Bab 35 – Kontrak Perjanjian
Allen tak
bicara apapun pada Dave hampir selama dua hari. Allen hanya menanggapi Nathan
seperti biasanya semampu yang Allen bisa. Nathan juga jadi bolos sekolah selama
beberapa empat hari karena ingin terus bersama Allen. Nathan jadi terlihat
kurang terurus juga karena Allen masih sakit dan sedih. Dave tentu mengurus
Nathan tapi jelas tidak sebaik Allen.
"Nathan...
Ambil sisir, biar ku rapikan rambutmu... " ucap Allen lembut.
"Aku
saja... " ucap Dave mengambil alih untuk menyisir rambut Nathan.
"Allen boleh aku menyisir rambutmu juga?" tanya Dave lembut.
Allen hanya
diam sambil menatap Dave lalu menatap Nathan yang juga menatapnya penuh harap
agar bisa akur dengan Dave. Allen menghela nafasnya lalu melebarkan tangannya
untuk memeluk Dave.
Dave
langsung memeluk Allen dengan erat, Allen tak bisa lagi menahan air matanya.
"Jangan menangis sayangku... Tidak apa-apa kita akan melalui semuanya
bersama-sama... " ucap Dave lembut menenangkan Allen yang terus menangis
dalam pelukannya.
"Ku
kira aku akan punya keluarga kecilku sendiri... " lirih Allen mengadu pada
Dave.
Dave hanya
diam, ia teringat bila Allen tak pernah punya keluarga sungguhan sebelumnya.
Dave ingat bila Allen tak pernah berada dalam kehangatan sebelumnya dan saat
itu pula Dave jadi ingat bila ia memungut seorang gadis miskin pekerja keras
yang di usir dari apartemen kumuhnya. Gadis miskin yang memimpikan dan memberikan
banyak kasih sayang tanpa pamrih.
"Aku
ingin bayiku, itu saja. Aku tidak meminta apapun darimu, aku tidak meminta
kemewahan apapun. Aku hanya ingin hidup bahagia membesarkan bayiku. Bahkan
setelah ia lahir bila kau tak menerimanya aku mau pergi hanya berdua dengannya.
Tapi sekarang dia malah meninggalkanku... " ucap Allen sambil menangis.
"Tidak
Allen, tidak. Kita akan hidup bersama-sama. Aku tidak akan pernah membuangmu.
Aku janji, aku janji kita akan selalu bersama-sama. Terus begini sampai kita
tua. Percaya padaku... " ucap Dave berusaha meyakinkan Allen dan menghalau
semua pikiran buruk yang tiba-tiba berseliweran di kepala Allen yang entah
datangnya dari mana.
Allen hanya
diam sambil masih menangis. Allen begitu kacau, pikirannya kalut akan semua
umpatan dan makian yang Kevin katakan padanya. Hingga Allen lupa diri siapa ia
dan di mana posisinya sebenarnya.
"Allen
kau istriku, kau Nyonya Dave Mcclain. Kau layak hidup dari nafkah yang ku
berikan, dari uang yang ku hasilkan, atas kemewahan yang ku punya. Berhentilah
berpikir buruk seperti itu. Aku merasa makin gagal sebagai seorang pria sekarang...
" ucap Dave berkaca-kaca pada Allen yang terus berpikir untuk
meninggalkannya dan memimpikan hidup berdua dengan anaknya saja. "Allen
jangan pergi. Aku tidak mau sendirian lagi... Jangan berpikir untuk pergi
sayang... Ku mohon... " Dave mengiba sambil menciumi tangan Allen.
"Allen
jangan pergi, ya... Jangan pergi... Kita bersama-sama terus ya..." Nathan
ikut memohon sambil menggenggam jemari Allen.
Dave
melepaskan pelukannya perlahan. Allen masih diam sambil menatap Nathan lalu
Dave sejenak dan kembali diam tanpa ekspresi seperti sebelumnya. Entah apa yang
di pikirkan Allen, entah apa yang sedang membayangi pikirannya tapi Allen
kembali diam dalam kekosongannya seperti tak terjadi apa-apa.
Setengah
jam berlalu Allen tak banyak bergerak selain berkedip dan sesekali menghela
nafas. Dave dan Nathan masih setia menemaninya. Hingga dokter jaga yang
menangani Allen datang dan memberi obat untuk Allen sebelum Allen terlelap.
