Lily Allen,
namanya mirip seperti seorang penyanyi berkebangsaan Inggris. Tapi Allen sama
sekali tidak mirip dengannya. Alamat rumahnya juga sudah pindah. Ia tidak
tinggal di apartemen kecil kumuh itu lagi. Nomor teleponnya tidak ada, emailnya
lama sekali tidak di balas. Bahkan Dave tidak pernah menunggu balasan email
selama ini.
Dave kesal
sekali tidak bisa menemukan Allen. Dia tinggal di kota yang padat tapi
negaranya cukup kecil dan tidak termasuk negara kepulauan. Tidak mungkin Allen
akan berpindah pulau, kota, atau negara dengan mudah. Dari informasi yang Dave
terima, kondisi perekonomian Allen sangat memprihatinkan meskipun ia hanya
menghidupi dirinya sendiri. Tapi kembali lagi, Dave tetap kesulitan mencari
Allen.
"Dave,
ibumu akan makan malam bersama keluarga kita. Apa kau bisa datang nanti?"
tanya Antonio Mcclain pada putra sulungnya yang tak pernah pulang itu.
Dave diam
menatap sebuah restoran burger cepat saji. Dave berencana akan ke sana dan
menanyakan soal Allen. Tapi ia mengurungkan niatnya karena undangan mendadak
dari ayahnya. "Ya, nanti aku ke sana... " jawab Dave dingin lalu
mematikan sambungan telfonnya.
Kesepakatan
besar biasanya terjadi di atas meja makan. Tapi kali ini Dave benar-benar tidak
selera untuk bertemu Penelope. Dave juga merasa tugasnya sudah selesai,
Penelope sudah resmi menjadi janda. Jadi tidak perlu lagi ada pertemuan
dengannya.
Tapi di
kepenatannya dalam berfikir tiba-tiba Dave di sadarkan karena sebuah motor
pengantar makanan menabrak mobilnya dari belakang. Dave hanya memejamkan mata
sambil geleng-geleng kepala, tak habis pikir bagaimana bisa ia di tabrak
padahal sudah parkir dengan benar, bahkan di sekitarnya juga kosong.
"Permisi
Tuan... " suara seorang wanita yang cukup familiar di telinga Dave sambil
mengetuk kaca mobilnya. "A-aku akan mengganti biaya perbaikan mobilmu.
T-tapi aku hanya membuatnya sedikit lecet saja."
"Kau!
" pekik Dave dengan wajah sumringah melihat Allen yang ia cari selama ini
ada di depan matanya.
"T-Tuan
Dave... "
"Aku
mencarimu kemana saja. Kau dimana?" ucap Dave begitu senang melihat Allen.
Allen hanya
bisa meringis mendengar ucapan Dave yang tampak begitu senang bisa bertemu
dengannya. "Aku bekerja di restoran itu." Allen menunjuk restoran
cepat saji yang baru akan Dave datangi. "Aku mengantarkan makanan,
delivery service..." Allen kembali meringis setelah menjelaskan pekerjaannya.
Dave
menghela nafasnya. Akhirnya Dave menemukan jawaban kenapa begitu sulit
menemukan Allen.
"A-aku
ada sedikit tabungan, aku akan mengganti biaya kerusakan mobilmu... " ucap
Allen masih membahas soal mobil Dave yang baru saja di tabraknya.
Dave
menyodorkan ponselnya. "Nomormu, aku tidak mau kehilangan kau lagi...
" ucap Dave sambil menyodorkan ponselnya yang baru saja ia keluarkan dari
saku jasnya.
"Allen.
Lily Allen... Hubungi aku saja bila ingin ganti rugi, jangan bosku... "
ucap Allen memohon.
Dave hanya
menatap Allen dengan sebelah alis terangkat. Sejak kapan ia memeras orang
miskin, apa tampangnya terlihat seperti orang jahat? Lagi pula untuk apa pula
Dave meminta ganti rugi, toh bila Dave mau ia bisa ganti dengan mobil yang
lainnya. Tapi yang paling membuat Dave heran, apa Allen lupa kalau ia adalah
pelanggan paling royal di bar tempatnya bekerja dulu.
"Ku
traktir makan, burger kami enak sekali. Ada root beer juga." Bujuk Allen
yang masih tidak enak hati sudah membuat lecet body mobil Dave.
