BLANTERORBITv102

Bab 01 – Pelukan Hangat

Jumat, 07 Juli 2023

 

Dave ikut datang menemui ibunya yang lagi-lagi bercerai dengan suaminya. Ini kali pertama Dave datang menemui ibunya setelah bercerai dari ayahnya, Antonio Mcclain. Ibunya sudah tiga kali menikah, tapi ini adalah perceraiannya yang paling alot dan menjadi sorotan media, karena bercerai dengan seorang pemilik rumah produksi film.

Penelope Culkin sebenarnya bukan wanita yang hidup terbiasa di bawah sorot kamera meskipun ia terbilang sangat cantik. Bahkan di usianya yang tak lagi muda seperti sekarang saja ia masih terlihat sangat cantik. Pertama ia menikah dengan ayah Dave, Antonio Mcclain di usianya yang masih 16 tahun. Lalu bercerai saat usia Dave masih 7 tahun yang membuat Dave hanya mengingat hal buruk soal ayahnya. Tapi di pernikahannya yang ke dua dengan seorang pejabat dan di karuniai seorang anak laki-laki Dave mulai di abaikan dan tiba-tiba ia di pulangkan kembali ke ayahnya.

Dave tak pernah lagi berkabar dengan ibunya sampai, Mr. Glen Rowland meninggal serangan jantung di akhir masa jabatannya sebagai anggota dewan. Tepat sebelum ia menjadi tersangka korupsi perijinan penjualan kokain. Baru setelah itu ibunya berkenalan dengan seorang sutradara yang akhirnya menjembatani perkenalannya dengan Andre O'neal, suaminya yang sekarang.

Penelope bukan wanita bodoh, meskipun terlahir dari keluarga yang miskin. Ia sangat benci dan jijik pada pria kere yang haus kasih sayang. Itu juga yang melandasinya meninggalkan Antonio juga Andre sekarang. Ia muak akan ke gagalan dan hidup susah. Penelope juga sangat enggan menilik kembali masa lalunya yang ia nilai akan menghambat langkahnya. Itu pula alasan mengapa ia meninggalkan Dave bersama ayahnya lalu memulai hidup baru dengan Mr. Glen.

Dave juga tidak pernah bertemu dengan adik-adiknya yang lain sebelumnya. Seperti Daniel Rowland dan Nathan O'neal, baru sekarang ini ia bertemu dengan mereka. Itu pun karena ibunya sangat membutuhkan pengacara dan ia punya pengacara terbaik di sana. Baru Penelope mencarinya dan mengenalkan kedua adiknya itu pada Dave sembari menanyakan kabar sebagai basa-basi.

"Aku tidak perlu banTuanmu, aku punya bisnisku sendiri... " ucap Daniel angkuh pada Dave, bahkan keduanya belum berkenalan. "Aku akan ke Jerman minggu depan, aku tidak mau ikut campur dengan urusan ibu."

Dave hanya diam mendengar ucapan Daniel. Lagi pula ia juga enggan beramah tamah dengan bocah angkuh ini.

"Aku Nathan, umurku 8 tahun. Aku bisa membaca, menghitung, memasang kancing baju, mengikat tali sepatu. Aku juga sikat gigi tiap malam... Iiiiii.... " Nathan jauh lebih baik dari Daniel. Nathan tampak antusias berkenalan dengan Dave meskipun ia takut saat melihat Dave yang begitu dingin.

"Dave Mcclain... Aku kakakmu yang pertama... " ucap Dave memperkenalkan diri pada Nathan sambil menjabat tangan kecilnya dan tersenyum agar suasana sedikit cair.

"Aku punya permen..." Nathan membagi permennya dengan Dave.

Dave hanya mengangguk sambil tersenyum. Nathan mirip dengannya, mungkin lebih imut Nathan. Sedikit. Tapi Dave ingat betul terakhir kali sebelum ia di buang ibunya, kurang lebih seumuran dengan Nathan ini.

"Dave, kau yang membantu wanita itu mengurus perceraiannya kenapa tidak masuk ke dalam? " tanya Daniel dengan begitu kasar menyebut Penelope dengan kata wanita itu.

