Harum
masakan tercium dari dapur. Harum bawang yang ditumis dalam panci lalu harumnya
sedikit teredam oleh air yang di masukkan kedalamnya. Allen sedang menyiapkan
sarapan. Allen tak tau bagaimana selera Dave, jadi ia hanya membuat pas
untuknya dan melebihkannya sedikit bila Dave mau mencoba. Hanya ada telur dan
tofu juga bawang putih jadi Allen hanya membuat sup telur.
"Apa
yang kau masak?" tanya Dave sambil berjalan keluar dari kamarnya menuju
ruang makan.
"Sup
telur. Kau mau?" tawar Allen.
Dave
menggeleng lalu duduk menunggu Allen selesai memasak.
"Mau
sarapan sesuatu?" tanya Allen.
Dave
kembali menggeleng. "Terlalu pagi untuk sarapan..." jawab Dave.
Allen
mengangguk lalu menuangkan supnya ke dalam mangkuk. Sebelum menikmatinya sambil
mengobrol dengan Dave.
"Apa
yang akan kita lakukan hari ini? " tanya Allen.
Dave tersenyum
mendengar pertanyaan Allen. Allen sudah tidak marah lagi, Dave senang. "Ke
salon. Aku ingin merapikan rambutmu. Kau perlu banyak make over." Dave
terus memperhatikan Allen dan sup telur buatannya yang tampak lezat.
Allen
mengangguk lalu menyeruput kuah supnya. Allen langsung tersenyum ceria dan
mulai menyendokkan telur dan tofu kemulutnya.
"Enak?"
tanya Dave.
Allen
langsung mengangguk. "Dulu di panti bila aku sakit bunda Anne membuatkanku
ini. Setelah itu badanku akan terasa lebih baik dan cepat sehat. Mau
coba?" Allen menyodorkan mangkuknya pada Dave.
Bukan
menerima sendok atau mangkuk yang di sodorkan Allen, Dave malah mendekatkan
wajahnya lalu membuka mulutnya minta di suapi.
Allen
langsung menyendokkan supnya lalu meniupnya sebentar dan sebelum menyuapi Dave.
"Enak?" tanya Allen menunggu reaksi Dave atas masakannya.
"Ena...
Ehm... Lumayan... " Dave kembali ingat kalau ia harus bersikap dingin pada
Allen.
"Ku
ambilkan, tunggu sebentar... " Allen langsung kembali ke kompornya dan
mengambilkan setengah mangkuk supnya. Karena memang hanya itu yang tersisa.
Dave
menyeringitkan keningnya karena sup di mangkuknya tidak penuh.
Allen
tersenyum canggung. "Aku hanya memasak sedikit... " ucap Allen lalu
kembali duduk berhadapan dengan Dave.
Dave
mengangguk. "B-baiklah akan ku makan, tapi ini karena kau yang
paksa!" ucap Dave kaku.
Allen
mengangguk sambil tersenyum lalu menikmati supnya. Dave tak bisa menyembunyikan
lagi rasa laparnya, apa lagi sup telur yang di buat Allen terasa benar-benar
enak hingga tanpa sadar Dave menghabiskannya dengan cepat.
"Tadi
hanya ada tofu satu, jadi hasilnya cuma sedikit. Besok aku akan belanja, jadi
bisa makan sup telur lagi... " ucap Allen yang menatap mangkuk kosong
milik Dave.
Dave menatap
mangkuknya lalu mangkuk milik Allen yang masih setengah. "Supku hanya
sedikit jadi wajar cepat habis. Kau tidak perlu memasak untukku."
"Yasudah
aku memasak untuk diriku sendiri saja... " jawab Allen santai lalu
melanjutkan makannya.
Dave
menyesal dengan ucapannya barusan. Ia suka masakan Allen. Melihat saat Allen
memasak tadi juga begitu indah bagi Dave. Bodoh! Bukan itu yang ingin ia
katakan.
"Setelah
dari salon kita akan membeli cincin," ucap Dave melanjutkan obrolan
awalnya dengan Allen.
Allen
mengangguk paham. "Oh iya Tuan Dave, kurasa kita perlu mengerti latar
belakang satu sama lain agar kita bisa terlihat lebih meyakinkan... "
saran Allen.
Dave
mengangguk setuju. "Yasudah perkenalkan dirimu! " perintah Dave.
"Lily
Allen, 24 tahun, lulusan SMA, tidak suka makanan basi, suka semua makanan, aku
tidak mau mabuk lagi. Aku yatim piatu sejak lahir," seketika Allen dan
Dave langsung canggung ketika Allen bilang bila ia seorang yatim piatu.
"Ehehe, sebenarnya aku tidak yakin yatim piatu atau tidak. Aku di buang
orang tuaku ke panti sejak bayi. Namaku juga pemberian dari seorang biara wati
yang mengasuhku dari kecil," Allen tersenyum miris.
Dave tanpa
sadar menggenggam tangan Allen.
"Aku
hanya ingin punya uang cukup untuk memiliki rumah dan membuat restoranku
sendiri... " ucap Allen melanjutkan ceritanya. "Aku tidak pernah di
inginkan, jadi tidak apa-apa bila Tuan ingin bersikap ketus padaku. Aku sudah
biasa... " Allen memelankan suaranya sambil menundukkan pandangannya.
