Pagi-pagi
setelah menyiapkan bekal untuk Nathan, Allen sudah pergi duluan. Allen tak
hanya menyiapkan bekal tapi membuatkan kopi dan sarapan untuk Nathan dan Dave
juga. Allen tak mau Dave terus merasa terusik akan kesehatannya dan tak mau di
perlakukan lebih buruk lagi. Selain itu Allen tidak mau mengantri terlalu lama.
Ia ingin bisa cepat pulang dan tidur di tempat tidur Dave atau Nathan nanti.
"Kau
punya pasangan?" tanya Dokter sebelum memberikan diaknosisnya.
"Ya,
aku punya suami. Dia sedang bekerja. Apa sakitku serius?" tanya Allen
khawatir dan sudah tak tenang.
Dokter
langsung tersenyum lega. "Syukurlah kalau begitu. Kau mau kembali tiduran
di sana?" Dokter menunjuk tempat tidur pasiennya. "Kau kekurangan
banyak nutrisi, kapan terakhir kau makan? Janinmu butuh banyak nutrisi."
Dokter mulai melakukan USG pada perut Allen dan menunjukkan ada gumpalan darah
di dalam rahimnya, calon janin yang akan menempati rahimnya.
"Oh My
God!" Allen langsung berkaca-kaca terharu. "Aku hamil. Oh maaf sayang
aku tidak tau kau mulai hidup di sana... " ucap Allen sambil menatap
minitor. "Perutku terasa begitu mual akhir-akhir ini. Aku takut bila
sakitku menular, ternyata aku hamil."
"Akan
ku berikan obat anti mual agar kau bisa makan. Kau perlu banyak cairan juga
agar tidak pingsan," saran dokter lalu mencetak foto USG Allen barusan.
Allen
mengangguk senang lalu membawa resepnya ke apotek. Allen tak langsung pulang
setelah mengambil obat. Ia pergi ke supermarket terlebih dahulu, Allen ingin
kehamilannya baik-baik saja. Jadi Allen membeli beberapa susu hamil dan buah.
Allen juga berencana memberi tahu Dave secepatnya.
Tapi begitu
Allen sampai apartemen dengan belanjaannya ia terkejut sofa dan beberapa
furnitur di ganti Dave. Dave menggantinya dengan sofa kayu yang di lambari busa
tipis untuk duduk. Desainnya memang estetik tapi Allen tidak suka. Ia sudah
nyaman dengan sofanya sekarang malah di ganti dengan kursi keras itu.
"Kau
sering tidur di sofa, jadi aku tidak mau ada virus di sana. Aku sengaja
menggantinya." Dave benar-benar membuat Allen tidak betah.
Allen ingin
protes tapi ia langsung mereda emosinya. Ia tak bisa melawan Dave sekarang.
Allen yang tadinya ingin memberitahu Dave soal kehamilannya jadi tidak jadi.
Allen merasa bila ia memberitahu Dave bila ia hamil, itu hanya akan memperburuk
kondisi.
Allen sakit
saja Dave bersikap seolah ingin menyingkirkannya. Apa lagi bila hamil. Terlebih
lagi masalah anak tidak tercantum di kontraknya. Allen menyalahi kontraknya,
tapi Allen juga tidak mau menggugurkan janinnya bila nanti Dave tidak suka dan
ingin janin yang di kandungnya untuk di singkirkan. Allen ingat betul ia di
kontrak agar Dave bisa memperoleh kebebasannya dan Dave sejak awal tidak pernah
memberinya janji untuk komitmen.
"Tuan
Dave bisa kita bicara sebentar?" tanya Allen memberanikan diri untuk terus
terang dan langsung bersiap dengan apapun kemungkinan terburuknya.
"Aku
sibuk nanti saja! " tolak Dave lalu pergi begitu saja meninggalkan Allen
sendirian.
Allen tak
bisa menahan tangisnya lagi. Allen tak punya siapapun selain Dave dan calon
buah hatinya. Sekarang Dave membencinya padahal butuh waktu 9 bulan untuk hamil
dan masih ada 12 bulan full agar ia bisa selesai kontrak. Allen ingin tetap
menjaga buah hatinya apapun yang terjadi, tapi Allen juga bingung bagaimana
cara menyembunyikan kehamilannya. Cepat atau lambat Dave pasti akan
mengetahuinya.
