Bab 53 – Allen Menemui Dave
Allen
melihat banyak sekali panggilan masuk dari Dave. Perasaan Allen langsung tidak
enak. Kesalahan apa yang sudah ia perbuat sampai Dave terus mencarinya. Baru
Allen membuka pesan masuk, ia membaca semua permohonan Dave yang
memintanya untuk kembali.
"Nyonya
Park! Ternyata suamiku selama ini mencariku! " lapor Allen senang dengan
mata yang mulai berkaca-kaca. "Ternyata dia mencintaiku... " ucap
Allen sambil menangis haru.
Nyonya Park
tersenyum sumringah mendengar ucapan Allen. Begitu pula dengan Hansol yang ikut
mendengar kabar bahagia yang membuat Allen terharu.
"Oh!
Katanya dia sakit... Aku harus bagaimana ini... " gumam Allen panik sambil
membaca pesan yang baru masuk ke ponselnya..
"Cepat
temui dia! " perintah nyonya Park.
"T-tapi
bagaimana denganmu? " tanya Allen panik dan ragu untuk menemui Dave.
"Tenang
saja Allen, aku bisa menemani ibuku. Kau bisa pergi menemui suamimu... "
ucap Hansol menguatkan Allen.
"L-lalu
pekerjaanmu bagaimana?" tanya Allen khawatir.
"Aku
masih mengambil cuti liburanku. Aku gagal liburan dengan Julie, jadi aku bisa
berlibur bersama ibuku. Pergilah tidak apa-apa!" Hansol menguatkan Allen
untuk segera menemui Dave.
Allen
langsung mengangguk. "Terimakasih..." ucap Allen lalu menangis
bahagia.
"Cepat
temui suamimu. Dia pasti sangat merindukanmu. Cepat, temui dia dan perbaiki
hubunganmu... " ucap nyonya Park sambil memeluk Allen.
"K-ku
kira dia membuangku... T-ternyata dia mencariku selama ini... " ucap Allen
sambil menangis lalu berusaha menenangkan dirinya agar berhenti menangis.
●●●
Dave tak
bisa berbuat banyak ketika melihat Nathan yang mulai sering keluar di berita
gosip yang menceritakan drama rumah tangga orang Tuanya. Menyedihkannya lagi
Nathan jadi melihat dengan jelas kalau orang Tuanya hanya memperebutkan harta
gono-goni saja bukan hak asuhnya. Keduanya juga tampak ingin saling tarik hak
asuh hanya sebatas agar dapat harta gono-gini lebih banyak.
"Aku
merindukan Nathan... Allen juga... " ucap Dave pada ayahnya yang baru
masuk ke dalam kamarnya.
Antonio
menghela nafas panjang. "Kau selalu begitu Dave. Bertindak seolah-olah
bisa hidup sendiri, seolah-olah jadi orang paling kuat, jadi pemberontak,
berpura-pura menjadi kuda liar. Padahal kau begitu lemah dan seperti ini. Kau
selalu kesepian... " ucap Antonio.
Dave hanya
diam lesu lalu menatap ponselnya berharap ada jawaban dari Allen. Tapi Antonio
malah membalik layar ponsel Dave.
"Kau
perlu istirahat. Tidurlah, setelah kesehatanmu membaik baru lanjut lagi mencari
Allen... " ucap Antonio.
"Ayah,
kau tau Kevin akan menikah dengan Roberts?" tanya Dave.
Antonio
mengangguk. "Dia membuatku malu sudah membesarkannya. Kenapa?"
"Kalau
saja Kevin tidak begitu mungkin dia di sini. Aku jadi tidak sekesepian ini...
" ucap Dave sedih. "Aku juga punya satu adik lagi, Daniel namanya.
Tapi aku belum pernah berbicara lama dengannya. Kami tidak dekat. Aku sedang
membangun rumah. Aku ingin tinggal di sana bersama Allen, anak-anak kami nanti,
juga adik-adikku kalau mereka ingin menginap... " sambung Dave
menceritakan rencananya.