"Aku tidak mau terlibat dengan masalah apapun yang mengangkut dengannya, tapi dia ibuku. Ibumu juga, jadi apa salahnya aku sedikit membantunya? "

"Apa benar kau anaknya? Kau lebih mirip seperti pacarnya... "

Dave menatap dengan jengah ke arah Daniel yang meragukannya. Dave tak bisa mewajarkannya hanya karena ia tak pernah bertemu sebelumnya. Daniel benar-benar remaja yang menyebalkan.

"Hanya karena kita dari ayah yang berbeda tidak berarti aku bukan anak Penelope juga," Dave berusaha menghindari percakapan dengan Daniel yang tampak membencinya. "Kau punya bisnis apa?" tanya Dave.

Seketika wajah Daniel memanas saat Dave menanyakannya soal bisnisnya. Padahal tadi ia begitu bangga akan bisnisnya. "B-ba-... "

"Bar Gay?" Dave mengalihkan pandangannya ke ponsel. "Sepertinya barmu cukup viral. Pantas saja kau begitu angkuh."

Daniel langsung menatap Dave kesal. Merasa Dave mengoloknya. Daniel tau Dave berjaya dengan perusahaan keluarga Mcclain. Daniel hanya anak yang gagal, bahkan ia bisa mendapatkan bisnisnya yang sekarang karena menjadi simpanan seorang pria tua yang begitu kaya dan tergila-gila padanya yang berkenalan saat pemakaman Mr. Glen.

"Dimana kalian akan tinggal?" tanya Dave.

"Kalian sudah akrab?" suara Penelope terdengar begitu senang melihat anak-anaknya yang sudah mulai mengobrol satu sama lain sebelum pertanyaan Dave di jawab. "Ibu titip Nathan ya, ibu ada urusan setelah ini. Besok ibu akan menjemputnya... " ucap Penelope yang langsung memberikan tas ransel kecil milik Nathan pada Dave.

Sementara Daniel langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan dan berkata apapun. Daniel tidak bermaksud buruk dengan Dave, tapi ia akan selalu bersikap galak dan menjaga jarak ketika ia melihat pria yang begitu menggoda imannya seperti Dave. Padahal dari hatinya sendiri Daniel ingin mengenal kakaknya itu lebih jauh.

Tak lama setelah Daniel pergi dan Penelope yang menitipkan Nathan pada Dave, Penelope langsung pergi begitu saja tanpa berkata apapun karena sudah di telfon entah siapa berulang kali. Hingga hanya Dave dan Nathan yang bingung harus bagaimana.

"Tidak papa, aku juga saudaramu. Kita kerumahku... " ucap Dave menenangkan Nathan yang berkaca-kaca di tinggal sendiri bersama Dave yang belum dekat dan ia kenal baik.

Perasaan seperti yang Nathan rasakan sekarang pernah Dave rasakan. Persis seperti saat ibunya menitipkan pada ayahnya kembali. Dave seperti di bawa ke masa lalunya kembali saat melihat Nathan. Anak kecil yang kebingungan, tak berdaya, dan tidak tau kenapa hak asuhnya yang di ombangambingkan.

Menjadi anak baik saja tidak cukup, menjadi anak baik yang ramah juga tidak cukup, menjadi anak baik yang ramah dan pandai di segala mata pelajaran juga masih kurang. Dave ingat sekali ia sangat merindukan Penelope dan selalu berharap bisa menghabiskan waktu dengannya lagi. Tapi Penelope terus mengabaikannya dan tak pernah menemuinya, Dave di lupakan begitu saja. Bahkan Penelope tak pernah mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Meskipun ayahnya dan ibu sambungnya selalu ada untuknya. Dave selalu merasa kurang karena tidak ada Penelope.

"Aku akan keluar, kau bisa tinggal di sini semalam. Aku memanggilkan pengasuh untuk malam ini. Tidak usah takut... " ucap Dave begitu sampai apartemennya.

