Bab 37 – Nathan Sakit
Nathan
terkapar tak berdaya di sofa setelah ia kenyang makan malam. Wajahnya yang
putih jadi memerah semerah tomat karena badannya panas. Nathan juga tidak
cerewet dan ceria seperti biasanya bahkan malam ini rasanya Nathan belum bicara
apa-apa. Bahkan tugas sekolahnya juga belum di kerjakan.
"Nathan
sakit?" tanya Allen lalu menyentuh kening Nathan dengan telapak tangannya.
Nathan
mengangguk. "Kepalaku sakit... " jawab Nathan pelan dan lesu.
Allen
langsung memeluk Nathan lalu menggendongnya ke kamar. "Minum obat dulu ya,
besok kita ke dokter ya... " ucap Allen lembut.
"Nathan
kenapa?" tanya Dave yang melihat Allen tiba-tiba menggendong Nathan.
"Sakit,
badannya panas... " ucap Allen lembut sambil membuka pintu kamar Nathan.
Dave
langsung ikut ke kamar Nathan lalu mengecek suhu tubuh Nathan. "Iya panas,
besok kita ke dokter ya..." ucap Dave.
"Kevin
bilang dia dokter anak, aku masih anak-anak. Apa kita tidak bisa panggil Kevin
saja?" tanya Nathan dengan lemas.
Dave
menghela nafas lalu keluar menghindari pertanyaan Nathan.
"Tuan
Dave... Kita tidak punya plaster demam, obat penurun panas juga tidak ada. Aku
akan pergi ke apotek sebentar ya... " ucap Allen lembut.
"Tidak
usah, biar aku saja yang pergi..." ucap Dave sambil memeluk dan mencium
Allen sebelum pergi ke apotek.
"Tuan
Dave, kau masih marah pada Kevin?" tanya Allen lembut.
"Iya,
sedikit... " jawab Dave tidak jujur. Bagaimana Dave bisa tidak marah pada
Kevin saat ia terus mengganggu Allen dan membuatnya tidak nyaman bahkan sampai
keguguran. Di tambah lagi bukannya minta maaf atas apa yang ia lakukan pada
Allen, Kevin malah menyatakan perasaan pada Dave yang membuat Dave kesal dan
muak. "Sudah tidak usah di pikirkan... " ucap Dave lagi lalu pergi.
●●●
Allen sama
sekali tidak tidur karena Nathan yang rewel dan terus mencarinya juga terus
mengigau memanggil Penelope. Dave juga jadi ikut begadang menemani Allen
meskipun Allen sudah menyuruhnya istirahat. Tapi Dave tetep kekeh menemani
Allen menjaga Nathan.
"Allen,
aku ingin menelpon ibuku... " pinta Nathan memelas.
Allen
langsung menatap Dave yang juga mendengar permintaan Nathan. "Ini kan
masih malam, ibu pasti sudah tidur. Besok saja ya kita telfonnya... "
bujuk Allen lembut.
"Kapan?"
tanya Nathan.
"Besok,
setelah kita kedokter... " jawab Allen lembut. Dave ikut mengangguk
setuju.
"Allen,
kenapa ibu tidak pernah mencariku ya? Apa ibu tidak sayang aku?" tanya
Nathan.
"Sayang,
tentu saja ibu sayang pada Nathan. Ibu hanya sibuk itu saja... Semua ibu pasti
menyayangi anaknya... " ucap Allen membesarkan hati Nathan.
Dave
menghela nafas melihat Allen yang belum mengenal Penelope dan sedang berusaha
membesarkan hati Nathan. Hanya Allen yang penuh kasih sayang, hanya Allen
perempuan yang layak di panggil ibu. Bukan Penelope. Tapi apa daya malah Allen
yang harus kehilangan buah hatinya.
Menjelang
pagi baru Nathan bisa tidur, Dave sama sekali tidak tidur. Begitu pula dengan
Allen. Dave menghabiskan waktunya dengan bekerja sementara Allen menyiapkan
sarapan. Allen membuat bubur dan sup ayam dengan banyak woetel dan kentang
kesukaan Nathan.
