ia sendiri yang mengajukan diri ikut casting.

“Ah! Anak Mami akhirnya pulang!” sambut Indah yang sudah menunggu kepulangan putranya.

“Mi aku mau dapet peran utama, minggu depan casting doain ya biar dapet perannya,” ucap David langsung menceritakan projek yang akan ia garap.

Indah langsung terdiam senyumnya perlahan pudar.

David mengerutkan keningnya bingung melihat reaksi Maminya yang biasanya selalu semangat dan senang mendengar cerita soal progres terkait pekerjaannya. “Loh kenapa Mi? Ada masalah?” tanya David yang jadi khawatir.

Indah berdecak. “Gini loh Mas…”

Perasaan David langsung tidak enak kalau mendengar maminya itu tiba-tiba memanggil dengan panggilan Mas. Sudah jelas ada sesuatu yang penting dan urgent kalau seperti ini.

“Mami pengen ngejodohin Mas sama anaknya pak Ahmad, si Stela. Tapi pasti Mas gak mau, kan Mas lebih mentingin karir daripada perasaan sama restunya Mami…”

Sial bagi David karena maminya tak memberi celah baginya untuk membantah sekarang. David ingat betul awal karirnya juga karena dorongan dari maminya yang begitu suportif dan begitu mendukung segala hobi juga cita-citanya. David juga ingat maminya sampai bertengkar dengan papinya yang menentang keinginan David untuk ikut audisi.

“Bukan gitu Mi, tapi kan aku pengen banget buat dapet peran ini…”

“Iya Mami tau. Makannya Mami gak maksa kamu. Mami cuma kasian aja sama Stela. Anaknya baik, cantik, solehah, bapaknya lagi sakit. Kasian aja Mami liatnya, coba aja Stela jadi anak Mami. Tapi kan gak mungkin, Mas kan gak pengen nikah sama Stela. Mau di adopsi juga gak bisa Stelanya. Yaudah lah…”

David memutar matanya dengan jengah. Ia paling tidak suka dengan ucapan maminya yang akan selalu mendramatisir keadaan jika menginginkan sesuatu.

“Mi, David kan baru debut. Akting juga dapetnya peran pembantu sama jadi kameo terus. Kalo nanti David nikah, terus ketauan publik. David bisa kehilangan fans. Nanti gak jadi terkenal lagi, ngerintis lagi dari awal, bolak-balik mulu ke titik nol…”

“Ya Mami kan cuma minta kamu nikah, bukan buat pesta. Nanti di rahasiain dulu sementara juga gapapa. Pengennya nyuruh kakakmu, tapi kan udah nikah si Adit. Tapi yaudah lah kalo kamu gak mau gapapa. Mami gak maksa,” sela Indah lalu berjalan ke kamarnya dengan lesu.

David menghela nafas dengan berat. Ia tau Stela, tapi ia tak tau jika gadis yang baru lulus SMA itu akan di jadikan sebagai istrinya. Mengurus pernikahan juga membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ia juga harus mempersiapkan ini itu juga. Namun yang terpenting pernikahan itu soal perasaan, soal hati dan David tidak menaruh perasaan apapun pada Stela.

“Papi!” panggil David yang melihat papinya pulang dari pabriknya.

“Gak ngerti lagi Papi sama kamu…” ucap Aryo dingin pada David seolah tau apa yang akan disampaikannya dan langsung masuk ke kamar di iringi dengan bantingan pintu.

David mengusap wajahnya dengan gusar. Tak ada hal yang membuatnya lebih gusar dan merasa tidak nyaman selain berproblem dengan orang tuanya. David menghela nafas dengan berat lalu mengetuk pintu kamar orang tuanya.

“Pi…Mi…” panggil David sebelum masuk.

Indah langsung tiduran memunggungi pintu dan berpura-pura kecewa. Sementara Aryo yang bingung harus memasang ekspresi seperti apa langsung masuk ke kamar mandi dan berpura-pura buang air.

“Gapapa Mas, Mas kan punya kehidupannya sendiri. Udah jadi artis juga, Mami gapapa kalo Mas malu nurutin permintaan Mami lagi…” ucap Indah begitu David duduk di ujung tempat tidurnya.

“Oke aku mau nikah, tapi ini harus di rahasiakan. Gak usah ada pesta. Lagian Stela juga belum tentu mau sama aku…” ucap David mengalah.

Indah langsung bangun dengan begitu ceria dan sumringah. “Beneran mau?” tanya Indah.

David mengangguk pelan. “Tapi syaratnya harus di rahasiain,” jawab David.

“Oke! Gapapa, nanti Mami atur!” ucap Indah begitu semangat.

David menghela nafas lalu beranjak dari kamar orang tuanya. Entah pilihannya itu sudah benar atau tidak. Tapi yang jelas David yakin setelah menikah nanti ia akan bisa mengatur semuanya dengan lebih baik dan tentunya berada dalam kendalinya. Terutama terkait Stela nanti. [Next]

 




[1] Figuran yang nggak terlalu penting dalam cerita utama, tetapi biasa diperankan oleh aktor besar.

[2] Casting adalah proses pemilihan pemeran atau aktor untuk memerankan sebuah karakter di dalam film.



Author

Mbak Dyah