Bab 49 – Vatikan
"O
kalian semua berkumpul di sini ternyata... " ucap Antonio yang baru
selesai bermain golf. "Pantas tidak ada yang menyusulku main golf...
" sambungnya lalu duduk bergabung bersama keluarganya.
Dave hanya
diam. Ia bingung harus menutupi rahasianya dengan Allen bagaimana lagi. Ia juga
tak bisa selamanya terus berbohong pada orang Tuanya. Tapi kalau ia jujur, ia
juga takut kalau orang Tuanya marah dan kecewa padanya.
"Apa
maksudmu Dave?" tanya Helga mendesak Dave untuk jujur.
"Aku
kecewa padamu Dave... " ucap Nathan lalu berlari ke kamarnya sambil
menangis.
"Ada
apa ini?" tanya Antonio bingung karena semua tiba-tiba menghakimi Dave.
Dave
menghela nafas lalu berjalan ke kamarnya untuk mengambil berkas kontrak
perjanjiannya dengan Allen. "Sebenarnya aku dan Allen hanya berpura-pura
menikah... " ucap Dave jujur sambil menundukkan kepalanya malu.
"Apa?!"
ucap Helga dan Antonio yang kaget secara bersamaan.
Dave
mengangguk pelan. "Aku tidak mau di jodohkan ibu waktu itu. Jadi aku
memilih untuk menikahi Allen yang ku temui di bar. Aku ingin hidup bebas dan
tidak di atur oleh apapun. Aku mengambil jalan pintas... " aku Dave dengan
berat hati.
"B-bagaimana
bisa?! " Antonio masih tak percaya.
"Aku
tidak menyukai Julie, aku tidak mau terikat dengan keluarga Hadwil hanya karena
uang. Aku tidak mau di peralat! " tegas Dave.
"T-tapi
Allen... "
"Dan
aku menyesal sudah melakukan itu semua. Aku menyesal membuat Allen jadi susah
karena ulahku. Aku juga tidak menyangka akan serumit ini... "
"Tunggu
dulu! Bukankah kau bekerja sama dengan keluarga Hadwil untuk membangun
rumah?" potong Helga yang masih tidak paham dengan permasalahan yanh ada
pada Dave.
"Iya.
Aku bekerja sama karena aku ingin membuat rumah yang terbaik untuk keluargaku.
Aku lupa kalau aku dan Allen hanya berpura-pura, tapi kemarin ternyata Allen
ingat kalau kami hanya bersandiwara. Pengacaraku salah paham. Jadi ia mengusir
Allen... " jelas Dave yang benar-benar merasa bodoh.
"Kau
sangat bodoh dan pengecut! " ucap Antonio sambil geleng-geleng kepala.
"Padahal kau hanya perlu bicara baik-baik bila kau tak mau di jodohkan.
Sekarang kau malah memperkeruh masalah dan menyeret orang lain untuk ikut masuk
dalam masalah bodohmu! "
Dave
kembali diam lalu mengambil kunci mobilnya di kamar.
"Dave
kau mau kemana? Dave?! Dave! " ucap Antonio yang melihat Dave akan angkat
kaki dari rumahnya.
"Mencari
Allen!" jawab Dave lalu pergi begitu saja.
●●●
"Allen,
apa kau mau menemani nyonya Park selama seminggu ini? Anaknya sedang pergi
dinas, apa kau bisa menolongnya?" tanya suster Theresia pada Allen yang
baru pulang dari panti.
Allen
terdiam sejenak. Ia perlu pergi dari hadapan Dave. Menjaga nyonya Park yang
sudah lanjut usia bukan pilihan buruk untuknya. Lagi pula ini bisa jadi
tempatnya bersembunyi beberapa waktu kedepan, pikir Allen mempertimbangkan.
"Tentu,
tentu saja aku mau... " jawab Allen senang. "Aku akan segera
mengemasi barang-barangku dan pergi kesana! " seru Allen semangat.
"Terimakasih,
kau selalu bisa di andalkan... " ucap suster Theresia senang.
Tanpa pikir
panjang Allen langsung menyiapkan dirinya. Allen langsung mandi dan bersiap
pergi setelah taxi yang di pesannya datang. Tapi di saat yang bersamaan saat
Allen masuk dan pergi dengan taxinya, Dave melintas melewatinya.
Ini akan
menjadi pekerjaan yang menyenangkan... Batin Allen menyemangati dirinya
sendiri.
"Allen?"
panggil Julie menyambut Allen begitu Allen sampai di rumah nyonya Park.
"J-julie?
Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Allen.
"Hansol
dan aku akan pergi berlibur. Kau sendiri ada apa?" tanya Julie heran.
"Suster
Theresia memintaku menjaga nyonya Park saat anaknya pergi. Jadi aku kemari...
"
"Lalu
Dave?" potong Julie heran kenapa bisa Allen kemari dan tanpa Dave. Apa
lagi Dave begitu posesif pada Allen, rasanya begitu mustahil ia akan membiarkan
Allen berpergian apa lagi sampai bekerja menemani seorang wanita tua seperti
nyonya Park.
Allen diam,
panik bingung harus menjawab apa pada pertanyaan Julie yang begitu menohok.
"Apa
kau bertengkar dengan Dave? Kalian sedang pisah ranjang? " tanya Julie
sumringah.
Allen
mengangguk pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Oh...
Allen malang sekali kau... " ucap Julie berpura-pura sedih mendengar kabar
rumah tangga Dave yang retak.
"Kau
Allen?" tanya Hansol yang langsung di angguki Allen. "Ini daftar apa
saja makanan ibuku, alergi dan obatnya. Aku berusaha pulang secepat mungkin.
Jadi mohon banTuannya ya... " ucap Hansol sambil menyerahkan buku catatan
kesehatan ibunya.
●●●
"Kak
Allen baru saja pulang ke biara. Kak Allen sekarang tinggal bersama suster
Theresia..." jawab seorang remaja yang tinggal di panti.
Dave
langsung tancap gas pergi ke biara yang di katakan remaja itu. Tak terbayang
sebelumnya oleh Dave kalau istrinya itu akan tinggal di biara setelah angkat
kaki dari rumahnya. Ini cukup di luar dugaan Dave, apa lagi ia sudah
memperkirakan kalau Allen akan membuat rumah atau sesuatu yang lebih baik untuk
hidupnya dengan uang yang Dave berikan. Tapi ia malah memilih tinggal di biara.
"Permisi,
aku mencari suster Theresia... " ucap Dave mencegat seorang suster yang
berseliweran di sekitar biara.
"Suster
Theresia baru saja pergi..." jawab suster itu dengan ramah.
"P-pergi
kemana? " tanya Dave.
"Bandara...
"
"K-kalau
Allen? Apa kau mengenal Allen? Apa kau tau Allen dimana?" potong Dave
dengan panik langsung bertanya to the poin.
"Kenal,
Allen juga baru saja pergi..."
"K-kemana?"
tanya Dave panik.
"Wah
aku kurang tau, tapi kalau suster Theresia pergi ke bandara, mau ke Vatikan
katanya... "
Dave
langsung lemas begitu mendengar kata Vatikan. Dave belum siap berpisah dengan
Allen, apa lagi mengikhlaskannya untuk menjadi kekasih Tuhan dan mengabdikan
dirinya untuk memberikan pelayanan di katedral. [Next]