Bab 19 – Bekerja
Dave tetap
pergi berenang bersama Nathan dan di temani Allen juga di gor olahraga milik
keluarga Dave. Dave tidak berenang, ia hanya mengajari Nathan berenang. Allen
juga hanya duduk memperhatikan di pinggir kolam. Allen memikirkan ucapan Kevin.
Mungkin ia
memang hanya akan jadi beban untuk Dave. Allen terpikir untuk bekerja kembali.
Tapi Allen bingung ia harus bekerja apa, sementara ia masih sering mengalami
morning sickness. Belum lagi Nathan juga harus di perhatikan.
"Kau
memikirkan sesuatu?" tanya Dave sambil menggendong Nathan setelah mandi
dan ganti baju.
Allen
menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.
"Apa
Kevin mengatakan sesuatu yang membuatmu sedih?" tanya Dave khawatir.
Allen menggelengkan
kepalanya lagi lalu berjalan ke mobil sambil bergandengan dengan Dave.
"Mau
makan sesuatu?" tanya Dave.
"Aku
mau pulang, menemani Nathan belajar lalu istirahat... " jawab Allen.
"Kau
tetap perlu makan, setidaknya untuk anakku. Jangan mengajaknya diet."
Allen
mengangguk lalu memasang sabuk pengaman untuk Nathan sebelum duduk di samping
Dave. "Tuan Dave, boleh aku bekerja?" Dave langsung menarap Allen
sengit.
"Kerja?!"
ulang Dave.
"Maksudku
nanti setelah aku kuat, tidak sekarang... "
"Apa
uang dariku kurang? Apa yang ingin kau beli?" tanya Dave sambil menatap
Allen serius. "Kau mau belanja apa? Untuk apa bekerja segala?"
"A-aku
tidak mau menjadi bebanmu... Maksudku aku tidak mau em... Menjadi
bebanmu..."
"Jadi
itu yang Kevin katakan padamu tadi?!" tebak Dave lalu mulai menyetir
pulang. "Kau tidak pernah jadi bebanku Allen. Kau istriku. Sudah
kewajibanku memenuhi semua keinginan dan kebutuhanmu. Kau tidak perlu
bekerja."
Allen
mengangguk pelan. "T-tapi aku tetap ingin bekerja... " ucap Allen
memaksa.
"Kerja
apa? Setelah hamil kau melahirkan, lalu kau akan menelantarkan anakmu? Begitu
maksudmu?" cerca Dave.
Allen
menggeleng pelan. Allen tidak mau menelantarkan anaknya. Allen ingin memberikan
semua yang ia bisa pada anaknya nanti. Tapi Allen juga tidak mau di pandang
sebelah mata oleh Kevin atau Penelope dan mungkin keluarga Dave lainnya nanti.
"Di
rumah saja, seperti biasanya. Mengurus Nathan, menunggu aku pulang kerja,
belanja, tidak usah bekerja," ucap Dave lembut menasehati Allen.
"Aku
ingin bekerja juga Dave! " seru Nathan.
"Hah?!
Kau bekerja juga?" tanya Dave kaget karena adik kecilnya ingin bekerja.
"Iya!
Sebentar lagi aku jadi paman! Aku harus punya banyak uang untuk
keponakanku!" seru Nathan semangat.
Allen dan
Dave tertawa mendengar semangat Nathan. Allen tak menyangka Nathan akan
sedewasa itu.
"Kau
sekolah saja yang benar. Nanti kalau sudah dewasa baru bekerja," ucap Dave
setelah puas tertawa.
"Tapi
kan bayinya lahirnya sebelum aku jadi sebesar kau Dave... " keluh Nathan.
"Kau
sungguh-sungguh ingin bekerja?" tanya Allen. Nathan langsung mengangguk.
"Kalau begitu aku akan memberimu 25¢ setiap mencuci piring. Bagaimana?
" tawar Allen.
"Tapi
aku belum bisa mencuci piring... " jawab Nathan.