Dave
langsung bangkit dari duduknya untuk memeluk Allen. Allen membalas pelukan Dave
sambil tersenyum.
"Kau
mau aku mencari orang tuamu?" tanya Dave sambil mendekap Allen.
Allen
menggeleng. "Tidak usah, aku senang dengan hidupku yang sekarang. Lagi
pula dari awal mereka tidak menginginkanku, untuk apa di cari?"
Dave
mengangguk paham lalu mengecup bibir Allen lalu keningnya. Allen hanya diam
terkejut saat Dave menciumnya. "I-ini... Yang tadi... I-itu latihan saja.
Pasangan memang seharusnya berciuman kan? He.. He.. He... " ucap Dave
beralibi dengan canggung.
Allen
tersenyum lalu mengangguk. Allen tau Dave orang baik, ia akan baik-baik saja
bersama Dave. "Tuan Dave... " Allen mengurungkan niatnya untuk
bertanya pada Dave.
Dave
melepaskan pelukannya lalu kembali duduk di kursinya tadi. "Oke, aku Dave
Mcclain, gedung besar di sana dan apartemen ini adalah milikku, ayahku Antonio
Mcclain, ibuku Penelope Culkin yang kemarin kau lihat dan Helga Colier ibu
sambungku, adikku Kevin Mcclain dia suka sesuatu yang berbau Jepang seperti Anime
dan vidio Jav... " Dave bersemu saat mengatakan vidio Jav, ia sendiri juga
suka. "Perusahaan manufaktur sub sektor industri pangan dan rumah tangga.
Jadi semua makanan instan yang ada di supermarket kebanyakan dari perusahaanku.
Furnitur juga ada. Ada yang ingin di tanyakan?"
"Kau
kaya sekali. Aku jadi merasa tidak layak bersandiwara denganmu," ucap
Allen minder sambil mengelus tengkuknya.
Dave
menghela nafas. "Ya maka dari itu aku memilihmu!" jawab Dave yang
kembali meninggikan suaranya karena menutupi gengsinya.
Allen
tersenyum sambil mengangguk paham. "Baiklah aku akan berusaha menjadi
pasangan yang baik selama setahun ini!" ucap Allen semangat lalu merapikan
ruang makan dan dapur sebelum melanjutkan aktivitasnya.
Dave
membawa Allen ke salon yang sengaja ia boking khusus untuk merombak penampilan
Allen. Allen hanya pasrah mengikuti setiap apa yang Dave mau dan pegawai salon
itu kerjakan pada dirinya. Rambut Allen di rapikan, lalu jemarinya mendapat
perawatan juga. Semua yang di lakukan sesuai keinginan Dave, Dave juga ikut
menunggu sampai semuanya selesai.
Usai
perawatan di salon, Dave mangajak Allen mencoba gaunnya. Juga membeli beberapa
pasang sepatu. Dave suka melihat wanita menggunakan sepatu high heels,
sementara Allen tidak biasa dan tidak bisa menggunakannya. Jadi Dave membeli
beberapa pasang sepatu dari yang high heels hingga flatshoes.
Karena
selesai mengerjakan semuanya dengan cepat, Dave mengajak Allen untuk makan
terlebih dahulu. Karena dari siang memang belum makan, baru setelah itu Dave
mengajak Allen pulang.
"Tuan
Dave, bisa kita ke supermarket?" tanya Allen pada Dave yang sedang
menyetir.
Dave
mengangguk menuruti Allen. "Berhentilah memanggilku Tuan, aku bukan
pelangganmu. Belajarlah memanggilku Dave atau panggilan lain yang lebih
meyakinkan bila kita pasangan."
Allen
mengangguk lalu mulai berpikir panggilan apa kira-kira yang pantas untuk Dave
setelah mereka resmi menjadi pasangan nanti.
Allen
memasukkan beberapa bungkus snacks untuk mengisi toples yang kosong. Lalu
sayuran, buah dan olahan daging. Dave hanya mengikutinya sambil mendorong
troli. Dave senang bisa menemani Allen berbelanja seperti ini. Sejenak Dave
merasa ia dan Allen sudah menjadi pasangan sungguhan sekarang.
"Aku
akan sering memasak untuk suamiku... " ucap Allen sambil tersenyum menatap
Dave lalu mengambil susu dan keju.
Dave senang
sekali mendengar ucapan Allen hingga wajahnya merona. Tapi Dave langsung
memalingkan wajahnya sambil buru-buru memasang wajah dinginnya kembali.
"A-aku tidak suka masakanmu! " cibir Dave.
Senyum
Allen langsung hilang. "Untuk suamiku nantinya kalau begitu. Suamiku yang
sebenarnya. Bukan Tuan Dave... " Allen meralat ucapannya.
Perasaan Dave yang baru saja senang dan berbunga-bunga langsung hancur dan patah seketika. Allen membuatnya sadar bila mereka hanya berpura-pura. Dave tak mau membagi Allen dengan pria lain kelak, Dave ingin Allen terus di sisinya. [Next]
0 comments