Indah
menghela nafas beberapa kali. Beberapa kalipula ia mondar-mandir begitu galau
untuk mengetuk pintu ruang kerja suaminya. Ia menatap foto di ponselnya
beberapa kali lalu kembali meyakinkan diri untuk mengetuk, namun baru tangannya
terangkat ia ragu lagi.
“B-bapak
gak ada meeting kok Bu, gapapa…” ucap sekertaris suaminya yang ikut
memperhatikan istri dari bosnya yang dari tadi tak kunjung masuk juga.
“Iya saya
tau,” saut Indah akhisnya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan
lalu masuk ke ruangan kerja suaminya. “Papi!” panggilnya dengan nada yang
melengking dan cukup manja.
“Iya Mi,
ada apa?” saut Aryo suaminya sambil menatap istrinya sekilas dan kembali
menghitung pengeluaran perusahaannya dengan kalkulator secara manual.
Indah
menyodorkan ponselnya menunjukkan foto seorang gadis pada suaminya.
“Beli gamis
lagi? Bagus gapapa beli aja Papi suka gamisnya,” saut Aryo yang mengira
istrinya sedang meminta persetujuan membeli gamis baru. “Buat seragam pengajian
baru apa gimana?” tanya Aryo sambil terus menghitung dengan kalkulatornya.
“Ih Papi!
Bukan itu! Liat lagi, ini Stela. Anaknya pak Ahmad yang biasanya ngisi
pengajian itu loh!” ucap Indah menjelaskan apa yang ia maksud.
“Oh iya,
kenapa si Stela? Mau kuliah di Kairo kayak abangnya juga?” tanya Aryo yang
akhirnya selesai menghitung. Paling tidak ia selesaikan sebisanya dulu agar
bisa memperhatikan istrinya.
“Menurut
Papi kalo David di nikahin sama Stela gimana?” tanya Indah sudah penuh harap
dan menuntut jawaban ya dari suaminya itu.
Aryo
terbatuk karena kaget dan tersedak air liurnya sendiri karena keinginan spontan
istrinya.
“Minum Pi…”
ucap Indah yang sigap mengambilkan air untuk suaminya yang terbatuk-batuk itu.
Aryo
meminum air putih yang di ambilkan istrinya lalu mengambil nafas sejenak. “Papi
sih yes, tapi masalahnya David gimana? Katanya mau debut lagi dia. Nanti
kalo banyak gosip katanya karirnya gak cerah lagi, apa mungkin David mau?”
jawab Aryo ragu.
Indah
cemberut mendengar jawaban suaminya. “Mami ngerti, tapi masalahnya pak Ahmad
kan lagi sakit. Denger-denger Stela juga gak punya keluarga yang bisa nampung
dia sementara waktu ini. Mami cuma kepikiran aja buat jadiin Stela jadi mantu.
Dia kasian Pi sendirian, Umminya udah meninggal dulu waktu masih SMP. Abangnya di Kairo belum pulang, sibuk kerja
buat biayain pengobatan pak Ahmad juga. Kan denger-denger bulan depan si Romi
pulang, jadi mau sekalian nikahin sama David gitu…” ucap Indah menyampaikan
keinginannya.
Aryo
menghela nafas ikut prihatin. “Kasian sih…”
“Makannya!
Papi bantuin bujuk si David ya!” putus Indah lalu keluar sebelum Aryo membantah
permintaannya. “Inget! Papi harus bantu bujukin David! Mami gak mau kalah cepet
dapetin Stela sama Bu Tika!” sambung Indah mempertegas lagi.
***
David
begitu sumringah akhirnya setelah sekian lama hanya mendapat peran-peran kecil
sebagai pendukung dan cameo[1] saja
akhirnya sekarang ia kebagian casting[2] sebagai
pemeran utama. Hanya untuk series romanpicisan biasa sebenarnya. Skripnya juga
tidak jauh-jauh beda dari skrip sinetron, hanya saja tidak lebay.
Tapi bagi
David yang selama ini jarang mendapat jatah pemeran utama karena selalu main
dengan aktor-aktor senior seperti Reza Rahardian dan Vino G Bastian, tentu saja
mendapat jatah sebagai pemeran utama seperti sekarang adalah suatu kesempatan
emas bagi David. Lawan mainnya juga cukup keren Anya Geraldin yang sedang viral
karena kesuksesannya di seris sebelumnya sebagai cameo yang merebut
perhatian.
David tak
sabar sebentar lagi ia akan mendapatkan peran besar itu. David tak sabar untuk
segera ikut casting apa lagi penulis skrip dan sutradaranya yang sudah
memilihnya. Tentu tidak hanya ia sendiri tapi juga beberapa aktor lainnya. Tapi
tetap saja kali ini ia bisa memiliki kesempatan lebih besar lagi daripada ia
sendiri yang mengajukan diri ikut casting.
“Ah! Anak
Mami akhirnya pulang!” sambut Indah yang sudah menunggu kepulangan putranya.
“Mi aku mau
dapet peran utama, minggu depan casting doain ya biar dapet perannya,”
ucap David langsung menceritakan projek yang akan ia garap.