Dave
berdecak kesal. Baru kali ini Dave merasa sangat terhina oleh seorang perempuan
yang sudah tak berdaya, miskin pula, sialnya perempuan itu juga yang membuatnya
sukses merasa terhina. Dulu pernah sekali ada perempuan penghibur yang mencoba
merendahkannya dengan menyinggung performa Dave di ranjang, Dave tak
tersinggung sama sekali bahkan perempuan itu juga membandingkannya dengan pria
lain. Tapi Dave sama sekali tak tersinggung dan cuek saja, Dave merasa wajar
bila perempuan penghibur itu tahan lama karena jam terbangnya di ranjang sudah
banyak.
Tapi
berbeda dari semuanya Allen tidak begitu. Dave tidak sedang di puaskan Allen,
Dave juga tidak sedang membeli Allen, paling tidak Dave membayar Allen untuk
melakukan sesuatu. Ini sama sekali tidak. Allen tidak sedang dalam kendali uang
Dave dan ini kali pertama seorang Dave Mcclain yang ketampanannya setara dengan
model pria di majalah dewasa dan ke royalannya sudah terdengar hampir ke
seluruh tempat hiburan malam malah di tawari traktiran oleh seorang wanita
miskin yang sudah menggenggam tangannya dan memberikan pelukan hangat secara
cuma-cuma. Pelukan hangat yang di inginkan Dave di hari ulang tahunnya, secara
gratis. Gratis!
Dave bukan
pria kere yang suka mencari barang gratisan dengan menceritakan kisah sedih
hidupnya. Atau airmatanya agar mendapatkan hati para wanita dan menidurinya
hanya dengan kata aku sayang kamu atau cinta ini hanya untukmu. Dave bukan pria
seperti itu. Dave pria yang memilih dan membayar tiap pelayanan yang di berikan
para wanita padanya. Apapun pelayanan yang ia berikan. Baik Dave suka maupun
tidak atas pelayanan itu, Dave tak peduli ia akan tetap membayarnya. Dave suka
ketika ia melihat para wanita datang padanya dan meminta sedikit uangnya dengan
berbagai cara. Dave merasa sangat berkuasa dan tidak perlu khawatir akan wanita
dan tingkahnya.
"Kenapa
harus kau yang mentraktir? "
Allen
menghela nafasnya lalu menatap Dave. "Pertama aku menabrak mobilmu hingga
lecet, kedua Tuan jauh-jauh susah payah datang menemuiku, ketiga aku ingin Tuan
tidak membahas masalah ini dengan bosku jadi kita perlu bicara."
Sial,
alasan Allen cukup masuk akal untuk mentraktir Dave hingga Dave tak bisa
menolak. Tapi jelas bila Dave setuju ini menyalahi prinsipnya. Wanita adalah
barang!
"A-atau
begini saja kita makan setelah aku selesai kerja nanti? Di bar biasanya, aku
yang traktir..." Lagi dan lagi Allen mencoba mentraktir Dave.
"Allen,
kalau aku mau aku bisa memberikan mobilku padamu secara cuma-cuma sekarang
juga..."
"Baik,
sedang dalam perjalanan... " bukan mendengarkan Dave yang sedang berusaha
memulihkan harga dirinya Allen malah menerima telfon dari tempatnya bekerja.
"Maaf bagaimana Tuan?"
Dave
menghela nafas jengah. Ingin sekali Dave menelanjangi Allen sekarang lalu
bercinta dengannya dan melemparkan gepokan uang pada tubuh Allen yang
bermandikan cairan kenikmatan Dave.
"Aku
tidak punya waktu, pokoknya kalau ada apa-apa kabari aku. Aku akan menemuimu,
sampai jumpa! " Allen benar-benar pergi duluan meninggalkan Dave dengan
sepeda motornya.
Gadis kere
itu tak tau betapa liarnya pikiran Dave sekarang. Ia tak tau betapa
berbahayanya Dave baginya kelak. Tapi Dave pikir-pikir lagi wajar bila Allen
tak tau siapa dirinya. Mereka saja belum pernah berkenalan dengan baik,
mengobrol dengan tenang dan saling mengenal. Dave hanya bisa menanggung malu
sekarang, ia datang untuk membeli Allen paling tidak membayar pelukannya bukan
mencari traktiran burger gratis.