"Tidak usah memanggil pengasuh, aku bisa mengurus diriku sendiri... " ucap Nathan meyakinkan Dave kalau ia akan baik-baik saja.

Dave hanya tersenyum. "Kau anak yang baik... " puji Dave pelan.

"Iya, tapi orang tuaku tetap berpisah..." Dave mulai sedikit memperhatikan Nathan. "Daniel bilang kalau orang tuaku berpisah berarti aku nakal... " ucap Nathan sedih sambil menatap Dave.

Dave menggeleng. "Orang tua bercerai karena mereka ingin bercerai. Bukan salah anaknya. Anak-anak tetap anak-anak. Ini bukan salahmu... " ucap Dave menghibur Nathan. "Dulu orang tuaku juga bercerai, aku anak baik."

"Kenapa?" tanya Nathan.

"Ibuku tidak suka pria miskin, ayahku malah bangkrut. Jadi di tinggalkan."

"Itu tidak baik, jahat." Daniel tersenyum mendengar komentar Nathan. "Apa ayahmu sedih?"

Dave mengangguk. "Dia sangat sedih, aku juga sedih tidak bisa ikut ibuku lagi. Tapi sekarang aku sudah baik-baik saja."

"Berapa lama kau menangis?"

Ingin Dave menjawab hampir setiap hari hingga sekarang. "Satu hari... Aku menangis hingga aku lelah... " dusta Dave.

"Apa aku boleh menangis juga?"

"Tentu. Menangislah tidak papa."

"Tapi aku laki-laki... " Dave langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Nathan yang menahan gengsi untuk menangis hanya karena ia laki-laki.

"Aku juga laki-laki, ayahku juga. Kau boleh menangis di sini. Aku akan merahasiakannya... "

Nathan tersenyum senang mendengar  Dave yang mau merahasiakan kalau ia menangis. Jadi Nathan tersenyum dan mulai menitihkan airmatanya yang sudah lama ia tahan.

"Menangislah yang puas... " ucap Dave. Benar saja setelah itu Nathan menangis dengan keras sambil memegangi tangan Dave yang duduk di sampingnya. Nathan lebih beruntung dari pada dirinya. Dulu Dave menangis sendirian sambil menyusuri jalan pulang ke rumah ayahnya. Sampai di rumah ayahnya juga Dave hanya sendirian di kamar.

Dave melebarkan tangannya bersiap memeluk Nathan. "Setelah menangis semuanya akan jadi lebih ringan dan baik dari sebelumnya... " bisik Dave sambil memeluk dan mengelus punggung Nathan. Nathan begitu hancur dan terguncang atas perceraian ini. Lebih dari kedua orang Tuanya yang bercerai. Tapi karena Nathan hanya anak-anak orang-orang hanya peduli pada hak asuhnya semata. Bukan perasaannya juga.

Sudah satu bulan ini, Dave kembali rutin menghabiskan malamnya di bar. Dari pada club malam yang akan menghiburnya tak hanya dengan minuman dan musik keras tapi juga wanita yang siap bungkus kapanpun dimanapun. Dave lebih memilih menghabiskan malamnya di dalam sebuah bar sepi di depan apartemennya.

Dave bahkan sampai membuat kartu member karena iseng dan memang sering ke sana. Dave senang di kerubungi wanita yang siap memuaskannya, tapi akhir-akhir ini Dave merasa lebih ingin bisa menenangkan diri dan perasannya. Di bar ini pula Dave biasanya akan menangis dan bicara tanpa henti mengatakan masalahnya.

"Seperti biasanya..." pesan Dave begitu duduk di depan meja bartender.

Allen langsung berusaha membuatkan minuman yang biasa Dave pesan. Ini kali pertama gadis muda berambut gelombang itu melayani Dave secara langsung. Biasanya ia hanya akan membersihkan bar atau mencuci gelas dan piring di dalam.

"Kau baru di sini? " tanya Dave setelah menyesap minumannya.

Allen langsung mengangguk dengan cepat. Tampak jelas ia sangat gugup di depan Dave, bahkan ia sudah berkali-kali mengelap tangannya yang pada apron yang ia kenakan.

