Bab 50 – Bandara
"Kau
cantik, masih muda juga, kenapa sudah bekerja seperti ini?" tanya nyonya
Park sambil memperhatikan Allen yang memasakkan bubur untuknya.
Allen
tersenyum lalu menggeleng. "Aku ingin cepat menghasilkan uang. Dulu panti
asuhan yang ku tinggali bangkrut lalu di bubarkan, jadi aku tidak punya cukup
biaya untuk sekolah lebih lanjut... " jawab Allen sambil mengaduk buburnya
dan mengambilkan sedikit untuk di cicipi nyonya Park.
Nyonya Park
mengacungkan jempolnya sebagai tanda menyukai masakan Allen setelah
mencicipinya. "Buatlah makanan untukmu juga, kau tidak perlu makan bubur
bila tidak suka. Anak muda sepertimu biasanya tidak suka makanan orang tua
sepertiku... " ucap Nyonya Park.
"Aku
akan membuat telur gulung untuk lauk bersama bubur ini... " ucap Allen
lembut.
"Maaf
ya aku jadi sering merepotkan para suster... " ucap nyonya Park sungkan.
"Tidak,
aku tidak kerepotan nyonya. Lagi pula aku juga tidak punya tempat tinggal dan
aku bukan seorang biarawati juga... " jawab Allen sambil asik memasak.
"Kau punya dapur yang lengkap. Aku suka bisa menjagamu... " sambung
Allen lalu tersenyum sambil menatap nyonya Park.
"Ku
harap Hansol memiliki calon istri yang baik sepertimu... " ucap nyonya
Park. "Apa kau sudah punya pacar?" tanya nyonya Park.
Allen
langsung menggeleng sambil tersenyum. "Aku tidak punya pacar, tapi aku
sudah punya suami... " jawab Allen yang jadi teringat pada Dave lagi.
"Suami?
Lalu untuk apa kau bekerja bila punya suami? Tadi kau bilang juga tidak punya
tempat tinggal, apa suamimu mengusirmu? " tanya nyonya Park khawatir dan
penasaran.
"Ada
masalah diantara kami. Aku tidak mau menceritakannya, aku ingin tetap
merahasiakan masalah rumah tangga kami... Bagiku, itu seperti aib... "
jawab Allen yang menolak untuk membahas soal rumah tangganya.
"Apa
dia melakukan penganiayaan padamu? Katakanlah padaku kalau kau memerlukan
sesuatu. Aku bisa membayar pengacara untukmu bila kau membutuhkannya... "
ucap nyonya Park yang khawatir pada Allen.
Allen
langsung buru-buru menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, dia pria yang
baik, dia juga memberiku banyak uang. Hanya saja ada perbedaan pendapat di
antara kami. Jadi aku pergi agar dia mendapat kebebasannya... Itu saja. Masalah
perinsip... Mungkin begitu... " jelas Allen agar nyonya Park tidak salah
paham dan mengkhawatirkannya.
"Ah,
pasti dia juga masih muda!" tebak nyonya Park. "Kau masih muda
nikmati dulu masa mudamu, jangan terburu-buru. Biasanya anak muda sepertimu
masih mengutamakan ego, masih egois. Jadi harus mau mengalah salah satu, kalau
tidak pasti bertengkar terus," nasehat nyonya Park pada Allen.
Allen
mengangguk sambil tersenyum. Lalu menyajikan telur gulung buatannya yang sudah
ia potong-potong juga. "Tapi aku kadang merindukannya... " ucap Allen
pelan.
"Kenapa
tidak kau temui? Kau gengsi ya?"
Allen
mengangguk malu-malu kucing yang membuat nyonya Park tertawa terbahak-bahak
melihatnya. Sudah lama sekali sejak wanita yang hampir berumur seabad ini
mendengarkan curhat anak muda. Hansol putranya masih muda, tapi ia jarang
mengajaknya mengobrol.
