Bab 17 – Penyesuaian
Dave
menggendong Allen masuk ke kamar. Dave ingin bercinta lagi dengan Allen seperti
sebelumnya, apa lagi ia sudah menahan diri selama satu bulan. Tapi begitu
sampai di tempat tidur Dave teringat kalau Allen tengah hamil dan ini kali
pertamanya secara pribadi berhubungan dengan wanita hingga hamil seperti
sekarang. Allen sebenarnya siap-siap saja bila Dave ingin bercinta dengannya,
Allen juga menginginkannya tapi malu dan lebih memilih menunggu Dave yang
mengajaknya.
"Tuan
Dave, kenapa kau menyuruhku tidur di bawah kemarin?" tanya Allen sambil
menarik selimutnya.
Dave
bingung harus menjawab bagaimana. Bodoh bila ia menjawab dengan jujur tapi bila
ia bohong rasanya itu tidak baik juga. "Eng... Ku kira kau ingin menjaga
jarak dariku saat kau meletakkan surat perjanjianmu di meja kerjaku. Jadi aku
menjaga jarak darimu... " ucap Dave malu-malu lalu memunggungi Allen.
Allen hanya
tersenyum sambil geleng-geleng kepala. "Kenapa tidak bertanya?" tanya
Allen lagi sambil memeluk Dave dari belakang.
Dave
merasakan payudara Allen yang menempel di punggungnya membuatnya makin grogi
untuk menjawab. "Kau yang tidak menjelaskan! " Dave pilih menimpakan
kesalahannya pada Allen.
Allen
tertawa kecil tak menyangka hanya karena masalah sepele seperti itu ia dan Dave
bisa saling menjaga jarak. "Tuan Dave tolong lain kali jangan mengambil
keputusan sendiri seperti itu... " ucap Allen lembut sambil mengelus perut
sixpack Dave.
Dave
mengangguk pelan. Cukup lama Dave berpikir untuk mengajak Allen berhubungan
intim kembali setelah masalah salah pahamnya selesai, tapi saat ia membalikkan
badan Allen sudah terlelap dengan nyenyak. Padahal Dave sudah bangun dan siap
untuk Allen. Apa boleh buat Dave dengan terpaksa menenangkan dirinya, karena
tak kunjung tenang akhirnya Dave memuaskan dirinya di kamar mandi sendirian.
Tapi baru
saja ia selesai memuaskan dirinya, Allen terbangun karena Dave tak ada di
sampingnya. Dave tak berniat mengatakan apapun, Dave tau Allen pasti tau apa
yang baru saja ia lakukan. Dave juga berharap bila Allen bisa peka padanya dan
melayaninya tanpa di minta. Tapi sayangnya Allen tak menyadari apa yang Dave
inginkan dan mengira Dave tak nyaman bila ia tidur di tempat tidur yang sama.
"Tuan
Dave, apa kau tidak nyaman? A-aku bisa tidur di luar seperti biasanya..."
ucap Allen sambil berusaha bangun.
Dave
menggeleng pelan lalu memeluk Allen. "Jangan, tidurlah di sampingku."
Allen
langsung mengangguk lalu membiarkan Dave memeluknya. "Aku takut membuatmu
tidak nyaman... " lirih Allen sebelum merubah posisinya agar lebih nyaman.
"Allen,
aku menginginkanmu. Tapi aku takut menyakiti anakku. Kau paham kan? Aku butuh
itu... " jelas Dave sebelum ia dan Allen salah paham lagi.
Allen
mengangguk lalu membalas pelukan Dave. "Kita bisa pergi ke dokter lagi
untuk menanyakan soal ini..." ucap Allen lembut.
"No,
aku sudah baca di internet. Aku tidak akan mengganggunya tumbuh kuat dulu! Aku
ayah yang baik! " ucap Dave sambil membenamkan wajahnya di bawah ketiak
Allen sambil sesekali mengecup payudara Allen. "Tidurlah... " ucap
Dave meyakinkan Allen bila ia baik-baik saja.
Pagi-pagi
Allen sudah ke minimarket di temani Dave untuk membeli beberapa snack untuk
bekal Nathan. Allen juga menyiapkan sarapan di bantu Dave. Dave juga sengaja
hari ini tidak pergi ke kantor dan mengosongkan semua jadwal pertemuannya agar
bisa menemani Allen di rumah.
"Aku
senang kau dan Allen sudah berbaikan... " ucap Nathan sambil menikmati
sarapannya.
Dave
berpura-pura tidak dengar. Senentara Allen tersenyum sumringah mendengar ucapan
Nathan.
"Ku
kira kalian bermusuhan karena aku datang... " ucap Nathan.
"Tidak,
tidak ada hubungannya denganmu. Tidak usah kau pikirkan. Aku dan Allen
baik-baik saja... " ucap Dave agar Nathan tidak overthinking.
"Lalu
kenapa kalian tidak tidur bersama?" tanya Nathan.
"Em...