"Kemana yang biasanya?" tanya Dave lalu menyodorkan gelasnya lagi untuk di isi ulang.

"T-ti-ti-tidak... Tidak masuk... S-sa-sakit... " jawab Allen gugup.

Dave merasa Allen yang gugup di depannya begitu lucu, tapi sayang tak cukup menyenangkannya hingga memunculkan senyuman. Baik Dave maupun Allen tidak bicara lagi. Allen yang merasa gugup dan tidak layak berbicara pada pelanggannya, sementara Dave tidak tau harus membahas apa. Dave terbiasa mendengarkan wanita-wanita penggoda yang terus mengoceh tentang hal-hal lucu yang mereka lalui untuk menghiburnya.

Tapi Dave cukup sadar untuk mengetahui ia datang ke bar ini bukan untuk di hibur kupu-kupu malam. Ini juga normal seperti di bar biasanya, hanya ia dan bartendernya yang hanya diam dan bicara hanya saat ia ajak bicara.

"Lagi... " ucap Dave dengab wajahnya yang mulai bersandar ke atas meja menahan kantuk dan pengaruh alkohol yang mulai menjalari tubuhnya.

Allen kembali menuangkan vodka ke dalam gelas Dave. Sudah hampir satu botol penuh di habiskan Dave sendiri. Allen sedikit khawatir melihat dave yang sudah tak kuat begitu tapi tetap menurutinya.

"Aku anak baik, nilaiku juga selalu bagus, aku yang terbaik di manapun..." Dave mulai meracau seperti biasanya ketika ia mabuk. "Ibuku tidak pernah memperdulikanku. Sedikitpun tidak pernah mengingatku. Bahkan di hari ulang tahunku pun ia tidak mengucapkan apapun... "

"Kapan ulang tahunmu?" lirih Allen bertanya pasa Dave yang mabuk.

Dave tersenyum. "Besok ulang tahunku, aku hanya ingin di peluk. Aku sudah bisa membeli apapun sendiri sekarang... "

Allen dan Dave sama-sama tidak bicara apapun lagi. Dave hanya menangis dalam diam sambil melamun. Dave terlihat seperti anak-anak yang begitu kesepian. Sejujurnya Allen sama sekali tidak tau latar belakang Dave, yang ia tau Dave hanya pria mempesona dan misterius, kebetulan menjadi pelanggan tetap di bar tempatnya berkerja. Kadang Allen mendengarkan Dave menangis sambil meracau meluapkan kesedihannya. Allen juga sering mendapat sedikit bagian dari tips yang di tinggalkan Dave.

"Jam berapa sekarang?" tanya Dave.

"23.30..." jawab Allen.

Dave kembali menyodorkan gelasnya untuk di isi kembali. Tapi bukan mengisi gelas Dave, Allen malah menyentuh tangan kokoh milik Dave yang begitu dingin. Allen menatap mata Dave yang sembab, keduanya saling bertatapan. Allen paham apa yang di rasakan Dave, ia juga di tinggalkan sendirian benar-benar sendiri. Bahkan panti asuhan tempatnya di besarkan juga bubarkan karena tak ada donatur dari manapun.

"Aku mengerti perasaanmu... " lirih Allen.

"Itu yang di katakan semua wanita padaku. Lalu mereka akan berusaha mendekatiku dengan cerita-cerita menyedihkan tentang masa lalunya. Terlalu klasik... Mana minumanku? "

Allen kembali tersadar. Ia dan Dave berbeda. Ia hanya pelayan dan Dave adalah pelanggan yang menjadi raja di bar ini.

"Sudah aku mau pulang... " Dave mengeluarkan beberapa lembar bahkan nyaris semua uang yang ada di kantungnya tanpa menghitung terlebih dahulu. "Sisanya tips... " ucap Dave sambil terhuyung-huyung berusaha bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

"Tuan, siapa namamu?" tanya Allen sambil berjalan buru-buru menuju Dave setelah melihat jam.

"Dave... " jawab Dave singkat.