●●●
"Sepertinya
aku ada acara lain, jadi tidak bisa pergi berlibur denganmu... " ucap
Julie tiba-tiba yang berencana untuk mendekati Dave yang akan segera menjadi
duda.
"Hah?!
Bukankah jadwalmu kosong? Julie kita sudah menjadwalkan ini sejak lama loh. Kau
yang menyiapkan semuanya... " ucap Hansol kaget karena Julie tiba-tiba
membatalkan rencana liburannya padahal ia sudah terlanjur bohong pada ibunya
kalau ia pergi bekerja.
"I-iya...
T-tapi mau bagaimana lagi. Ini sangat mendadak... Aku juga baru saja dapat kabar.
B-bila kau mau melanjutkan liburannya sendiri juga tidak apa-apa... " ucap
Julie yang sudah berpikir untuk segera menemui Dave.
"Hah?!
Liburan sendiri? Kau ini bagaimana? Kau yang mengajakku lalu kau juga yang
membatalkannya sekarang kau malah menyuruhku pergi sendiri? Sebenarnya kau
menganggapku sebagai apa?" tanya Hansol yang makin kaget dengan ucapan
Julie dengan tanpa ada rasa menyesal atau bersalah padanya.
"M-mau
bagaimana lagi... Ini juga mendadak Hansol... " ucap Julie ngotot lalu
bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Hanson sambil menyeret koper
dan menenteng tasnya pergi.
"Julie
tunggu! " Hansol langsung menghadang Julie lalu berlutut di hadapannya.
"Julie, menikahlah denganku... " Hansol langsung mengeluarkan box
cincin dan membukanya di hadapan Julie.
Julie
langsung melihat ke sekeliling. Orang-orang sudah langsung berkerumun
menatapnya dengan wajah sumringah melihat pemandangan romantis akan sikap
gentlemen Hansol.
"Kau
gila? Aku tidak mau menikahimu. Kita hanya teman. Oke awalnya memang aku naksir
padamu. Tapi aku tidak menginginkan hubungan lebih dari sekedar teman. Cukup
Hansol bangunlah! Kau membuatku malu! " geram Julie pelan sambil memaksa
Hansol bangun.
"Aku
tidak peduli! Aku ingin serius denganmu. Aku ingin menikahimu! " Hansol
berkeras hati sambil bertahan terus berlutut.
"Hih!
Yasudah terserah, aku tidak ada waktu untukmu. Aku juga tidak menyukaimu!"
tolak Julie mentah-mentah.
"Aku
tidak akan bangun sebelum kau menerimaku! " teriak Hansol memaksa Julie.
"Terserah,
itu bukan urusanku!" Julie sudah tak peduli lagi.
Pria asia
seperti Hansol bukan selera Julie. Meskipun Julie sempat terpesona pada
ketampanan Hansol, tapi Julie berani taruhan pasti untuk performa di ranjang
Dave akan jauh lebih memuaskan. Lebih lagi Dave seorang bilioner muda dan
jangan lupa akan kharisma dari ketampanan Dave.
●●●
Dave
langsung pulang dan mengepak pakaiannya di dalam koper. Dave berencana untuk
terbang ke Vatikan menyusul suster Theresia sebelum ia terlambat dan Allen
benar-benar mantap menjadi seorang biarawati.
"Dave
mau kemana?" tanya Nathan yang sudah memaafkan Dave setelah sempat marah
dan kecewa tadi.
"Ke
Vatikan. Aku mau menyusul Allen... " jawab Dave sambil menyeret kopernya
keluar kamar.
"Hah?!
Vatikan?! " kaget Antonio.
"Allen
ingin menjadi biarawati. Aku tidak bisa diam begitu saja. Meskipun jadi
biarawati itu bagus, aku tetap tidak rela istriku meninggalkanku begitu saja!
" ucap Dave tegas.
"Bagus!
Kejar dia Nak! " ucap Antonio menyemangati Dave. [Next]