Bab 36 – Membangun Rumah
Dave
bertemu dengan Julie Hadwil, putri tunggal keluarga Hadwil yang menjalankan
bisnis properti dan pembangunan. Ini pertemuan pertamanya setelah Dave dan
Julie sama-sama dewasa. Meskipun dulu saat kecil keduanya adalah teman baik,
mereka sempat lost contact cukup lama karena Dave tiba-tiba ikut tinggal
bersama Antonio. Selain itu hubungan mereka sempat jauh dan Dave langsung
menjaga jarak ketika Penelope tiba-tiba memiliki ide gila untuk menjodohkan
mereka.
"Aku
percaya pada desain yang kau buat. Aku sudah bisa membayangkan betapa bagusnya
rumahku nanti. Aku suka desain kamar untuk anak-anaknya... " puji Dave
pada Julie.
"Sepertinya
kau ingin mempunyai banyak anak ya?" komentar Julie karena Dave menyiapkan
banyak ruangan yang bisa di rubah jadi kamar.
"Iya,
istriku juga suka anak-anak. Ku rasa aku akan memiliki banyak anak. Aku juga
tidak keberatan bila ia ingin sering hamil hahahahaha... " ucap Dave
senang menceritakan soal keluarganya.
Julie ikut
tertawa mendengar ucapan Dave yang begitu enteng dan berani memiliki banyak
anak.
"Sekarang
aku tinggal bersama adikku yang masih berusia 7 tahun. Aku punya 2 adik lainnya
yang sudah besar. Aku ingin mereka bisa menginap dengan nyaman di rumahku
nantinya... " Dave kembali bercerita soal keluarganya.
"Kau
tau Dave, aku merasa sangat bersyukur tidak jadi menikahimu. Aku tidak suka
anak-anak, maksudku aku kurang telaten mengurusi mereka. Mereka punya banyak
energi yang meluap-luap dan itu sangat nelelahkan. Aku bahkan tak berfikir akan
memiliki anak kedepannya... " ucap Julie jujur pada Dave.
Dave
menghela nafas lalu tersenyum. "Awalnya aku juga berfikir begitu. Memiliki
istri dan anak sangat menyebalkan. Aku jadi terikat, terkekang, memperlambat
langkahku, ah pokoknya menyebalkan. Tapi setelah aku menikah dengan Allen
kehidupanku dan cara pandangku langsung berubah 180°. Istriku tidak pernah
mengekangku, tidak juga membatasi kegiatanku. Bahkan ia juga mengurus adikku
yang paling kecil agar aku bisa bebas dengan kegiatanku. Malah aku sendiri yang
ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluargaku sendiri. Aku meneleponnya
hampir tiap menit saat ia jauh dariku. Kau baru bisa paham bagaimana rasanya
saat kau menikahi orang yang tepat dan kau cintai. Tapi apapun kedepannya itu
pilihan hidupmu, aku tidak ikut campur... " ucap Dave panjang lebar
menjelaskan soal kehidupan berkeluarga yang ia jalani pasa Julie.
"Orang
tuaku juga begitu, tapi aku untuk saat ini masih takut. Aku merasa masih
terlalu muda untuk itu... " ucap Julie sambil mengusap bahunya sendiri.
"Istriku,
Allen dia juga masih sangat muda. Masih awal dua puluhan. Badannya juga lebih
kurus dan kecil darimu. Kadang aku prihatin dan khawatir bila ia terkena
stanting hahahahahha.... " ucap Dave yang tampak bahagia menceritakan soal
Allen pada Julie.
Julie
tersenyum mendengar ucapan Dave soal Allen. Sejujurnya Julie merasa iri pada
Allen yang berhasil menaklukkan Dave dan merubahnya hingga bisa semenyenangkan
saat ini. Bahkan Julie saja harus repot-repot bertemu dengan Penelope yang mata
duitan agar ia bisa mendapatkan Dave. Tapi ia tetap kalah saing dengan Allen.
Meskipun jujur Julie tak ingin punya anak, tapi saat bersama Dave hari ini ia
membuat pengecualian. Ia mau punya anak. Asal bersama Dave.
"Ah
sudah jam 9. Istriku pasti sudah bangun. Aku menunggu progres selanjutnya. Aku
tidak sabar memberi kejutan pada Allen. Sebentar lagi kami berulang
tahun..." ucap Dave lalu menyalimi Julie menyudahi pertemuannya.
"Ku
kira kita akan makan siang bersama... " ucap Julie.
"Hahaha
tidak, lain kali. Bunga yang ku pesan bisa layu nanti. Lain kali kita makan
siang, aku akan mengajak istriku dan adikku juga... " ucap Dave lalu pergi
menuju mobilnya.
●●●
Dave masuk
ke apartemennya sambil membawa buket mawar yang sudah jadi kebiasaannya setiap
pulang entah dari manapun untuk Allen. Awalnya Dave berpikir memberi bunga pada
pasangan adalah hal yang menjijikkan dan penuh basa-basi. Tapi ternyata setelah
ia menikah ia malah rutin melakukannya sendiri, bahkan sampai punya langganan
toko bunga.
"Nathan?"
panggil Dave.
"Nathan
belum pulang... " jawab Allen yang tampak fresh dengan mengenakan apron
dan tengah menyiapkan makan siang sendiri.
"Oh my
god... Sayangku... " Dave tak bisa menyembunyikan perasaan senang dan
takjubnya melihat Allen yang tampak sudah pulih seperti sebelumnya.
Tidak ada
wajah sendu lagi, tidak ada piama panjang dan rambut kusut lagi, dan yang
paling penting keceriaan Allen yang kembali dapat di rasakan Dave sudah datang
kembali.
"Tuan
Dave, kau menangis?" tanya Allen yang buru-buru mematikan kompornya dan
mendekat pada Dave.
Dave
langsung memeluk erat Allen. Allen tersenyum sambil memeluk Dave. "Aku
senang kau sudah baik-baik saja lagi... " ucap Dave lalu memberikan bunga
pada Allen.
Allen
mengangguk lalu kembali memeluk Dave. Paling tidak Allen berpikir untuk
membalas kebaikan Dave dan menjadi pasangan yang berkesan selama sisa waktu
sebelum ia harus berpisah dengan Dave juga Nathan. "Susah jangan menangis,
aku jadi sedih... " ucap Allen lembut yang sukses membuat Dave diam
karena tak mau melihat Allen sedih lagi.
"Aku
akan membantumu memasak... " ucap Dave lalu masuk kamar dan bersiap
membantu Allen menyiapkan makan siang.
Dave
membantu Allen dengan perasaan yang berbunga-bunga. Tidak ada yang bisa membuat
Dave lebih bahagia selain melihat istrinya pulih kembali seperti saat ini.
Kondisi serupa juga di rasakan Nathan yang sangat senang melihat Allen sudah
beraktifitas normal kembali.
"Nanti
kalau sudah benar-benar pulih, sudah benar-benar siap kita bisa menjalani
program lagi... Kita akan segera memiliki momongan... Jangan khawatir... "
bisik Dave sambil memeluk Allen yang tengah mencuci piring dari belakang.
Allen mengangguk pelan meskipun dadanya terasa kembali sesak mengingat sebentar lagi ia akan segera di minta pergi dari hidup Dave dan meninggalkan mimpi-mimpi indah yang sudah mereka bayangkan.