Bab 03 – Wine🔞
7 hari
untuk menikah dan harus mencari calon bukan hal yang mudah. Bahkan orang yang
sudah punya calon saja perlu persiapan lebih dari 7 hari untuk pernikahan
impiannya. Menyetujui ide Penelope untuk menikah dalam waktu 7 hari adalah hal
bodoh yang Dave lakukan selain percaya kalau ada peri gigi yang menukar gigi
susunya dengan koin emas.
"Permisi
aku mencari Lily Allen," ucap Dave yang langsung mencari manajer restoran
tempat Allen bekerja.
"Oh,
Allen masih bekerja, satu jam lagi baru selesai."
Sial, Dave
masih harus menunggu. Sehari 24 jam, 7 hari 168 jam, dan waktu Dave akan
terbuang sia-sia satu jam. Tinggal 167 jam dan ia belum membuat kesepakatan
atau bicara apapun dengan Allen. Dave harus tenang, jadi ia memutuskan untuk
memesan ice cream dan kentang goreng untuk menemaninya berfikir. Ia harus
mengatur strategi dengan benar. Ia harus bisa mendapat kesepakatan yang bagus
dengan Allen. Apapun caranya!
"Tuan
Dave!" suara Allen terdengar memanggil Dave, tapi ketika Dave menengok
kanan dan kiri juga belakang tak ada Allen sama sekali.
"Tuan
Dave!" panggil Allen lagi. Dave kembali menoleh dan mendapati badut anjing
maskot restoran yang melambai-lambaikan tangannya. Maskot itu mendekat ke arah
Dave, Dave langsung bangun dari duduknya berusaha mengambil jarak darinya.
Maskot itu
membuka kepalanya. "Tuan Dave!" panggil Allen. Dave langsung menghela
nafas begitu tau Allen yang di dalam badut maskot itu.
"Apa
yang kau lakukan dengan kostum itu? Menyeramkan sekali... " keluh Dave.
Allen
tersenyum lalu memakai kembali kepala maskotnya. "Hiii... " Allen
berusaha menakut-nakuti Dave yang masih saja memberi jarak meskipun tau Allen
yang ada di dalamnya.
"Allen!"
bentak Dave agar Allen tak mendekat. "Ayo bicara, aku mau kita bicara
serius!" ajak Dave mendadak.
Allen
langsung membuka kepala maskotnya lagi. "Ssttt..!! Sabar, jangan bicara di
sini." Tahan Allen pada Dave yang mengira Dave akan membahas masalah mobil
lagi.
Dave
mengerutkan alisnya heran.
"Tunggu
aku ganti baju dulu!" Allen langsung berlari masuk dan buru-buru mengganti
pakaiannya sebelum berbicara serius dengan Dave sementara Dave menunggunya.
Allen
buru-buru menemui Dave lalu menggandengnya keluar, lebih cenderung menyeret
Dave keluar dari pada menggandengnya. "Kita jangan pergi ke tempat mahal
ya, aku tidak punya uang... " ucap Allen sambil berjalan ke mobil Dave.
Dave
kembali mengerutkan keningnya. Ia benar-benar heran, apa mungkin Allen tipe
perempuan yang suka menghabiskan uangnya untuk membayar pria penghibur? Begitu
pikir Dave karena Allen begitu enteng menawarkan traktiran padanya. Dave juga
jadi berfikir kalau Allen kerja begitu keras untuk mencukupi kegemarannya
membayari pria. Mungkin terdengar aneh, awalnya Dave juga berfikir itu adalah
hal aneh yang tidak wajar. Tapi begitu ia rajin ke tempat hiburan malam dan
mendapati banyak wanita paruh baya yang membayar untuk bisa menghabiskan waktu
dan bersenang-senang dengan pria muda Dave bisa mulai memakluminya.
Tapi Allen
kan masih muda, untuk apa pula Allen membayar pria? Bukankah bisa menjalin
hubungan Friend With Benefit saja? Allen juga tidak terlihat seperti wanita
yang haus akan sex. Lalu kenapa Allen begitu semangat mentraktir Dave? Sudahlah
apapun alasannya sekarang Dave tak peduli, ia hanya perlu memikirkan bagaimana
cara termudah untuk membuat kesepakatan dengan Allen.
"Kita
kemana?" tanya Allen.
"Apartemenku...
Kita bicara di sana saja."
"Kenapa
tidak di bar?"
"Dan
membiarkan manajer restoranmu tau kalau kau menubruk mobilku?" Dave
membalikkan pertanyaan Allen sambil menunjuk mobil dengan stiker restoran cepat
saji tempat Allen bekerja.
Allen
langsung menggeleng dan mengikuti Dave masuk ke dalam lift tanpa berprasangka
apa-apa lagi. Ia yakin saja semua akan baik-baik saja yang penting bosnya tidak
tau.
"Minum?"
tawar Dave sambil berjalan masuk ke apartemennya.
