Part 9
Setelah bersolek cukup lama
di salon. Akhirnya Clara selesai. Rambutnya yang lurus dan sedikit bergelombang
di bagian bawahnya membuatnya terlihat sangat anggun dan cantik. Bahkan
meskipun ia belum dapat make up apapun di wajahnya.
"Kak nanti ganti bajunya
habis makan aja ya. Sama dandannya aku sendiri aja," ucap Clara pada Bara
yang masih asyik memandangi Tina yang dirias.
"I-Iy-Iya em
b-bo-boleh," ucap Bara tergagap dan sangat gugup karena melihat perubahan
drastis dari Clara.
Bangsat! Cantik banget.
Beneran itu Clara? Batin bara yang terpana pada kecantikan Clara.
"Kamu dah selesai?"
tanya Bara.
"Hmm laper gue Kak,"
keluh Clara kesal lalu menghentakkan kakinya.
Fix dia masih Clara yang
tadi. Batin Bara lalu senyum tersungging di bibirnya.
"Kan bentar lagi
acaranya, kamu gak mau pakek gaun dulu? Make up dulu? Kita makan di hotel aja.
Makan dikawinan biar gratis," ucap Bara memberi saran lalu nyengir.
"Ck kak!" decak
Clara kesal lalu duduk lagi ke meja rias.
"Cantik ya
calonmu," puji Tina setelah Clara pergi.
"Iya," jawab Bara
tanpa ia sadari.
Lebih baik begitu. Makin
cepat dia move on makin baik. Batin Tina.
"Em maksudku, cantik.
Semua cewek kan cantik! Hehehe ya gak?" ralat Bara dengan gugup begitu
sadar apa yang diucapkannya lalu mengalihkan pandangannya pada ponselnya.
"Siapa?" tanya
Tina.
"Tante Caca, Bundanya
Clara," jawab Bara.
Sudah sejauh itu ya
hubungannya sama Clara ternyata. Batin Tina.
"Aku ngurus Clara dulu
ya," pamit Bara.
Krauk! Krauk! Krauk!
"Shhh pedes," ucap
Clara yang ditata rambutnya sambil memakan kripik singkong pedas yang baru ia
beli.
Dengan langkah cepat Bara
mengambilnya dan menampar tangan Clara. Tak henti sampai di situ Bara juga
membuang kripiknya dan memberikan susu kotak padanya.
"Kamu ada asam lambung!
Gak boleh makan pedes!" Omel Bara "Dasar bandel!" tambahnya.
Clara hanya mendelik bingung
pada sikap Bara padanya.
"Iye! Dasar lu
bawel!" jawab Clara kesal.
Bara hanya mendengus menahan
amarahnya dan nafsunya untuk menghukum Clara yang begitu bandel.
Kapan gue nikahin ni bocah.
Batin Bara yang sudah tak sabar lagi dan ingin cepat menikmati kebebasannya
pada Clara secepatnya.
***
Clara yang sudah selesai
bersolek dan mengganti bajunya dengan gaun yang di berikan Bara terlihat sangat
mempesona. Bara bahkan tak ingin melepas pandangannya pada Clara.
"Bagus gak?" tanya
Clara pada Bara.
Kamu cantik! Cantik banget!
Anjir! Jerit Bara dalam hati.
"Ehmm," deham Bara
serak "Jelek, tapi mendingan lah dari pada tadi," jawab Bara grogi.
Emang aku gak ada
bandingannya sama Kak Tina. Batin Clara sedikit sedih.
"Yaudah gue pulang
aja!" kesal Clara menutupi rasa sedihnya.
"Yuk jalan! Dah telat!
Dah terlanjur can_ dah terlanjur dandan juga! Tadi itu mahal tau gak sih!"
sahut Bara yang tanpa sadar malah meninggikan suaranya karena grogi dan salah
tingkah berhadapan dengan Clara, lalu mendahuluinya.
"Tapi nanti makan ya
kak" pinta Clara sambil mengikuti Bara dari belakang.
Mampus gue! Makan diliatin
Clara , mana lagi cantik gini. Batin bara.
"Iye! Dasar bawel!
" jawab Bara.
Brugh!
Clara terjatuh, tak sengaja
tersandung kakinya sendiri. Selain karena tak biasa memakai sepatu dengan hak
tinggi, belum lagi gaun selututnya yang ketat.
"Aw," lirih Clara
lalu berusaha bangun sendiri.
"Ck! Ngerepotin aja kamu
ini!" ucap Bara lalu menggendong Clara di bahu Bara layaknya karung beras.
"Kya! Kak Bara!"
pekik Clara yang terkejut digendong Bara.
Plak!
Bara langsung menampar pantat
Clara yang mulai meronta.
"Diem Clara!"
bentak Bara yang langsung membuat Clara terdiam.
Ya ampun Kak Bara! Ini pasti
memalukan sekali! Batin Clara yang deg-degan karena di gendong dan baru saja ia
mempermalukan dirinya sendiri.
