BLANTERORBITv102

Bab 13 – Istirahat

Selasa, 18 Juli 2023

"Allen kau harus ke dokter nanti ya... " ucap Nathan sebelum berangkat ke sekolah bersama dengan Dave.

Dave hanya diam enggan bicara dengan Allen. Allen tidur di kamarnya dan menjaga moodnya saja Dave bersikap ketus. Apa lagi Allen tidur di luar atas kemauannya sendiri begini. Dave menganggapnya sebagai perlawanan dan red flag atas ketidak setiaan Allen padanya. Apa lagi Allen terlihat lebih sehat setelah tidur di luar meskipun Allen begadang sambil menonton TV dan membaca buku soal tumbuh kembang anak usia Nathan di ponselnya.

Dave sudah memikirkan soal perselingkuhan atau semacamnya. Dave tidak suka Allen mendua darinya, bahkan Dave tak bisa membayangkan bila Allen akan bermesraan dengan pria lain. Jangankan bermesraan chatting saja Dave tak tega membayangkannya. Dave juga terus bertanya-tanya kenapa Allen bisa sehat tadi pagi padahal semalam nyaris KO begitu. Apa yang membuat Allen semangat?

"Tuan Dave, apa ada yang ketinggalan?" tanya Allen yang sedang membuat sup telur kesukaannya di dapur.

Dave berusaha menahan wajahnya agar tetap datar. "Bukan urusanmu! " ketus Dave lalu masuk ke kamar di iringi bantingan pintu yang membuat Allen terkejut.

Allen menghela nafas lalu mengikuti Dave masuk ke dalam kamarnya. Dave tampak sangat kesal menatap Allen yang mengintilinya. Tapi Allen memberanikan diri untuk mendekati Dave. "Tuan Dave, apa aku berbuat salah?" tanya Allen lembut dan tak berani menatap mata Dave.

"Kau pikir saja sendiri! " bentak Dave.

"Aku tidak tau salahku di mana? Jadi aku tanya."

Dave mendengus kesal.

"Kita baru melewati beberapa hari masih lama hari yang harus kita lalui. Apa kita harus terus begini? Tuan Dave tolong katakan sesuatu, salahku dimana, apa kurangku? Agar aku bisa memperbaikinya. Aku ingin menjadi pasangan yang baik untukmu... " ucap Allen lalu meninggalkan Dave di kamar karena sudah tak kuat menahan airmatanya.

Dave langsung duduk ke tempat tidurnya. Ia ingin sekali memeluk Allen dan memanjakannya, apa lagi Allen baru saja sehat begini. Tapi Dave tak mau terlihat membutuhkan Allen atau menyayanginya setelah Allen mengingatkannya dengan jelas soal surat perjanjian itu. Dave kesal melihat Allen sedih seperti tadi dan ia tak bisa melakukan apa-apa karena egonya.

Dave tak berani keluar kamar, baru ia membuka sedikit pintu kamarnya ia mendengar Allen menangis terisak-isak dari dapur. Tapi Dave enggan menunjukkan belas kasihannya saat ini. Dave tak mau Allen memanfaatkannya dan mempermainkan perasaannya bila Allen tau ia nyaman dan menyayangi Allen. Karena merasa tekatnya untuk menjaga jarak dari Allen sudah kuat Dave akhirnya menguatkan diri untuk bersikap lebih dingin lagi pada Allen.

Allen menguatkan dirinya. Dave memang begitu dari awal. Moodnya mudah berubah-ubah. Kadang Dave manja padanya dan sangat menyenangkan, kadang dingin dan ketus, dan sekarang ia kasar sekali. Allen tak pernah terpikir meninggalkan Dave, Allen tak yakin ada orang yang kuat dan mau menghadapi sikap Dave yang seperti itu selain dirinya. Allen berfikir memperpanjang kontraknya dengan Dave, tapi Allen juga tau diri bila bukan ia yang memegang kendali di sini. Dari awal Dave yang memegang kendali atas semuanya.

Tadi Allen sempat berpikir untuk marah pada Dave, tapi setelah Allen menangis ia merasa jauh lebih baik dan lebih lega. Allen juga sudah menyampaikan apa yang mengganjal di hatinya jadi itu saja cukup untuk Allen. Moodnya juga membaik hari ini. Hanya saja ia perlu menghindari bau parfum Dave yang membuatnya mual atau masakan yang menggunakan MSG. Jadi Allen merasa ia tak perlu pergi ke dokter.

"Kau sudah ke dokter?" tanya Nathan begitu pulang.

"Belum, tapi aku sudah sehat. Mungkin aku hanya terlalu lelah kemarin, " jawab Allen ceria. "Aku membuat pasta." Allen langsung menyiapkan pasta untuk makan siang Nathan.