"Tuan
tinggal sendiri di sini?" tanya Allen sambil mendongak menatap
langit-langit apartemen Dave dan memperhatikan tiap hiasan yang ada di
dalamnya, juga karya seni yang di pajang Dave.
"Begitulah,
duduklah..." Dave mempersilahkan Allen sambil mengambilkan sebotol wine
dan dua buah gelas.
Allen duduk
di sofa panjang yang terlihat begitu empuk dan cukup menggoda Allen untuk
mencoba tidur di atasnya seperti seekor kucing. "Aku tidak minum wine...
" tolak Allen lembut.
"Tidak
sopan... " singgung Dave pelan.
Allen
menghela nafas lalu meminum wine yang sudah di Tuangkan Dave untuknya dengan
sekali teguk. "Jadi... "
Belum mulai
Allen bicara, Dave mengeluarkan sebuah berkas dan memberikannya pada Allen.
"Aku tidak bermaksud memanfaatkan kesalahanmu padaku. Aku juga tidak
bermaksud memanfaatkan perempuan kere sepertimu... " Dave membuka
pembicaraan yang sudah langsung menyinggung perasaan Allen. "Ibuku
berusaha menjodohkanku dengan orang yang sama sekali tak ingin ku nikahi. Aku
ingin hidup bebas. Jadi aku ingin menawarimu pekerjaan..."
Allen sudah
langsung menaruh curiga begitu melihat map yang tertulis dokumen rahasia Dave
Mcclain, di tambah arah pembicaraan Dave yang mulai ngelantur begini.
"So?" tanya Allen sambil menahan pusing di kepalanya.
"Aku
akan menawarimu kontrak kerja, selama sebulan kau akan menjadi pasanganku. Kita
pura-pura menikah lalu bercerai. Kau akan dapat bayaran 50 kali lipat gajimu
yang sekarang plus bonus apartemen." Dave langsung memberikan penawaran
yang menjanjikan.
"Satu
bulan? Menikah? Kau gila! Orang bodoh mana yang percaya pada pernikahan yang
hanya satu bulan? Jagung saja masa tanam hingga panen butuh 3 bulan. Kau ini
anjing atau apa?" tanya Allen yang malah mempermasalahkan lama waktu
kontraknya.
Dave
menghela nafas, lalu mengambil laptopnya dan mulai mengedit. Sementara Allen
menuangkan kembali wine ke dalam gelasnya menunggu Dave mengajukan waktu yang
pas.
"Pernikahan
itu bukan permainan, hanya karena kau punya uang bukan berarti bisa
bermain-main dengan komitmen. Menikah itu janji pada Tuhan, pasangan, keluarga.
Itu bukan mainan... " ucap Allen yang mulai mabuk menasehati Dave.
"Lalu
apa kau mau menikah sungguhan denganku?" goda Dave mengejek Allen.
Allen
menghela nafasnya. "Entahlah... Aku takut terikat pada siapapun
sekarang... " jawab Allen sambil tersenyum miris.
"Empat
bulan bagaimana?" tanya Dave kembali ke kontraknya.
"Kau
pernah lihat orang menikah hanya empat bulan?" tanya Allen.
"Satu
tahun, jangan lebih." Putus Dave tak mau berdiskusi lagi.
Allen
tersenyum lalu meluruh ke sofa. "Aku tidak bilang setuju untuk menikahimu,
aku hanya memberi saran... " ucap Allen yang membuat Dave jengkel apa lagi
Dave terlanjur mencetak perjanjian yang baru.
"Sialan!!!"
geram Dave yang hanya di balas dengan senyuman mengejek dari Allen yang
terkapar di sofanya.
"Dave
mirip seperti dove (merpati), kenapa namamu Dave?" Allen mulai bicara
melantur.
Dave
langsung menyaut botol wine yang di genggam Allen. Sudah habis setengahnya dan
tampak jelas bila Allen sangat mabuk. Jelas sekali Dave dari tadi mengobrol
dengan orang mabuk dan tidak benar-benar waras.
"Dave,
kau ini tampan. Banyak wanita cantik yang mau denganmu, kenapa harus aku?
Selain itu kelihatannya kau juga kaya, kenapa tidak lakukan sesuatu yang lebih
berguna?" Allen mulai meracau menasehati Dave.
"Kau
mabuk, tau apa soal diriku?!"
Allen
menggeleng. "Aku tidak mabuk!" bantah Allen. "Kau tau kalau aku
jadi kau, sekarang mungkin aku akan menyumbangkan uangku untuk panti asuhan...
" Allen belum selesai bercerita ia sudah terlelap, KO begitu saja.
Dave
memejamkan mata. Harusnya ia tidak memaksa Allen minum. Dave mulai mengemasi
dokumen di meja lalu merapikan gelas dan wine. Dave ingin mengantar Allen
pulang tapi ia tak tau dimana Allen tinggal. Selain itu Dave juga tidak tega
membangunkan Allen untuk menanyakan alamat.
