Bab 52 – Nathan Pulang
Dave
mencari ke seluruh penjuru kota Vatikan di temani seorang tour guide untuk
mencari seorang suster di kota yang di penuhi suster. Meskipun yang di lakukan
Dave seperti mencari jarum di tumpukan jerami, Dave tidak peduli. Dave ingin
segera bertemu dengan Allen dan memintanya untuk benar-benar menjadi istrinya.
Dave tak peduli harus berapa banyak sekolah biara yang ia datangi.
"Tuan
apa tidak sebaiknya kita istirahat dulu sebentar? Sejak Tuan turun dari pesawat
Tuan masih belum makan apapun... " ucap tour guide Dave mengingatkan.
Dave
menggeleng. "Aku belum lapar. Aku masih mau cari istriku! " Dave
berkeras lalu kembali masuk ke mobil untuk pergi ke sekolah biara lainnya.
Dave tak
mau kalau ia kehilangan kesempatan dan Allen benar-benar mantap menjadi seorang
biarawati. Dave tak mau harus mengubur mimpinya untuk memiliki keluarga kecil
bersama Allen. Dave yakin bila ia meninggalkan pasangannya dan masih bisa
kembali pada pasangannya itu berarti ia sudah menemukan cinta sejatinya.
"Aku
baik-baik saja... " ucap Dave sambil memegangi perutnya lalu kembali
memasuki sekolah biara lagi.
Allen, kau
dimana? Batin Dave yang makin merindukan Allen.
●●●
Hansol
terus mengurung dirinya di kamar. Tidak mau makan tidak juga mengambil minum.
Hingga nyonya Park yang sudah tua harus turun tangan membujuknya. Allen tak
bisa banyak berbuat apa-apa. Ia sudah janji pada suster Theresia untuk menjaga
nyonya Park menggantikannya. Allen ingin tinggal di biara juga sungkan pada
penghuni biara lainnya. Apa lagi ia sudah bukan anak-anak, sangat tak patut
baginya terus merepotkan suster Theresia.
"Selalu
saja begini kalau dia patah hati... " kesal nyonya Park sambil berjalan ke
kamar Hansol untuk mengajaknya makan malam bersama.
Allen hanya
bisa diam memperhatikan nyonya Park yang sibuk merayu putranya itu, persis
sepertinya dulu saat merayu Nathan yang sedih karena menelfon ibunya. Bedanya
kali ini yang di rayu adalah seorang pria dewasa yang patah hati karena cinta.
Bila teringat pada Nathan, Allen juga jadi merindukannya di tambah pula
merindukan kebersamaan keluarga kecilnya yang hangat dulu.
"Maaf
ya, Hansol memang begitu... " ucap nyonya Park yang jadi sungkan pada
Allen karena keluarganya yang sedang berantakan.
Allen
langsung tersenyum. "Tidak apa-apa itu wajar. Memang keluarga kadang
begini. Aku bisa mengerti. Tidak apa-apa..." ucap Allen lalu kembali ke
dapur untuk menyiapkan makan malam.
Baru ketika
semua masakan Allen siap dan ia juga nyonya Park bersiap makan malam bersama,
Hansol akhirnya keluar dari kamarnya. Hansol mencuci mukanya terlebih dahulu
lalu merapikan rambutnya sebelum bergabung makan malam bersama Allen dan nyonya
Park.
"Setelah
ini aku akan mengebut proyek rumah rancangan Julie. Aku sudah tidak mau
berurusan dengan wanita itu lagi... " ucap Hansol pada ibunya.
Nyonya Park
langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lembut mendengar ucapan
putranya. "Ibu tidak memaksamu untuk segera menikah, kau boleh menikmati
hidupmu dulu. Makan ini, ini Allen yang memasaknya."
Allen
tersenyum mendengar ucapan nyonya Park juga saat Hansol menatapnya.
"Menjalani
hidup yang bahagia dengan orang yang tepat itu lebih baik daripada terburu-buru
lalu mendapatkan orang yang salah. Sedikit menunggu dan bersabar tidak
apa-apa... Ibu hanya khawatir bila ibu tidak ada nanti kau tidak ada yang
menemani, itu saja... " ucap nyonya Park menasehati Hansol.
