"Anda
suaminya?" tanya dokter yang tadi pagi menangani Allen.
Dave
langsung mengangguk.
"Nyonya
Allen sudah bilang sesuatu?" tanya dokter itu lagi.
Dave
langsung serius dan makin khawatir. Jangan-jangan Allen sakit serius dan jadi
parah karena ulahnya akhir-akhir ini.
"Karena
kau menatapkun seperti itu sepertinya memang belum mengatakan apapun... "
"Apa?
Istriku kenapa?" cerca Dave tak sabaran.
"Istrimu
hamil, ini minggu-minggu awal kehamilannya. Kurasa ia terlalu memforsir dirinya
hingga pingsan seperti ini. Dia juga kekurangan nutrisi, aku mengkhawatirkan
janinnya."
Dave kaget
bukan main. Selama ini ternyata Allen sedang melewati masa-masa sulit awal
kehamilannya. Sedangkan ia terus melakukan hal konyol pada Allen dengan
bersikap kasar dan keras padanya. Bahkan Dave terus berusaha menyingkirkan
Allen karena ia sedang sakit. Padahal jelas-jelas ia yang sudah membuat Allen
sakit.
"L-lalu...
S-sekarang dia bagaimana? Aku tidak sengaja mendorongnya... " ucap Dave
gemetar ketakutan bila terjadi sesuatu pada Allen.
"Kurasa
dia baik-baik saja. Awal kehamilan memang jadi gampang lemas, mual, sering
buang air kecil. Apa hari ini dia sudah makan?" tanya Dokter.
Dave
kembali terdiam. Tadi pagi Allen tidak makan, siangnya juga sepertinya belum
sempat makan. Malamnya saat Allen menyiapkan makan malam juga Dave menyindirnya
habis-habisan hingga Allen tak menyentuh makanannya sedikitpun. Saat mau tidur
Dave malah melakukan hal bodoh dengan argh bahkan Dave begitu menyesal untuk
mengingat apa yang sudah ia lakukan pada Allen.
"Kurasa
dia belum makan apapun hari ini... " ucap Dave pelan dan penuh sesal.
"Pantas
saja dia lemas begini. Ya, semua akan baik-baik saja setelah di infus..."
ucap dokter sebelum meninggalkan Dave dan Allen.
Dave hanya
diam merenungkan perbuatannya selama sebulan ini. Dari awal Dave yang memilih
dan melanggar setiap kontrak, lalu ia berbuat buruk pada Allen. Padahal Allen
berkali-kali mengatakan ingin menjadi pasangannya yang baik. Allen bahkan
mengerjakan lebih dari yang harusnya ia kerjakan seperti membersihkan apartemen
dan menyiapkan makan. Sekarang malah bertambah dengan mengasuh Nathan juga.
Dave bahkan
memberikan tempat istirahat yang layak dan makan bebas pada semua karyawannya.
Tapi ia malah bersikap jahat pada Allen yang berusaha berbuat baik untuknya.
Bahkan Allen tidur di lantai dan di sofa seperti gelandangan. Makanpun terus ia
sindir hingga seleranya hilang.
"Tuan
Dave... " lirih Allen begitu bangun.
"Allen
kau hamil," ucap Dave singkat sambil mengusap wajahnya dan menghela nafas.
Allen sudah
merasakan firasat buruk. Rencananya menyembunyikan kehamilan gagal.
"Istirahatlah
lagi, nanti di rumah kita bicarakan." Dave menggenggam tangan Allen.
"Tuan
Dave, maaf merepotkanmu... " ucap Allen lembut. "Kalau kau ada
urusan, aku bisa sendiri... " ucap Allen sambil membalas genggaman tangan
Dave.
Dave hanya
diam. Allen tak berani bicara lagi. Allen tak mau memperkeruh suasana bila
ternyata Dave tak menginginkan kehamilannya. Dave juga terlihat sangat kusut
dan terus memalingkan pandangannya dari Allen meskipun ia terus menggenggam
tangan Allen.
"Tuan
Dave... " panggil Allen pelan. Dave langsung menatapnya. Seketika Allen
langsung mengurungkan niatnya untuk membahas hubungan mereka. "Em... Siapa
yang akan mengantar Nathan sekolah?" tanya Allen.
"Itu
sudah ku urus, tidak usah kau pikirkan," jawab Dave lalu mengelus perut
Allen pelan. "Kau mau makan sesuatu?" tanya Dave perhatian.