Indah
langsung terdiam senyumnya perlahan pudar.
David
mengerutkan keningnya bingung melihat reaksi Maminya yang biasanya selalu
semangat dan senang mendengar cerita soal progres terkait pekerjaannya. “Loh
kenapa Mi? Ada masalah?” tanya David yang jadi khawatir.
Indah
berdecak. “Gini loh Mas…”
Perasaan
David langsung tidak enak kalau mendengar maminya itu tiba-tiba memanggil
dengan panggilan Mas. Sudah jelas ada sesuatu yang penting dan urgent
kalau seperti ini.
“Mami
pengen ngejodohin Mas sama anaknya pak Ahmad, si Stela. Tapi pasti Mas gak mau,
kan Mas lebih mentingin karir daripada perasaan sama restunya Mami…”
Sial bagi
David karena maminya tak memberi celah baginya untuk membantah sekarang. David
ingat betul awal karirnya juga karena dorongan dari maminya yang begitu suportif
dan begitu mendukung segala hobi juga cita-citanya. David juga ingat maminya
sampai bertengkar dengan papinya yang menentang keinginan David untuk ikut
audisi.
“Bukan gitu
Mi, tapi kan aku pengen banget buat dapet peran ini…”
“Iya Mami
tau. Makannya Mami gak maksa kamu. Mami cuma kasian aja sama Stela. Anaknya
baik, cantik, solehah, bapaknya lagi sakit. Kasian aja Mami liatnya, coba aja
Stela jadi anak Mami. Tapi kan gak mungkin, Mas kan gak pengen nikah sama
Stela. Mau di adopsi juga gak bisa Stelanya. Yaudah lah…”
David
memutar matanya dengan jengah. Ia paling tidak suka dengan ucapan maminya yang
akan selalu mendramatisir keadaan jika menginginkan sesuatu.
“Mi, David
kan baru debut. Akting juga dapetnya peran pembantu sama jadi kameo terus. Kalo
nanti David nikah, terus ketauan publik. David bisa kehilangan fans. Nanti gak
jadi terkenal lagi, ngerintis lagi dari awal, bolak-balik mulu ke titik nol…”
“Ya Mami
kan cuma minta kamu nikah, bukan buat pesta. Nanti di rahasiain dulu sementara
juga gapapa. Pengennya nyuruh kakakmu, tapi kan udah nikah si Adit. Tapi yaudah
lah kalo kamu gak mau gapapa. Mami gak maksa,” sela Indah lalu berjalan ke
kamarnya dengan lesu.
David
menghela nafas dengan berat. Ia tau Stela, tapi ia tak tau jika gadis yang baru
lulus SMA itu akan di jadikan sebagai istrinya. Mengurus pernikahan juga
membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ia juga harus mempersiapkan ini itu juga.
Namun yang terpenting pernikahan itu soal perasaan, soal hati dan David tidak
menaruh perasaan apapun pada Stela.
“Papi!”
panggil David yang melihat papinya pulang dari pabriknya.
“Gak ngerti
lagi Papi sama kamu…” ucap Aryo dingin pada David seolah tau apa yang akan
disampaikannya dan langsung masuk ke kamar di iringi dengan bantingan pintu.
David
mengusap wajahnya dengan gusar. Tak ada hal yang membuatnya lebih gusar dan
merasa tidak nyaman selain berproblem dengan orang tuanya. David menghela nafas
dengan berat lalu mengetuk pintu kamar orang tuanya.
“Pi…Mi…”
panggil David sebelum masuk.
Indah
langsung tiduran memunggungi pintu dan berpura-pura kecewa. Sementara Aryo yang
bingung harus memasang ekspresi seperti apa langsung masuk ke kamar mandi dan
berpura-pura buang air.
“Gapapa
Mas, Mas kan punya kehidupannya sendiri. Udah jadi artis juga, Mami gapapa kalo
Mas malu nurutin permintaan Mami lagi…” ucap Indah begitu David duduk di ujung
tempat tidurnya.
“Oke aku
mau nikah, tapi ini harus di rahasiakan. Gak usah ada pesta. Lagian Stela juga
belum tentu mau sama aku…” ucap David mengalah.
Indah
langsung bangun dengan begitu ceria dan sumringah. “Beneran mau?” tanya Indah.
David
mengangguk pelan. “Tapi syaratnya harus di rahasiain,” jawab David.
“Oke!
Gapapa, nanti Mami atur!” ucap Indah begitu semangat.
David
menghela nafas lalu beranjak dari kamar orang tuanya. Entah pilihannya itu
sudah benar atau tidak. Tapi yang jelas David yakin setelah menikah nanti ia
akan bisa mengatur semuanya dengan lebih baik dan tentunya berada dalam
kendalinya. Terutama terkait Stela nanti. [Next]
[1] Figuran yang nggak terlalu penting dalam cerita
utama, tetapi biasa diperankan oleh aktor besar.
[2] Casting adalah proses
pemilihan pemeran atau aktor untuk memerankan sebuah karakter di dalam film.
0 comments