Bab 38 – Telfon Ibu
Nathan
terus menempel pada Allen dan begitu sengit pada Dave ketika menunggu
gilirannya di periksa. Nathan masih kesal karena Dave tidak mengijinkannya
untuk menelfon ibunya. Nathan sudah berharap bisa segera bicara dengan Penelope
dan mungkin bisa ikut bersama Penelope lagi karena ia sakit. Tapi Dave terus
menundanya dengan berbagai alasan.
"Kevin!
Kevin! " teriak Nathan ceria begitu melihat Kevin yang lewat dengan jas
dokter dan stetoskop di lehernya baru keluar dari ruangan dokter.
"Hai
bro! " sapa Kevin yang menghampiri Nathan dengan ceria. "Apa kau
sakit?" tanya Kevin ramah.
Dave
langsung merangkul Allen begitu melihat Kevin yang berbincang dengan Nathan.
Kevin cukup profesional sebagai dokter, bahkan Kevin jadi salah satu dokter
favorit di rumah sakit. Khususnya bagi para pasien anak-anak. Tapi Dave merasa
belum bisa memaafkan Kevin, apa lagi Kevin belum menyesali perbuatannya dan
meminta maaf pada Allen.
"Boleh
aku memeriksa Nathan?" tanya Kevin pada Allen dan Dave.
Dave
memalingkan pandangannya ketika Allen, Nathan dan Kevin menatapnya.
"Tentu
saja... " jawab Allen. "Ceritakan semua pada Kevin oke, kau akan
segera sembuh bila menceritakan apa saja yang sakit ya... " ucap Allen
yang mempasrahkan Nathan pada Kevin.
Dave masih
diam. Allen ingin ikut menemani Nathan namun Dave menahan Allen. "Di sini
saja... " ucap Dave.
"Tuan
Dave, mereka adikmu. Mau sampai kapan kau marah?" tanya Allen.
"Aku
tidak marah, aku mendisiplinkan! " kesal Dave.
Allen
menghela nafasnya. "Betul, kau mendisiplinkan Nathan. Tapi Kevin?"
"Dia
membuatmu keguguran dan malah merasa bersalah padaku lalu menyatakan perasaan
bodohnya padaku. Aku tidak terima istri dan anakku di jadikan lelucon seperti
itu! " kesal Dave lagi.
"Tapi
aku sudah memaafkan Kevin. Kevin juga sudah pernah minta maaf padaku... Kau
mengenal Kevin lebih lama dariku, tidak adil bila kau marah begitu lama
padanya... " ucap Allen lembut membujuk Dave.
"Tapi
sayang... "
"Ku
rasa kemarin kau sudah cukup tegas pada Kevin. Ku rasa itu cukup... Nanti aku
akan mengundang Kevin makan malam bersama kita... " potong Allen.
"Terserah
aku makan di luar, aku tidak mau tinggal bersamamu lagi! " ucap Dave
berkeras hati.
Allen
tersenyum lalu mengecup pipi Dave lembut. "Aku akan menggunakan kostum
kesukaanmu nanti malam... " bisik Allen.
"Sragam
sekolah ya... " rikues Dave yang langsung luluh lalu bangun dan berjalan
masuk untuk melihat Nathan yang di periksa.
Nathan
konsultasi soal kesehatannya dengan Kevin cukup lama. Dave hanya diam
mendengarkan kedua adiknya yang mengobrol. Allen juga menyemak Nathan yang asik
menanyakan ini itu pada Kevin.
"Kevin
aku membuat Lasagna dan zuppa soup. Kau mau mampir makan malam bersama?"
tanya Allen.
Dave
memalingkan wajahnya mendengar undangan Allen pada Kevin. Kevin diam
menatap Dave.
"Maaf
Allen aku tidak bisa... "
"Datanglah,
ayo makan malam bersama... " paksa Dave yang akhirnya mau sedikit
menurunkan egonya.
Kevin
menatap Dave lalu Allen secara bergantian. Allen langsung mengangguk meyakinkan
Kevin.
"Aku
akan mengajak profesor Roberts juga... " ucap Kevin pelan. "B-boleh
kan?" tanya Kevin meminta ijin.
Allen
mengangguk sambil tersenyum sumringah. Ada sedikit harapan untuk memperbaiki
hubungan Dave dengan adiknya ini. Setidaknya Allen bisa meninggalkan Dave
dengan kesan yang baik dan tidak meninggalkan masalah apapun yang akan
merepotkan Dave nantinya.
●●●
Allen sibuk
di dapur menyiapkan masakannya nanti sambil melihat resep. Sementara Dave
menemani Nathan. Nathan masih sengit menagih janji Dave untuk menelfon ibunya.
Sementara Dave sibuk mencari alasan agar Nathan tidak jadi menelfon.
"Dave
kau banci!" kesal Nathan hingga melemparkan olokan pada kakaknya.
"Kalau kau pria harusnya kau menepati janjimu! " teriak Nathan kesal.
Dave
pura-pura tidak dengar.
"Akan
ku adukan pada Allen! " ancam Nathan.
"Oke!
Kau boleh menelfon. Tapi kau harus berjanji tidak boleh sedih dengan apapun
jawaban ibu nanti! Kau tidak boleh marah dan menangis. Paham?" Dave
mengajukan kesepakatan.
Nathan
langsung mengangguk dan meraih ponsel Dave untuk menelfon Penelope. Tidak ada
jawaban dari tiap panggilan Nathan. Tapi Nathan terus berusaha menelfon ulang.
Sampai akhirnya Penelope menjawab.
"Ibu?
Halo ini aku Nathan... " ucap Nathan dengan ceria begitu Penelope menjawab
telfonnya.
"Ada
apa? Ibu sibuk! Kau mengganggu! " ketus Penelope.
Senyum di
wajah Nathan perlahan luntur mendengar Penelope yang begitu ketus padanya.
"Ibu aku merindukanmu, aku sakit, demam. Apa ibu bisa... "
"Ibu
sibuk! Apa kau tidak paham juga? Kau ini anak nakal yang sangat mengganggu!
Tidak berguna persis seperti ayahmu! Kalau kau sakit minun obat, minta banTuan
Dave dan berhentilah merengek! " potong Penelope penuh emosi pada Nathan.
Nathan langsung
menangis mendengar ucapan Penelope yang begitu menyayat hati kecilnya.
"Tapi aku merindukanmu bu, aku ingin bertemu ibu... " tangis Nathan.
"Aku
tidak merindukanmu sedikitpun! Kau ini menyebalikan! " maki Penelope lalu
mematikan sambungan telefonnya.
Nathan
kembali berusaha menelfon Penelope sambil menahan tangisnya sendiri. Tapi tidak
ada tanggapan sama sekali. Hingga Dave meminta ponselnya kembali.
"Keluar
Dave aku ingin sendirian..." usir Nathan sambil menyerahkan ponsel Dave.
"Nathan!
Aku membuat lasagna kesukaanmu! " seru Allen ceria masuk ke kamar Nathan.
"Aku
tidak mau! Keluar! Aku mau sendirian! " teriak Nathan sambil menangis
mengusir Dave dan Allen.
Dave langsung bangun dan merangkul Allen keluar. "Sekarang kau paham kenapa aku melarangmu menelfon ibu kan?" ucap Dave lalu keluar bersama Allen.