Bab 31 – Kevin
Nathan
begitu akrab dengan Kevin, bahkan Nathan lebih memilih tidur di kamar Kevin
sambil bercerita dan bermain dengannya. Allen cukup canggung memjalani hari
pertamanya di rumah keluarga Dave. Meskipun Helga mengajaknya berkeliling dan
mengenalkannya pada para pelayan Allen tetap merasa sedikit canggung. Apalagi
saat Antonio datang dan ingin menyentuh perutnya yang membuat Allen refleks
menghindar.
"Maaf,
tapi aku tidak biasa di sentuh selain oleh Dave... " ucap Allen sambil
menundukkan pandangannya.
Antonio
senang dengan sikap Allen yang begitu menjaga diri sekaligus menjaga perasaan
Dave. Tapi itu tetap terlihat buruk di mata Kevin. Baginya Allen hanya
berpura-pura dan cari muka saja. Kevin ingin menegur Allen atas sikapnya, tapi
ia sudah berjanji pada Dave untuk menjaga Allen juga selama Dave pergi.
"Sudah
berapa usia kandunganmu?" tanya Kevin sebelum mulai makan malam.
Allen diam
sejenak mengingat usia kandungannya. "Enam belas minggu... " jawab
Allen pelan.
"Berapa?"
tanya Kevin sedikit meninggikan suaranya karena tidak dengar.
"Enam
belas minggu! " Nathan memperjelas.
"Wah
cepat juga ya... " ucap Helga mengomentari.
"Apa
kau hamil duluan? " tanya Kevin langsung.
Allen
langsung menggeleng. "Ti... "
"Kau
hamil duluan lalu memaksa kakakku untuk bertanggung jawab atas anak tidak
jelasmu?" cerca Kevin.
"Kevin!!"
Antonio melerai Kevin yang masih ingin memojokkan Allen dan menjauhkannya dari
Dave.
"S-sudah...
Sudah... Kita makan saja yuk... " ajak Helga berusaha mengalihkan
perhatian dan mencairkan suasana.
Allen sudah
kehilangan nafsu makannya setelah Kevin tiba-tiba menyerangnya. Hidangan makan
malam yang sudah di tunggu Allen dari tadi seketika tidak menarik lagi baginya.
Allen ingin menanyakan kenapa Kevin begitu membencinya tapi tadi Antonio sudah
melerai Kevin. Allen tak punya keberanian untuk mengatakan sesuatu yang
berpotensi memantik keributan lagi. Allen ingin kembali ke kamar tapi ia juga
tidak enak hati bila ke kamar padahal belum makan sedikitpun. Tapi Allen juga
tidak mau menangis dan terlihat lemah hanya karena ucapan Kevin tadi.
Tahan
Allen... Tahan... Kau biasa di maki! Tahan! Batin Allen menguatkan hatinya lalu
mulai melahap makanannya.
"Allen
tidak suka?" tanya Nathan.
"S-suka...
" jawab Allen dengan suara bergetar.
Nathan
tersenyum lalu lanjut makan lagi dengan lahap. Setidaknya Allen tau hanya Kevin
yang belum bisa menerimanya dan hanya Kevin yang tidak menyukainya. Nathan,
Helga, Antonio dan yang terpenting Dave menyayanginya. Itu sudah lebih dari
cukup bagi Allen, ia tidak boleh serakah dan hanya fokus pada Kevin hingga
melupakan semua orang yang menyayanginya.
"Aku
sudah kenyang... " ucap Kevin lalu pergi begitu saja.
"Kevin
nanti kita main lagi ya... " ajak Nathan yang di angguki Kevin sambil
mengacungkan jempolnya.
"Nathan
kerjakan tugasmu dulu... " ucap Allen mengingatkan.
Nathan
langsung cemberut. "Nanti setelah aku belajar boleh bermain kan?"
tanya Nathan.
Allen
langsung mengangguk. "Tapi tidak boleh begadang ya... Besok pagi harus
sekolah... " ucap Allen lembut.