"Tidurlah
sayangku... " ucap Dave lalu mengecup kening Allen lalu kembali duduk di
samping Allen sambil menggenggam tangannya dan memandangi Allen yang terlelap.
●●●
Dave
memutuskan untuk membawa Allen pulang dan mengajaknya bersenang-senang untuk
melupakan duka yang sedang mereka hadapi, juga agar Nathan kembali ceria
seperti sebelumnya. Tepat setelah dokter mengatakan bila Allen mengalami
depresi pasca keguguran. Dave yakin ia hanya perlu memberikan banyak positive
vibes agar istrinya bisa pulih kembali dan mungkin juga akan siap memiliki
momongan kembali.
Semula Dave
membawa Allen kembali menginap di rumah orang Tuanya, tapi baru dua hari di
sana dan Allen tampak murung, Dave memutuskan mengajak Allen pulang kembali ke
apartemennya. Dave juga memanggil seorang pelayan perempuan untuk mengurus
tempat tinggalnya dan Nathan juga sedikit mengawasi Allen saat Dave harus pergi
keluar.
"Nyonya,
Tuan sedang keluar sebentar. Nanti jam 10 sudah pulang... " ucap pelayan
itu pada Allen yang baru keluar dari kamar sambil membawa cangkir kosongnya.
Allen
mengangguk pelan lalu mengambil air dan kembali masuk ke kamarnya. Allen masih
belum bisa 100% pulih dan menerima kondisinya sendiri atas keguguran yang ia
alami. Tapi di sisi lain Allen berusaha ikhlas dan menganggap bayinya sama
seperti adik-adiknya di panti yang mendapatkan keluarga baru. Hanya saja
bayinya kali ini di ambil untuk di asuh Tuhan. Itu saja. Allen berusaha ikhlas.
Allen
menatap foto pernikahannya yang di pajang Dave. Hanya kecil dan di letakkan di
atas laci meja kerjanya. Awalnya hanya sebagai pencitraan agar semua orang yakin
bila ia benar-benar menikah. Allen tersenyum lembut teringat bagaimana ia bisa
bertemu dengan Dave hingga seperti sekarang.
Allen ingat
sekali betapa keras dan kasarnya Dave padanya dulu sebelum ia jadi selembut dan
sepenyayang sekarang. Dave begitu angkuh dan sombong, tapi ia tetap memerankan
perannya sebagai kakak dan suami yang baik. Dave juga mengurus Allen lebih dari
yang Allen harapkan. Perasaan itu terus mengisi hati Allen dan menguatkannya
untuk bangkit dan menyudahi ratapannya.
Allen
kembali mengalihkan pandangannya lalu membuka lemari pakaian Dave yang jadi
lemari pakaiannya juga. Banyak sekali setelan jas dan kemeja juga kaos-kaos
yang di lipat rapi. Baju Allen hanya sedikit. Tapi Allen suka, bajunya yang
sedikit itu lebih dari cukup untuk membahagiakan Dave yang bahkan lebih suka
saat ia telanjang. Mengingat hal itu membuat Allen sedikit senang dan
berbunga-bunga sendiri.
"Apa
aku perlu sedikit berdandan hari ini..." gumam Allen lalu memilih salah
satu lingerie dan kimono untuk menyambut Dave nanti.
Tapi saat
Allen memilih lingerie seksinya, Allen melihat sebuah berkas di bawah tumpukan
pakaiannya. Sebuah kontrak perjanjian pernikahan palsunya dengan Dave. Bagai di
tampar dan di sadarkan atas segala hal yang sudah membuat Allen terlena. Akhirnya
Allen sadar dan ingat kembali bila selama ini ia dan Dave hanya berpura-pura.
Allen langsung melihat kalender di ponselnya, masih ada banyak waktu sebelum
genap 12 bulan dan harus berpisah.
Tapi saat Allen membaca kembali ketenTuannya. Allen langsung terdiam dan cukup tercengang, karena waktunya tinggal bersama Dave tinggal 2 bulan lagi. Sebelum mereka memutuskan untuk pisah ranjang dan mengajukan gugatan cerai.