Kami sempat salah paham, tapi sekarang semuanya sudah baik-baik saja... "
Allen ikut menjelaskan lalu mengecup pipi Dave agar Nathan yakin.
"Lihat?
Tidak ada yang perlu kau khawatirkan Nathan... " ucap Dave yang paham
bagaimana perasaan Nathan.
Nathan mengangguk
lalu tersenyum senang. Nathan merasa harinya jadi lebih cerah dan menyenangkan
saat Dave dan Allen sudah berbaikan. Nathan senang Allen tidak tidur di sofa
luar dengan selimut tipis. Nathan juga senang Allen hamil, meskipun Nathan juga
sedih ia jadi paman bukan kakak seperti yang ia bayangkan.
"Da
Allen... " pamit Nathan sebelum berangkat sekolah di antar Dave.
"Jangan
pergi kemana-mana aku hanya sebentar! " ucap Dave sebelum keluar dari
apartemennya.
Allen
mengangguk patuh. "Tuan Dave, boleh aku dapat pelukan? " pinta Allen
dengan lirih.
Dave
langsung memeluk Allen dengan erat sambil mengelus punggungnya. "Nanti ku
peluk lagi ya... " ucap Dave lalu pergi mengantar Nathan sekolah.
Allen
kembali melanjutkan aktivitasnya membereskan rumah seperti biasanya. Sampai
suara bel apartemennya berbunyi.
"Tunggu
sebentar... " ucap Allen sambil membukakan pintu. "Kevin?" Allen
memastikan.
"Hai!
Mana kakakku?" tanya Kevin sambil berjalan masuk dan memberikan box
makanan titipan Helga pada Allen.
"Dave
mengantar Nathan sekolah. Sebentar lagi datang. Oh iya sudah sarapan?"
"Sudah,
aku hanya memastikan kakakku baik-baik saja. Tadi tiba-tiba dia mengambil cuti.
Aku khawatir."
Allen
tersenyum sambil mengangguk. "Mau teh? Kopi? Jus?" tanya Allen sambil
membuka box makanan yang di bawakan Kevin.
"Tidak
usah, nanti aku ambil sendiri... " ucap Kevin sambil berjalan mengitari
rumah dan mengecek tiap kamar. "Nathan menginap?" tanya Kevin.
Allen
menggeleng. "Ku rasa Nathan tinggal bersama kami. Coba nanti tanyakan pada
Dave ya... " jawab Allen.
Sial! Sudah
aku harus membagi kakakku dengan Allen sekarang Nathan juga! Sialan! Batin
Kevin kesal karena makin sulit menghabiskan waktu bersama kakaknya lagi.
Lama Allen
menunggu Dave pulang. Terasa lama karena Kevin tak tenang dan tampak
terburu-buru dan tak senang menunggu. Padahal Allen sudah menawarkan makanan
dan menyetel TV agar Kevin bisa menunggu dengan nyaman.
"Allen...
" panggil Dave yang baru datang sambil membawa seikat mawar merah untuk
Allen.
"Kakak!!!
" bentak Kevin begitu mendengar suara Dave.
Dave menaikkan
sebelah alisnya lalu memberikan setangkai mawar yang ia bawa. "Sisanya
untuk istriku... " ucap Dave polos lalu memberikan setangkai Mawar untuk
adiknya lalu memberikan sisanya pada Allen.
Allen hanya
diam menerima pemberian Dave lalu seketika semuanya hening. Dave juga hanya
diam sambil merangkul Allen dan menatap Kevin.
"A-aku
mau mandi... " ucap Allen lalu masuk ke kamar Dave.
Dave dan
Kevin hanya diam sambil menatap Allen sampai masuk kamar.
"Ada
apa?" tanya Dave.
"Kenapa
kau tidak pergi kerja?" tanya Kevin.
"Istriku
hamil... "
"Kau
juga tak pernah berkunjung ke rumah lagi! Kau tidak pernah berenang bersamaku!
" cerca Kevin tanpa mendengarkan penjelasan Dave yang sudah ia potong.
"Kau bahkan mengijinkan Nathan tinggal bersamamu sementara aku tidak! Kau
juga lebih memilih istrimu yang hamil.... Tunggu! Istrimu hamil?! Hamil?!"
heboh Kevin.
Dave
mengangguk. "Pertama aku baru saja menikah, baru satu bulan aku tidak
pulang, aku juga sibuk mengurus Nathan yang di titipkan padaku. Ibuku menikah lagi...
Kalau kau mau tinggal di sini sudah sempit. Jadi tidak bisa. Nanti aku akan
berenang bersamamu... Sudah ya jangan marah-marah... " ucap Dave
menjelaskan kondisinya pada Kevin dengan lembut.
Kevin
langung memalingkan wajahnya.
Dave menghela nafas. "Aku tetap kakakmu, aku tetap menyayangimu Kevin. Nathan adikku dia bahkan masih 7 tahun. Allen juga lebih muda darimu. Bahkan dari kau, Daniel dan Nathan. Hanya kau yang paling dekat denganku. Berhentilah berpikir sesuatu yang buruk begitu..."