"Aku suka kau sehat... " ucap Nathan setelah cuci tangan dan duduk manis di meja makan untuk menyantap makan siangnya.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Allen antusias mendengarkan pengalaman Nathan.

Nathan langsung bercerita soal pengalamannya bersekolah dengan semangat. Bahkan Nathan juga menggambarkan denah kelas dan lorong sekolahnya sesuai ingatannya. "Kau harus ikut ke sekolahku, di sana seru! " ucap Nathan yang ingin membawa Allen ke sekolahnya juga.

Allen tertawa kecil. "Lain kali ya, bila ada undangan ke sekolahmu aku datang."

Hanya Nathan yang membuat Allen merasa berguna di rumah ini. Allen merasa seperti keluarga seutuhnya bersama Nathan. Nathan juga selalu punya cara untuk menghibur Allen.

Malamnya Allen kembali begadang dan tidur di sofa luar. Allen kembali melanjutkan bacaannya sementara Dave sesekali keluar kamar entah untuk mengambil minum atau mengganggunya dengan menyindir soal TV yang tidak di tonton atau boros listrik. Jadi Allen mematikan TVnya dan hanya membaca sambil mendengarkan musik dari ponselnya.

"Kau ini boros listrik! " ketus Dave lalu mematikan lampu dan masuk ke kamarnya.

Allen hanya menghela nafas panjang menghadapi Dave yang mudah sekali memarahinya. Sebenarnya Dave hanya ingin agar Allen masuk ke kamar dan istirahat. Dave tak bisa tenang kalau Allen tidak ada dalam jangkauan pandangannya sebelum tidur. Dave bahkan sengaja menyemprotkan parfumnya kemana-mana agar Allen betah di kamarnya tapi Allen malah memilih tidur di sofa depan yang membuat Dave benar-benar kesal.

Keesokan harinya Allen kembali pusing dan mual lagi hingga nyaris seharian lemas. Selema Dave dan Nathan pergi juga Allen masih berusaha membersihkan tempat tinggal mereka dan membuat makan siang untuk Nathan. Baru Allen mencuri kesempatan untuk tiduran di tempat tidur Dave karena punggungnya sakit harus tidur di sofa. Aroma maskulin Dave yang tertinggal di bantal juga membuat Allen merasa lebih baik dan nyaman. Tapi Allen akan langsung bangun dan merapikannya begitu Dave datang sebelum Dave marah.

"Kau ini penuh penyakit, lalu tidur di tempat tidurku. Apa kau berencana menulariku?" sarkas Dave yang melihat Allen merapikan tempat tidurnya saat pulang kerja.

Allen menggeleng lalu menghela nafasnya dan berjalan keluar.

"Allen, kau mau tidur denganku?" tanya Nathan yang membawa gelas air putihnya ke kamar.

Allen tersenyum lalu mengangguk.

"Aku sering melihatmu tidur di luar. Kau sakit, sebelumnya itu juga kamarmu, kau harus istirahat dengan baik agar cepat sembuh... " Nathan menasehati Allen. "Oh iya Allen apa kau dan Dave bertengkar?" tanya Nathan.

Allen langsung menggeleng. "Mungkin Dave sedang mengalami masa-masa sulit jadi perlu waktu sendiri. Kami baik-baik saja, " ucap Allen menenangkan pikiran Nathan sebelum ia overthinking.

Allen menemani Nathan tidur hingga ia ikut tertidur juga. Rasanya hangat dan nyaman bisa tidur di kasur lagi. Tapi belum lama ia terlelap Dave menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga Allen terbangun.

"Apa kau ingin menulari Nathan?" tanya Dave yang jelas mengusir Allen. Meskipun sebenarnya ia ingin agar Allen kembali ke kamarnya.

Allen bangun dan keluar dari kamar Nathan. Sudah hampir tiga minggu ia tak merasakan nyamannya tempat tidur. Allen rasa ia akan segera sehat bila bisa istirahat dengan nyaman. Itu saja, tapi karena kesehatannya tak kunjung membaik ia berencana agar besok bisa pergi ke dokter.

"M-mau di bawa kemana itu?" tanya Allen yang melihat Dave mengeluarkan kasur lipatnya.

Dave tak menjawab dan terus berjalan keluar. Tak lama Dave datang kembali membawa matras. "Kau tidur di sini, kasurnya terlalu kotor, aku jijik!" ucap Dave yang sebenarnya ingin agar Allen meminta agar bisa tidur dengan nyaman di ranjangnya atau memohon fasilitas istirahat lainnya.

Allen ingin menangis rasanya. Kasur lipat saja dingin sekarang hanya matras. Dave benar-benar membencinya. Tapi Allen tak punya banyak pilihan. Ia hanya di kontrak, tak boleh banyak menuntut. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.