Dave masih
memikirkan soal Allen. Bahkan gadis itu bukan gadis yang menarik atau menggoda.
Ia gadis biasa yang kebetulan ada di bar dan mendengarkan ceritanya lalu
memberinya pelukan. Semua orang bisa melakukannya. Bahkan pelayan di rumah juga
bisa. Tapi kenapa ia terus menghantui pikiran Dave.
"Dave...
Dave... " panggil Antonio pada Dave yang asik dalam pergelutan batinnya
sendiri.
"Ya?"
saut Dave lalu meletakkan garpu dan pisau di tangannya sambil mengelap
tangannya dengan serbet.
"Bagaimana
apa kau mau di jodohkan dengan putri keluarga Hadwil?" tanya Antonio
mengulang rencana yang dari tadi di jelaskan Penelope.
Dave
menggeleng pelan dengan alis mengkerut tak setuju. "Kenapa harus
aku?" protes Dave.
"Mau
siapa lagi? Anak ibu yang paling besar hanya kau dan kau juga tau sendiri
adikmu Daniel bagaimana. Mau Nathan? Nathan saja baru mulai sekolah.... "
Penelope memaksa.
"Bu,
aku tidak mau. Kau tidak perlu repot-repot mengatur hidupku sampai menjodohkan
segala. Percintaanku baik-baik saja... "
"Dave
kau sudah hampir 30 tahun dan belum menikah... "
"Apa
aku harus menikah di umur 16 tahun sepertimu?"
Penelope
menundukkan pandangannya berusaha menahan emosinya saat Dave melawannya.
Seingat Penelope, Dave adalah bocah laki-laki penakut yang manja dan selalu
menuruti perintahnya. Ini kali pertama Penelope mendengar Dave melawannya
setelah 22 tahun berpisah.
"Aku
sudah punya calon sendiri, tidak usah repot-repot menjodohkanku... " Dave
bangkit dari duduknya setelah sukses membuat semua orang di meja makan terkejut
kecuali Nathan yang tidak tau apa-apa.
"Siapa?"
tanya Helga, ibu sambung Dave.
"Apa
orang Tuanya kolega kita?" tanya Antonio yang tak bisa menyembunyikan
keterkejutannya.
"Dia
gadis biasa, aku menemukannya dan jatuh hati padanya. Aku berencana untuk
menikahinya. Aku tidak peduli bagaimana latar belakangnya..."
Penelope
kembali menundukkan kepalanya, kali ini untuk menahan tawanya. Jelas sekali
Dave masih tidak pandai berbohong. Jelas-jelas ia tidak dekat dengan siapapun.
Ia hanya suka bergonta-ganti pasangan untuk menikmati cinta satu malam.
"Baiklah
kalau begitu, ku harap minggu ini bila memang kalian serius bisa segera
menikah," putus Penelope yang berputar halauan untuk mengikuti permainan
Dave. "Ibu harap gadis itu benar-benar ada dan bukan bualanmu. Ah iya Tuan
Dave Mcclain tidak akan membual cerita murahan soal gadis biasa yang mencuri
hatinya kan?" Penelope menantang Dave.
Dave
menatap tajam ke arah ibunya itu lalu langsung pergi begitu saja meninggalkan
jamuan makan malam yang bahkan belum selesai. Sekarang Dave hanya bisa merutuki
kecerobohannya yang asal bicara itu. Jelas-jelas ia hanya ingin menghindari
perjodohan dengan keluarga Hadwil, kenapa ia malah menyeret Allen yang selalu
terbayang-bayang di kepalanya?!
Sekarang
Dave jadi bingung sendiri bagaimana caranya agar ia bisa mengajak Allen untuk
menikah. Jangan! Menikah terlalu sakral. Kontrak. Kontrak menjadi pasangannya
dan berpura-pura menikah dengannya. Pilihan konyol itu terasa menjadi pilihan
paling waras yang bisa Dave pikirkan. Tapi terlepas dari ide tolol cenderung
gila di kepalanya, Dave punya PR lagi. Bagaimana cara membuat Allen mau ikut
terlibat dalam idenya? Bagaimana cara Dave meyakinkan Allen dengab cerita
murahannya ini?
Baca juga :
0 comments