Bab 44 – Jujur
"Allen
kau marah?" tanya Dave sedikit merengek pada Allen setelah lama saling
diam di mobil.
"Allen
marah? Ada apa nak?" tanya Helga ikut kaget mendengar Dave yang merengek
pada istrinya. "Dave membuat masalah?" tanya Helga lagi sambil
memelototi Dave.
Allen
langsung tersenyum sambil menggeleng pelan. "Tidak, aku tidak marah...
" ucap Allen lembut.
"Kalau
kau takut pada Dave bilang mama, biar mama yang memarahinya! " ucap Helga
yang khawatir pada Allen bila tertekan.
"Tidak
ma, tidak apa-apa. Aku tidak marah... " ucap Allen meyakinkan Helga lagi.
"Aku hanya lelah saja... " sambung Allen.
Dave mendengus
kesal karena Allen tidak jujur dan bertengkar dengan Allen atau berdebat
dengannya saat ada Helga bukan hal yang baik untuk Dave maupun Allen.
"Nanti kita bicara ya... " bisik Dave lembut lalu mengecup kening
Allen.
Allen hanya
menghela nafas lalu memalingkan wajahnya. Ini kali pertamanya Allen bingung
pada perasaannya sendiri. Ia hanya di sewa dan di kontrak Dave untuk menjadi
istri, tapi kenapa ia jadi cemburu seperti ini? Bukankah dalam surat perjanjian
sudah tertulis bila Dave tidak mau di batasi, di cemburui atas alasan tidak
jelas, juga bertengkar di depan umum. Allen melanggar semuanya sekarang. Allen
cemburu tanpa alasan yang jelas, tadi mereka hampir bertengkar di depan umum,
sekarang Allen berkeinginan untuk membatasi Dave agar hanya fokus padanya saja.
Allen mulai lupa diri tapi ia juga buru-buru menyadarkan dirinya akan di mana
posisinya.
"Terimakasih
ya sudah menemani mama, lain kali kita pergi lagi ya Allen... " ucap Helga
sebelum pergi setelah mengantar Allen dan Dave pulang.
Allen mengangguk
lalu melambaikan tangannya di ikuti Dave yang juga melambaikan tangannya.
"Allen...
Kau kenapa?" tanya Dave sambil menunggu pintu lift terbuka.
Allen diam
lalu melangkah masuk sambil menghela nafas begitu pintu lift terbuka.
"Tadi aku sedikit cemburu karena Julie menggodamu... Tapi aku hanya... Kau
tau... Aku tidak nyaman... Itu saja. Sekarang aku sudah baik-baik saja. Aku
tidak cemburu lagi. Aku tidak ingin membatasimu... Kau berhak di kelilingi
perempuan lagi bila kau mau... " ucap Allen sedikit malu mengakui
perasaannya pada Dave.
Dave
melongo mendengar Allen yang berani mengakui bila ia cemburu dan menjelaskan
bagaimana perasaannya. Ini kali pertama Dave kewalahan menghadapi wanita yang
ngambek seperti ini. Sebelumnya para wanita yang susah payah menyesuaikan diri
dengan keinginan Dave dan ini kali pertama ada wanita yang menyampaikan protes
padanya, dan itu Allen! Allen yang biasa memakluminya bisa cemburu! Ini rekor!
"A-aku
janji tidak akan cemburu lagi... Maaf aku tidak profesional..." ucap
Allen.
"Jangan!
Kau harus cemburu bila ingin cemburu! Aku suka kau cemburu, itu artinya kayu
mencintaiku. Cemburulah! Aku suka!" ucap Dave cepat sebelum Allen
mengambil jarak darinya.
"Hah?
Kau mengijinkanku untuk cemburu?" tanya Allen kaget.
Dave langsung
mengangguk lalu menekan tombol lift ke rooftop. "Kau ini kan istriku.
Wajar kalau kau cemburu. Memang harus cemburu pada suamimu. Salahnya
dimana?" ucap Dave sambil tersenyum senang.
Allen
menggelengkan kepalanya. "Sepertinya ada sesuatu yang kau lupakan Tuan
Dave... " ucap Allen.
Dave
terdiam sambil berfikir sejenak lalu menggeleng. "Tidak ada yang ku
lupakan."
Allen
menghela nafas. Allen ragu untuk mengingatkan Dave pada kontrak perjanjian yang
sudah mereka tanda tangani dan sepakati bersama. Allen takut Dave marah, tapi
Allen lebih takut bila Dave benar-benar ingat lalu pergi meninggalkannya
sendiri.
Dave
menggandeng Allen untuk duduk bersama di bangku yang di sediakan untuk
menikmati pemandangan langit dan kota di rooftop. Allen sudah berkaca-kaca
memandangi Dave. Lidahnya kelu untuk mengatakan soal kontraknya.
"Oh
kau imut sekali! Kau tidak perlu menangis bila cemburu padaku. Aku setia
padamu, aku tidak menanggapinya sama sekali. Jangan menangis... " hibur
Dave sambil memeluk Allen.
Allen
menggeleng lalu tersenyum. "Tuan Dave, tinggal 45 hari lagi aku bisa tinggal
bersamamu... " Allen menyeka airmatanya lalu menatap Dave serius.
"Apa
maksudmu? Kita akan terus bersama-sama... Hanya karena Julie tadi kau ingin
pergi dariku begitu?!"
Allen
menggelengkan kepalanya lagi. "Kau ingat, kita hanya berpura-pura menjadi pasangan
suami istri. Aku sempat terlena dan mengira bila kita pasangan sungguhan. Saat
aku membuka lemari setelah sekian lama aku terpukul atas kehilangan bayiku aku
menemukan kontrak perjanjian kita lagi.... "
"Cukup
Allen! Cukup! Aku tidak paham apa yang kau ucapkan! Leluconmu begitu burik...
Ini tidak lucu! " ucap Dave yang masih tak percaya setelah ia berhasil
membangun keluarga kecilnya ternyata semua hanya palsu.
"Aku
ingin menganggap itu bohong juga. Tapi berkas-berkas itu tidak bisa bohong...
Dan itu mengingatkanku akan posisiku yang sebenarnya. Itu yang mengingatkanku
dan membawaku sadar bila tak seharusnya aku berharap punya anak darimu...
" ucap Allen sambil menyeka airmatanya berkali-kali.
"Allen
besok aku harus pergi keluar kota. Lalu kau menyuguhiku dengan argh... Ku
kira... " gantung Dave lalu meninggalkan Allen sendirian.
Dave jadi
teringat pada berkas-berkas perjanjiannya dengan Allen, Dave juga jadi ingat
kembali apa alasannya menyeret Allen hingga sejauh ini. Allen membuat Dave
sadar bila mereka sudah banyak melanggar perjanjian yang ada lalu terlena dan
lupa diri bila mereka hanya sedang berpura-pura saja.
"Tuan
Dave... " panggil Allen lirih ketika Dave masuk ke dalam lift.
Dave terdiam sebentar lalu melanjutkan tujuannya. Dave jadi menyadari kenapa Allen selalu memanggilnya begitu formal dengan panggilan Tuan Dave dan bukan hubby, sayang atau yang lainnya. Ternyata memang ada jarak yang begitu besar di antara mereka dan hal itu baru Dave sadari.