Allen
menggeleng pelan sambil tersenyum. "Tuan Dave bagaimana menurutmu bila aku
hamil?" tanya Allen.
Dave
menghela nafas berusaha agar tidak terlalu emosional. "Tidak
apa-apam..." baru Dave ingin melanjutkan ucapannya seorang perawat datang
untuk melepaskan infus di tangan Allen.
"Aku
sudah boleh pulang?" tanya Allen.
"Sudah
nyonya... " jawab perawat itu singkat.
Dave
langsung menggendong Allen dan membawanya keluar menuju mobilnya. Allen malu
sekali di gendong seperti ini, apa lagi ia langsung jadi bahan tontonan semua
orang di rumah sakit.
"Kau
tidak memakai sandal, jadi ku gendong saja... " ucap Dave sebelum Allen
meronta.
Allen
mengangguk pelan dan tak berani melawan lagi. Meskipun Allen takut dengan
reaksi dan pembicaraannya dengan Dave nanti tapi Allen senang dengan perlakuan
Dave yang lembut padanya.
"Kau
tetap harus makan sesuatu Allen. Kau bisa minta apapun, kau mau apa?"
paksa Dave sambil menyetir pulang.
"Nanti
aku buat sup saja di rumah... "
"Sup
telur? Kau perlu lebih dari sekedar telur Allen. Kau hamil, pikirkanlah
kesehatanmu... " sela Dave yang khawatir pada kesehatan Allen.
"Nanti
aku makan buah... "
"Hanya
buah?" sela Dave lagi.
"Aku
minum susu juga... "
Dave
mendengus kesal. "Sudah aku saja yang memikirkan makanan apa yang harus
kau makan."
Allen
mengangguk pasrah lalu diam sepanjang perjalanan pulang. Hingga sampai di
apartemen.
Dave
membelikan beragam makanan, mulai yang asin hingga yang manis. Semuanya lengkap
dari makanan sehat hingga junk food. Bagi Dave sekarang yang penting Allen mau
makan. Dave juga membelikan beberapa kotak susu ibu hamil padahal kemarin Allen
juga sudah beli.
"Tuan
Dave nanti lagi ya makannya?" pinta Allen yang sudah kenyang.
"Itu
kau yang kenyang, anakku belum! " omel Dave yang sudah siap memesan soft
cake lagi untuk Allen.
Allen
menghela nafas lalu menyentuh kentang goreng. Dave juga sudah siap memesan
lagi. Pokoknya semua yang di sukai Allen akan segera di carikan isi ulangnya.
"Soft
cake lagi, kentang goreng juga... " pinta Dave pada karyawannya yang
bertugas mencarikan makanan apapun yang Dave minta. Dave ingin menebus rasa
bersalahnya pada Allen.
Allen
tersenyum melihat tingkah Dave yang jadi baik lagi padanya. "Tuan Dave aku
hamil...
"Iya
tidak papa, itu anakku juga."
"Bukan
begitu tapi ini tidak tercantum di kontrakku..." Allen memelankan suaranya
sambil menggenggam tangan Dave. "Kau tidak harus bertanggung jawab atas
diriku Tuan. Aku suka bisa mengandung anakmu. Tapi biar aku saja yang
bertanggung jawab atasnya. Aku tidak ingin mengganggu kebebasanmu..."
"Allen!
Apa maksudmu?! Apanya yang aku tidak perlu bertanggung jawab?! Sudah jelas aku
yang membuatmu hamil! Kau ini bicara apa?!" bentak Dave tak terima atas
ucapan Allen yang malah mementingkan kebebasan bodohnya.
"Di
kontrak kau sama sekali tak menginginkan hubungan apapun denganku. Kau juga
bilang aku tidak boleh memanfaatkanmu melebihi fasilitas yang kau sediakan. Kau
membuat kontrak denganku, dari awal agar kau tidak terikat oleh siapapun. Aku
berusaha menghargai itu... " ucap Allen pelan sambil melepaskan genggaman
tangannya dari Dave.
Dave
langsung memalingkan pandangannya. Dave tak kuat menahan tangisnya lagi. Dave
tak menyangka jadi pria yang mengambil komitmen bisa seemosional ini. Benar ia
ingin kebebasannya, tapi bila kebebasannya berarti kehilangan Allen dan anaknya
nanti itu terasa seperti mimpi buruk bagi Dave. [Next]
0 comments