Allen langsung memeluk Dave dari belakang. "Selamat ulang tahun Tuan Dave... Semoga panjang umur dan bahagia... " ucap Allen memberanikan diri mengabulkan permintaan Dave yang ingin di peluk saat hari ulang tahunnya.

Dave tak bisa berkata apa-apa saat Allen tiba-tiba memeluknya. Gadis itu lebih pendek darinya, badannya juga kurus, tapi pelukannya terasa begitu hangat dan menenangkan Dave yang sedang kacau. Rasanya sulit di terima Dave kalau ini nyata, ia terlalu mabuk untuk mengakui ini nyata. Dan terlalu sadar untuk mengamini bila ia merasa benar-benar nyaman saat ini.

"Aku tidak membayarmu untuk melakukan ini... " ucap Dave sambil tertawa pelan.

"Tidak usah di bayarpun aku akan senang hati melakukannya untukmu... " jawab Allen lalu melepaskan pelukannya dari Dave.

Dave menatap Allen sejenak, mustahil ada wanita yang memeluknya secara cuma-cuma. "Kamu pelacur dengan rayun terbaik yang pernah ku dengar... " sarkas Dave sebelum meninggalkan bar itu.

"Maaf tapi aku bukan pelacur... " ucap Allen sebelum Dave benar-benar pergi.

Dave ingat betul bagaimana cara Allen memeluknya semalam. Jelas itu bukan cara pelacur memeluk seperti biasanya. Pelukannya hangat dan terasa begitu tulus. Tidak menggerayanginya dan memancing nafsunya seperti pelacur lainnya. Tangan Allen melingkar di pinggang Dave sambil memberi jarak agar payudaranya tidak tertekan dengan punggung Dave.

Cara Allen menggenggam tangannya juga berbeda. Ia tak mencoba merayu Dave. Rasanya Allen memang benar-benar ingin mengerti atau memang ia sudah mengerti perasaan Dave seperti katanya semalam. Tapi dari itu semua yang paling membuat Dave kesal adalah ia belum berkenalan dengan Allen bahkan belum tau siapa namanya.

Bahkan Dave hanya mengingat wajahnya saja, dengan rambut bergelombang dan penampilan yang tidak menarik. Sama sekali tidak spesifik dan sulit di jelaskan bila ia akan mencari Allen.

Maka sebelum Dave benar-benar kesulitan mencarinya ia benar-benar pergi mencari Allen ke bar tempat ia bekerja. Tapi sayang saat Dave tiba bar itu tutup. Besoknya Dave kembali datang lagi dan masih tutup, begitu terus hingga seminggu menunggu. Tapi sialnya saat bar buka Allen tidak ada di sana.

"Mana gadis itu?" tanya Dave pada bartender yang biasa melayaninya.

"Gadis? Oh! Maksudmu Allen...  Dia sudah tidak bekerja di sini... Bos tidak mampu membayar cukup karyawannya jadi Allen di pecat... "

"Hah?! Di pecat?!" Dave begitu kaget. Hilang sudah kehangatan yang belum sempat ia cicipi lebih dalam itu. "Sekarang di mana ia bekerja? Dimana rumahnya? Siapa namanya?" Dave langsung mencari informasi tentang Allen sebanyak yang ia bisa.

"Aku tidak tau di mana rumahnya, tapi ku dengar dia bekerja di restoran cepat saji."

Sial! Baru kali ini ada wanita yang meninggalkan Dave begitu saja tanpa berusaha memberikan kontak apapun padanya. Bisa-bisanya, seorang Dave Mcclain di tinggalkan oleh seorang wanita murahan. Dave benar-benar tertantang untuk bisa menemukan Allen lagi, apa lagi Allen sudah menggenggam tangannya dan memberikan pelukan hangat yang Dave inginkan di hari ulang tahunnya.

Apa Allen bekerja seperti Nanny McPhee yang hanya ada saat di butuhkan dan hilang saat di inginkan? Tapi apapun itu Dave tetap menginginkan Allen dan kehangatan yang ia punya lagi. Apapun caranya Dave harus menemukannya lagi! [Next]



Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.