"Iya...
Aku mengerti... " jawab Nathan.
●●●
"Selamat
pagi Allen... " sapa Dave dengan hangat.
"Disini
masih malam Tuan, aku baru selesai makan malam dan menemani Nathan belajar...
" jawab Allen.
"Kau
makan banyak kan? Kalau kau ingin sesuatu kau bisa bilang... Bagaimana
harimu?" tanya Dave.
"Menyenangkan,
aku melihat arcade di rumahmu. Seperti taman bermain... Aku ingin berenang tapi
kau hanya membawakanku piama panjang. Jadi sayang bila ku basahi. Sebagai
gantinya aku sering berendam di sini. Nathan asik dengan Kevin, mereka akrab
sekali. Ini Nathan sedang bersama Kevin juga..." Allen mulai bercerita
dengan ceria.
"Kau
dan Kevin bagaimana? Sudah berkenalan? Sudah mengobrol? " tanya Dave ikut
antusias.
"Tadi
dia menanyakan usia kandunganku... Lalu sedikit bertanya... Dan ya...
Begitulah... Tapi Kevin cukup baik, aku sangat terbantu karena ia yang mengasuh
Nathan jadi aku bisa menikmati kursi pijat dan banyak me time... "
"Apa
kevin membuatmu tidak nyaman? Apa saja yang di tanyakan Kevin?"
"Tidak,
aku nyaman tinggal di sini. Mungkin aku yang belum terbiasa di sini dan belum
terbiasa dengan Kevin. Itu saja. Kevin hanya menanyakan soal kandunganku, itu
saja... Jangan khawatir semuanya baik-baik saja... " ucap Allen dengan
begitu ceria meskipun ia berkali-kali menyeka airmatanya ketika harus bicara
soal perbuatan Kevin dan harus menutupinya. "Kapan kau pulang?" tanya
Allen pelan.
"Em...
Aku sudah memesan tiket... Sabar ya... " jawab Dave lembut.
"A-aku
tidak memaksamu cepat pulang, bila masih ada urusan tidak usah terburu-buru...
" ucap Allen.
"Aku
tidak buru-buru, memang sudah selesai. Berlama-lama di sini tanpa ada dirimu
tidak menyenangkan. Aku ingin cepat pulang... Lusa kita cek up, aku ingin
melihat anakku... " ucap Dave.
Masih
banyak Dave bicara tapi Allen sudah kehilangan fokus ketika ada seseorang
menutup pintu kamarnya. Allen sedikit takut tapi ia memberanikan diri untuk
melihat keluar.
"Tuan
Dave, sepertinya ada yang mencariku. Nanti ku telfon lagi ya... " Allen
langsung menyudahi telfonnya.
Kevin
buru-buru kabur begitu ia mendengar langkah kaki Allen setelah ia menguping.
Kevin tak mau Allen salah paham bila ketahuan ia menguping. Apa lagi tadi Kevin
mendengar bila Allen sama sekali tidak mengadukan apapun pada Dave. Kevin tak
mau bila perasaan menyesal dan bersalahnya sudah menyudutkan Allen tadi
terlihat.
Tapi begitu
Kevin melihat ke arah cangkir kopinya yang tumpah Kevin langsung panik.
Bisa-bisa Allen tau kalau ia tadi menguping. Bisa gawat kalau sampai itu
terjadi! Kevin ingin mengecek keluar tapi pasti Allen juga sedang di luar
memastikan siapa yang menutup pintu kamarnya. Kevin jadi makin panik dan memutuskan
untuk mengunci pintu kamarnya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa besoknya
saja.
"Kevin!
Kevin! Tolong! Kevin! " teriak Nathan sambil menggedor-gedor pintu kamar
Kevin.
"Bibi
Helga! Paman Antonio! Tolong! Siapapun tolong aku! " teriak Nathan mencari
banTuan kesana kemari dengan panik.
Kevin tak berani keluar, ia memilih diam dan pura-pura tidur. Sebentar lagi pasti ada yang menolong Nathan.