"Allen
terimakasih sudah mengurusiku dan Nathan... " ucap Dave sambil menahan
tangan Allen yang melewatinya.
Allen
tersenyum sumringah lalu mengangguk dan mencium kening Dave. Dave hanya
memejamkan matanya lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Allen yang kembali
ramping setelah sempat berisi saat hamil.
"Allen
aku mencintaimu, kau paham kan?" tanya Dave manja.
"Iya Tuan,
aku paham... " jawab Allen lalu duduk di pangkuan Dave.
"Allen
aku merasa sangat beruntung menikahimu... " ucap Dave lembut nyaris
berbisik sambil memeluk Allen menghirup aroma tubuh Allen yang selalu membuat
Dave merasa tenang.
Allen
tersenyum lalu membalas pelukan Dave. Allen masih terus teringat soal
kontraknya dengan Dave, Allen ingin membahasnya secara serius dengan Dave tapi
Allen merasa sekarang bukan waktu yang tepat. Selain Dave yang sedang manja,
Nathan juga sedang sakit. Tidak baik bila ia dan Dave malah sibuk sendiri
nantinya.
"Bulan
depan kalau kau siap kita bisa konsultasi dan melakukan program... " ucap
Dave sambil menatap Allen lalu mengecup bibirnya dengan lembut. "Tapi kau
tidak perlu memaksakan diri. Bila tidak mau buru-buru, tidak mau program juga
tidak papa. Kita bisa menghabiskan waktu berdua dulu. Kita belum bulan madu,
belum liburan, belum bersenang-senang... " sambung Dave lalu kembali
memeluk Allen.
Allen
menggeleng pelan. "Tidak Tuan, tidak usah repot-repot program dan
konsultasi. Aku percaya bila kita memang berjodoh dan layak menjadi orang tua
pasti kita akan segera punya anak... " ucap Allen lembut sambil mengelus
rambut Dave.
Dave
langsung cemberut mendengar ucapan Allen yang meragukan soal jodoh. "Tentu
saja kita berjodoh, tidak mungkin tidak... " protes Dave. "Kau sudah
pernah mengandung anakku, mustahil bila kita tidak berjodoh. Jangan berpikir
seperti itu lagi! " omel Dave.
Allen
tersenyum lalu mengangguk dan mencium bibir Dave lembut. Dave memalingkan
wajahnya menghindari ciuman Allen yang berusaha mengalihkan omelannya.
"Kau
curang Allen, kau berusaha merayuku! Aku tidak akan tergoda! " ucap Dave
berusaha terlihat garang.
Allen
cemberut lalu menghela nafas. "Tuan Dave kalau aku pergi apa yang akan kau
lakukan?" tanya Allen yang tak tertarik menggoda suaminya lagi.
"Jadi
kau mengancamku karena aku marah padamu? Begitu sekarang caramu memperlakukan
suamimu ini hmm...?" Dave langsung menggendong Allen dan membawanya ke
kamar. "Kau tidak boleh pergi! Tidak boleh pergi kemanapun! " ucap
Dave posesif lalu melumat bibir Allen dengan lembut.
"Allen...
Dave... " panggil Nathan yang sudah bangun mengganggu Dave yang baru mulai
menikmati tubuh Allen.
"Sabar,
jatahmu nanti... " bisik Allen sambil mengecup bibir Dave lalu pergi
keluar kamarnya.
"Argh...
Baiklah aku akan menunggu... " ucap Dave mengalah.
"Allen,
boleh aku menelfon ibu sekarang?" tanya Nathan.
"No!
Makan dulu, lalu kita ke dokter baru telepon... Kemarin kan sudah sepakat...
" ucap Dave yang muncul di belakang Allen.
Nathan yang lesu jadi makin lesu mendengar ucapan Dave. Dave juga kembali masuk kamar lagi untuk mandi sementara Allen dan Nathan makan bersama.