Antonio
mengangguk paham pada putranya yang selalu menginginkan keluarga besar yang
selalu hangat dan ramai. "Tidak papa, nanti kita cari Allen lagi... "
ucap Antonio membesarkan hati Dave.
"Kalau
ada Allen, aku tidak merasa kesepian. Dia wanita yang baik. Dia melayaniku
seperti aku benar-benar suaminya. Dia juga berusaha menjaga anakku dengan
baik... "
"Sudah,
jangan sedih terus besok akan ku kerahkan semua orang untuk mencarinya kalau
perlu kita pakai FBI! " potong Antonio yang tak mau terus mendengar Dave
yang penuh ambisi jadi porak poranda seperti ini.
●●●
Allen pergi
ke apartemen Dave saat itu juga. Tapi tak ada siapapun di sana. Allen terus
berusaha menghubungi Dave tapi tak ada balasan di telfon juga tak ada jawaban.
Dengan perasaan khawatir sambil menenteng tas besarnya kemana-mana Allen datang
ke rumah orang tua Dave. Allen tak peduli lagi bagaimana orang-orang menatapnya
atau supir taksi yang meragukan tempat tujuannya karena melihat penampilannya
yang berantakan. Sweeter Dave yang kebesaran di padukan dengan rok, kaos kaki
panjang dan sandal slop. Sangat tidak matching.
"Permisi...
Aku mencari Tuan Dave... " ucap Allen dari dalam taxi pada satpam di
depan.
"Nyonya
Allen!!! Silahkan masuk! Tuan Dave sudah mencari anda dari kemarin! "
sambut satpam yang menjaga gerbang dengan sumringah.
Supir taxi
langsung melaju masuk ke dalam. Setelah Allen membayar dan turun dari taxinya,
Allen kembali di sambut para pelayan.
"Mana Tuan
Dave?" tanya Allen khawatir.
"Ada
di kamarnya nyonya... " jawab salah satu pelayan yang membawakan tas
Allen.
Allen
langsung berlari ke kamar Dave.
"Allen?"
Antonio tak percaya melihat Allen berlarian memasuki rumahnya.
"Itu
Allen? " tanya Helga yang ikut melihat Allen yang berlari menaiki tangga
menuju kamar Dave.
"Tuan
Dave! " panggil Allen cukup nyaring sambil membuka pintu kamar Dave.
"Allen?"
ucap Dave lemah sambil melihat siapa gang memanggilnya.
Perlahan
Allen mendekat pada Dave lalu duduk di samping tempat tidurnya.
"Kau
Allen? Benar-benar Allen? " tanya Dave yang tak percaya pada apa yang ia
lihat sambil berkaca-kaca.
Allen
mengangguk. "I-ini aku... Allen... " jawab Allen meyakinkan Dave.
"Kau
dari mana saja sayangku... " ucap Dave sambil merentangkan tangannya untuk
memeluk Allen. "Aku mencarimu ke Vatikan, aku mencarimu kemana-mana, aku
berusaha menghubungimu... " Dave tak bisa lagi menahan air matanya sambil
memeluk Allen dengan erat mengadu pada Allen.
"Aku
takut menghubungimu, aku takut kau akan menyingkirkanku dan menghujanjiku
dengan banyak tuntutan hukum. Aku takut mengusik kebebasanmu jadi aku tidak
mencarimu. Aku takut kau akan marah bila melihatku masih di sekitarmu... "
ucap Allen sambil menangis memeluk Dave.
"Allen,
jadilah istriku. Ayo kita menikah lagi. Menikah sungguhan... " ucap Dave
sambil menatap wajah Allen dan menyeka airmatanya.
Allen
mengangguk lalu merebahkan tubuhnya di samping Dave. "Tapi bagaimana
dengan kehidupan bebasmu?" tanya Allen.
"Aku
tidak peduli. Aku hanya ingin hidup bersamamu. Aku tidak mau sendirian...
" ucap Dave lalu kembali memeluk Allen, mendekapnya erat agar Allen tidak
pergi lagi darinya. [Next]