Sejenak
Allen yang ikut mendengar nasehat nyonya Park jadi teringat ada Dave. Allen
merasa mungkin memang sebaiknya ia berbicara baik-baik terlebih dahulu dengan
Dave. Mungkin mereka bisa membatalkan perjanjian yang sudah mereka buat dulu,
lalu bisa melanjutkan pernikahan mereka lagi.
Saat makan
bersama seperti sekarang pun Allen jadi kembali teringat pada Dave dan Nathan.
Allen jadi kepikiran. Apakah Nathan baik-baik saja? Apakah Dave makan dengan
baik? Apakah Nathan membawa bekal? Apakah mereka merindukan Allen juga?
"Ada
apa Allen?" tanya nyonya Park yang melihat Allen diam sambil memandangi
makanannya.
"Ah!
A-aku teringat pada suami dan adik iparku... Aku sedikit mengkhawatirkan
mereka... " jawab Allen yang kembali tersadar.
"Kenapa
tidak coba kau hubungi?" tanya nyonya Park.
"Ponselku
mati, aku tidak punya charger... " jawab Allen.
"Seperti
apa ponselmu? Mungkin kau bisa meminjam chargerku... " tawar Hansol yang
berusaha membantu Allen.
"Sebentar
aku ambil dulu... " Allen langsung berlari ke kamar tamu untuk mengambil
ponselnya. "Ini ponselku... " ucap Allen.
●●●
Dave masih
ingin mencari suster Theresia di Vatikan kalau saja kondisi kesehatannya
mendukung. Tapi sudah hampir tiga hari ia tidak makan dengan baik sementara ia
sedang dalam pemulihan. Dave tak bisa memaksakan kehendaknya lagi. Ia hanya
bisa pasrah berobat, lalu mau tidak mau harus pulang dengan tangan kosong.
"Tidak
apa-apa Dave, besok kita cari lagi di panti asuhan... " ucap Nathan
menyemangati kakaknya.
Dave
menghela nafas dengan berat lalu mengangguk. Mungkin bila ia bertemu lagi
dengan Allen ia sudah sangat terlambat.
"Dave,
ada ibumu... " ucap Helga memberi tahu Dave yang sedang makan di tempat
tidurnya sambil di temani Nathan.
"Ibu?!
" seru Nathan kaget mendengar Penelope datang.
Nathan
langsung berlari keluar. Dave juga ikut keluar setelah meletakkan makanannya di
atas laci.
"I-ibu...
" ucap Dave begitu melihat Penelope sudah datang dan tengah menyuruh
pelayan di rumahnya mengemasi barang-barang Nathan.
Nathan
sudah memeluk erat Penelope dengan erat. Penelope juga sudah bersikap hangat
dan lembut seperti ibu yang seharusnya pada Nathan. Penelope juga meminta maaf
pada Nathan karena sudah membentaknya di telfon dulu.
"Dave
terimakasih sudah menjaga Nathan, sekarang aku akan membawa Nathan pulang...
" ucap Penelope sambil menggandeng Nathan berpamitan dengan Dave.
"Loh?!
Aku sudah mengirimkan pengacara padamu. Kenapa masih membawa Nathan? Apa
pengacara yang ku kirimkan masih kurang?" tahan Dave.
"Nathan
anakku, apa salahnya bila aku membawanya untuk tinggal bersamaku lagi? Lagi
pula kau tidak punya hak atas Nathan, kau hanya kakaknya beda bapak pula,"
ucap Penelope kekeh membawa Nathan.
"Nathan
bilang pada Ibu, kau ingin tinggal bersamaku. Kita akan mencari Allen lalu
pergi sekolah seperti biasanya... " bujuk Dave yang takut kehilangan
adiknya dan makin kesepian lagi.
Nathan
menggeleng. "Aku ingin tinggal bersama ibu, Dave."
Penelope
tersenyum penuh kemenangan mendengar jawaban Nathan yang lebih memilihnya dari
pada Dave. "Sudah pamit pada bibi Helga..." ucap Penelope pada
Nathan.
Dave tak
bisa berkata apa-apa lagi, ia tak bisa melawan Penelope. Nathan memang adiknya,
tapi Penelope jauh lebih berhak atas Nathan. [Next]