"Allen
kau mau menandatangani kontrak denganku?" tanya Dave yang teringat pada
tujuannya membawa Allen.
"Tidak,
kontrakmu bodoh sekali, tidak realistis..." saut Allen lalu bangun yang
membuat Dave terkejut.
"Ada
materai di atasnya, cukup realistis kan?" Dave berusaha meyakinkan Allen.
Allen
menggeleng. "Dulu suster di panti juga menandatangani surat seperti itu.
Lihat, pantiku tetap di gusur..."
Dave
menghela nafas bingung harus meyakinkan Allen bagaimana. Allen terlalu sering
di bohongi, Dave yang berusaha jujur padanya jadi kena imbasnya. Tapi saat Dave
sedang berfikir tiba-tiba... Hug! Allen memeluk Dave dari samping.
"Kalo
kamu butuh teman kamu tinggal bilang, tidak usah bayar ku temani..." bisik
Allen lembut lalu menghembuskan nafasnya perlahan.
Dave
menatap Allen yang memeluknya dengan alis berkerut. Tidak! Jangan lagi. Dave
tidak mau mengambil keuntungan. Tapi... Cup! Allen mengecup bibir Dave.
"Allen!
" bentak Dave tak percaya dan langsung bangun dari duduknya. "Kau
mabuk! Dimana rumahmu, ku antar pulang! " Dave masih berusaha waras.
Allen
menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau pulang, aku belum ada uang untuk
membayar sewa... " jawab Allen sambil memalingkan wajahnya.
Dave
menghela nafasnya. "Kalau kau mau tanda tangan kontrak denganku, ku
berikan uang jaminan sebagai bukti keseriusanku. Kau tinggal sebut berapa, akan
ku beri... " Dave kembali duduk di samping Allen.
"800$?"
Dave langsung mengambil uang di dompetnya dan memberikan pada Allen.
"Tanda
tangan... " pinta Dave. Tanpa pikir panjang Allen langsung menandatangani
berkas yang di sodorkan Dave. Tak cukup di situ Allen juga menggigit ujung ibu
jarinya hingga berdarah dan memberikan cap jempol di atasnya.
Dave
tersenyum sumringah lalu secara refleks mencium bibir Allen. "Good girl!
" puji Dave yang membuat Allen tersipu.
Entah
karena sudah lama tidak di puji atau karena Allen juga haus akan cinta. Allen
membalas ciuman Dave dengan berani. Tentu saja Dave tidak akan meninggalkan
kesempatannya begitu saja. Dave sudah membayar, kalau nanti Allen sadar Dave
juga siap membayar lebih lagi. Tak masalah, yang penting Dave dapat apa yang ia
mau.
Dave
langsung menggendong Allen sambil terus berciuman dengannya masuk ke dalam
kamarnya. Dave mulai menciumi pipi hingga leher Allen begitu sampai di atas
tempat tidur. Tapi begitu Dave mulai membuka kancing baju Allen, Allen langsung
menamparnya dengan begitu kuat. Allen juga langsung berusaha menutup kembali
bajunya.
Dave
terperanjat kaget tiba-tiba di tampar Allen. Dave sadar ia harus berhenti, tapi
melihat Allen yang sudah berantakan di tambah lagi wajahnya yang memerah karena
sudah mabuk dan tadi sempat bercumbu hingga menaikkan gairah Dave, Dave jelas
tak mau membiarkan Allen pergi begitu saja. Dave tidak mau harus melampiaskan
nafsunya sendiri.
Dave yang
sudah terbakar gairahnya langsung menarik Allen dan membuka bajunya secara
paksa hingga kancingnya lepas, Dave juga langsung melepaskan bra yang menutupi
buah dada Allen yang terlihat lebih menggoda dari pada yang Dave bayangkan
sebelumnya. Dave tidak mau melewatkan sejengkalpun tubuh Allen dari cumbuannya.
Allen terus
meronta, menolak dan meminta berhenti. Tapi tiap tolakan yang di berikan Allen
malah membuat Dave penasaran dan ingin terus, ingin lebih dalam, lagi dan lagi.
Allen yang menolak dan mengerang minta ampun juga membuat Dave makin
tertantang. Allen bagaikan candu baru untuk Dave malam ini. Mungkin hanya malam
ini.
"Tolong,
jangan... Aku masih perawan... " rintih Allen meminta ampun begitu Dave
melepaskan celananya dan membiarkan kejantanannya yang sudah siap tempur tidak
terhalang celananya yang terasa lebih sempit.
Senyum
tersungging di sebelah bibir Dave, tampak jelas Dave meremehkan dan tidak
percaya pada ucapan Allen. "Aku juga masih perjaka... " jawab Dave
yang mengira Allen berbohong padanya. Ucapan aku masih perawan terlalu sering
Dave dengar tiap ada wanita penghibur yang baru pertama tidur dengannya.