Allen tak
mau terus bersedih. Allen sadar betul menangis tidak akan menyelesaikan
masalah. Jadi ia mulai memindahkan susunya kedalam toples agar Dave tidak tau
lalu buru-buru membuang bungkusnya. Allen juga menyembunyikan foto USG yang
semula ingin ia tunjukkan pada Dave ke dalam tasnya di gudang. Allen akan
menyembunyikan semua sendiri dan menunggu hingga ada waktu yang tepat
mengatakan yang sejujurnya pada Dave.
Malam
menjelang, Allen sudah menemani Nathan tidur dan berpura-pura ikut tidur
bersamanya juga. Baru Allen pindah ke kamar Dave. Tapi begitu ia sampai
matrasnya tidak ada di lantai. Dave menyingkirkannya, selimutnya juga di ganti
dengan kain pantai yang super tipis dan bantalnya juga tak lebih besar dari
bantal sofa.
"Tuan
Dave, apa kau ingin aku pergi?" tanya Allen pada Dave yang terus
menyibukkan diri.
Dave
terkejut dengan pertanyaan Allen. Dave tak siap bila Allen pergi darinya. Dave
benci ketakutannya menjadi nyata seperti sekarang, firasatnya soal surat
perjanjian itu ternyata benar.
"Bila
kau ingin aku pergi, aku akan pergi. Tapi tolong jangan terus menyiksaku
begini... "
"Keluar
Allen! Kau merusak konsentrasiku! " usir Dave lalu menyeret Allen keluar
dari kamarnya dan menghempaskannya begitu saja.
Dave sudah
tidak kuat menahan tangisnya. Dave tidak ingin berpisah dari Allen. Bahkan ia
hampir tiap hari berusaha pulang lebih awal dan menyempatkan waktunya untuk
mengurus Nathan juga agar Allen nyaman mendampinginya. Tapi apa yang di rasakan
Dave tak pernah dapat ia sampaikan dengan perbuatannya yang berbanding 180°
perbedaannya.
Selang
beberapa lama Dave kembali membuka pintu kamarnya setelah menyadari tak ada
suara sama sekali dari luar. Dave jadi mengkhawatirkan Allen. Dave sadar ia
sudah terlalu keras padanya, apa lagi Allen sakit dan perlu banyak istirahat.
Tapi saat Dave membuka pintu kamarnya Allen masih terkapar di tempat yang sama
saat ia terhuyung-huyung tadi setelah di seret keluar. Allen pingsan.
Dave
langsung menyalakan lampu dan mendapati tak hanya pingsan ada darah juga yang
keluar dari hidung Allen. Dave langsung panik dan segera membawa Allen ke rumah
sakit. Dave tak bisa tenang dan berpikir jernih lagi sekarang. Ia tak mengira
bila Allen dalam keadaan selemah itu. Saat Dave menggendongnya pun Dave juga
jadi tau bila Allen kehilangan banyak berat badannya sejak sakit beberpa minggu
yang lalu.
"Allen
maaf aku tidak sengaja... " bisik Dave penuh sesal sambil menggenggam
tangan Allen yang begitu dingin.
Dave takut
bila Allen tak hanya pingsan tapi tidak akan bangun lagi selamanya. Dave hanya
ingin Allen tunduk dan menginginkannya. Dave ingin Allen menjadikannya sebagai
kebutuhan itu saja. Dave bersikap keras agar Allen merayunya, agar Allen
memohon padanya. Tapi Dave baru menyadari sejak awal Allen bukan wanita yang
seperti itu. Allen bukan wanita murahan yang akan mengiba dan memberikan bujuk
rayu pada seorang pria. Dave juga jadi menyadari bila caranya salah besar.
"Allen mari kita bicara. Kalau kau bangun kau boleh tidur di tempat tidurku. Aku yang akan tidur di bawah. Aku akan mengembalikan sofa sesuai yang biasanya. Ku mohon bangun... " ucap Dave sambil menangis menggenggam tangan Allen dan sesekali menciuminya. [Next]
0 comments