"Aku
akan mengajarimu... Nanti kita mencuci piring bersama. Ya... " ucap Allen
memberi solusi.
Dave
tersenyum senang. Baru kali ini ada perempuan yang bisa memahaminya bahkan juga
adiknya. Belum pernah sebelumnya ada perempuan yang menjadi pasangannya sebaik
Allen. Biasanya mereka hanya datang untuk uang dan sex saja lalu pergi entah
kemana.
"Aku
akan rajin mencuci piring!!!" seru Nathan penuh semangat.
Sesampainya
di rumah Nathan langsung belajar mencuci piring. Dave juga membawakan box kayu
agar Nathan bisa lebih sampai ke wastafel dengan nyaman. Tak cukup sampai di
situ Nathan juga dapat celengan dari tabung kaleng dari Dave.
"Aku
akan menjadi paman yang keren! " ucap Nathan sebelum tidur di temani Dave.
"Oke
paman kecil. Tapi kau juga bisa menjadi kakak kalau kau mau... " ucap Dave.
Nathan
tersipu mendengar ucapan Dave. Nathan tidak sabar bertemu anak Dave yang masih
harus menunggu berbulan-bulan lagi.
"Allen
bisa tidak bayinya lahir besok? " teriak Nathan yang kembali bangun dan
berlari ke kamar Dave.
"Hah?!
" Allen terkejut. "Tidak bisa sayang, dia masih harus tinggal di
perutku... Sabar ya, celenganmu juga belum penuh... " ucap Allen lalu
mengantarkan Nathan tidur lagi.
Nathan
cemberut lalu kembali tiduran dan mendengarkan cerita Dave lalu tertidur pulas
tak lama setelahnya. Nathan tetap tidur lebih cepat karena kelelahan berenang
meskipun ia juga tak sabar menunggu cuci piring besok dan kelahiran anak Dave.
"Sudah
tidur? " tanya Allen yang menunggu sambil duduk di sofa membaca ebook di
ponselnya.
Dave
langsung menggendong Allen dan membawanya masuk ke kamar seperti seorang
penculik. "It's time for me and you... " bisik Dave lalu menciumi
Allen tanpa ampun yang membuat Allen geli hingga terbahak-bahak.
"Tuan
Dave... Ahh... " ucap Allen manja.
Dave
mengecup bibir Allen sebelum berhenti menciuminya. Dave memperhatikan wajah
Allen sambil merapikan rambutnya yang acak-acakan. Dave merasa Allen
benar-benar wanita yang sempurna untuknya.
"Jangan
bekerja Allen. Tetaplah di sampingku, mendampingiku. Aku saja yang bekerja.
Tidak masalah kau menghamburkan uangku, yang penting kau tetap di sampingku...
" ucap Dave lembut lalu mengecup kening Allen.
Allen
mengangguk lalu tersenyum. "Aku akan terus mendampingimu Tuan Dave."
"Ahh...
Ku tasa besok kita perlu ke dokter dan menanyakan kapan aku bisa dapat jatah
malamku... " ucap Dave yang sudah merindukan tubuh Allen.
Allen
mengangguk. "Aku juga menginginkannya... " lirih Allen.
"Bagaimana
kalau sekarang?" tanya Dave. "Eh jangan! Aku tidak mau membahayakan
kalian... " Dave menarik lagi ucapannya. "Tidurlah Allen... "
ucap Dave lalu mengecup kening Allen.
Allen
mengangguk lalu memejamkan matanya sambil memeluk Dave. Allen merasa senang
bisa memiliki keluarga kecil yang harmonis dan berkecukupan bersama Dave
seperti saat ini. Meskipun di hati kecil Allen ia merasa cepat atau lambat ia
akan di tinggalkan Dave. Bahkan keluarga Dave seperti Penelope dan Kevin tampak
membencinya, membuat Allen merasa akan segera di buang Dave.
Tuan Dave, apa kau mencintaiku? Tanya Allen dari hatinya. Pertanyaan yang Allen simpan sendiri tiap kali mendapat perlakuan baik dan hangat dati Dave seperti sekarang.