Tina yang melihat apa yang
dilakukan Bara pada Clara sedikit merasa cemburu. Bahkan Tina yang selalu di
nomor satukan Bara tidak pernah mendapat perlakuan seistimewa Clara. Mungkin
memang Bara terlihat dingin, kasar dan sangat tegas pada Clara. Tapi mungkin
Bara meletakkan Clara di tempat istimewa dalam hatinya, kurang lebih begitulah
pandangan Tina pada Clara.
***
"Yang mana yang
sakit?" tanya Bara ketika sudah masuk ke dalam mobilnya dan tengah mencari
kotak P3K.
"Gak sakit Kak, cuma
memar dikit kayaknya," jawab Clara sambil menutupi lututnya yang luka.
Bara langsung menampik tangan
Clara yang menutupi lututnya yang luka. Tanpa bertanya dan mengabaikan rintihan
Clara, Bara langsung membersihkan luka di lutut Clara lalu mengolesinya dengan
obat merah dan menutupnya dengan plester luka.
"Jangan bohong, aku gak
suka!" tegas Bara lalu merapikan kotak P3Knya lagi.
"Iya," jawab Clara
"Em makasih ya Kak," sambung Clara pelan.
"Kamu bisa kalem juga
ternyata," sindir Bara lalu melajukan mobilnya menuju tempat resepsi Via
yang bertempat di hotelnya.
Clara hanya diam dan
mengalihkan pandangannya karena tersipu dengan sindiran Bara padanya.
Dasar nyebelin. Batin Clara.
"Dasar nyebelin,"
gumam Bara.
"Emm apa?" tanya
Clara terkejut mendengar gumaman Bara.
Apa aku mengucapkannya? Batin
Clara waswas.
"Tidak. Hanya saja, ini
sangat menyebalkan. Via, dia ninggalin aku, nikah sama orang lain waktu masih
jadi pacarku. Terus nikah di hotel ku. Menurutmu gimana?" ucap Bara sambil
menyetir.
"Nyebelin juga sih. Apa
kamu sakit hati? Patah hati gitu?" tanya Clara hati-hati karena takut
menyinggung.
"Aku punya banyak stok
cewek. Tapi ya. Via itu salah satu yang aku suka. Matanya. Aku sangat berharap
bisa melihat matanya pada Lisa," jawab Bara lalu tersenyum kecut.
Di mata Lisa. Secara harfiah
maksudku. Batin Bara melanjutkan ucapannya.
"Sombong bener lu kak!
Pantes ditinggal Via," sinis Clara.
"Kamu pengen kita nikah
kapan?" tanya Bara mengalihkan pembicaraan.
"Nanti kalo dah dapet
kampus," jawab Clara berusaha tenang.
"Kalo kamu gak pernah
belajar berarti gak bakal kuliah dong?" tanya Bara apa adanya.
"Aku belajar,
dikit," jawab Clara lirih.
Bara hanya menganggukkan
kepalanya pelan, lalu hening tanpa ada percakapan lagi antara Clara dan Bara
hingga sampai di hotel.
"Mau makan apa?"
tanya Bara sambil berjalan ke cafe.
"Aku mau ice cream
boleh?" tanya Clara.
"Ice cream? Tadi katanya
laper," sindir Bara.
"Aku pengen banget kak.
Dah lama gak makan ice cream," jawab Clara "Lagian sayang, kalo mau
makan nanti lipstikku ilang," sambung Clara lalu menatap Bara dengan
bibirnya yang dimanyunmanyunin.
Gue cipok juga nih mulut!
Batin Bara saat melihat bibir Clara.
"Yaudah sana," ucap
Bara mengizinkan Clara memesan apa yang ia mau, sementara Bara memilih tempat
duduk.
Ya Allah selamet gue! Batin
Bara yang senang tidak harus jaim saat makan di depan Clara.
"Kak Bara mau juga
gak?" tawar Clara yang menoleh ke arah Bara saat memesan.
"Gak," jawab Bara
sambil mengecek ponselnya.
Clara duduk berhadapan dengan
Bara, sementara Bara tidak berani menatap Clara yang menatapnya dari tadi
sembari menunggu ice creamnya datang. Tak lama menunggu ice cream vanila dengan
toping buah beri datang.
"Kak kenapa kamu
setuju?" tanya Clara memecah keheningan.
"Setuju apa? "
tanya Bara heran.
"Dijodohin sama aku. Kan
mending kamu sama Kak Tina, dah cantik, dewasa, kalem. Kayaknya dia
tipemu," jawab Clara.
"Aku ditolak Tina,"
jawab Bara "Lagian aku sama Tina juga dah mantan sejak semester
lalu," sambung Bara sambil menghela nafas.
Jadi aku cuma pelarian saja.
Batin Clara.
"Ternyata kau gak selaku
yang ku kira ya Kak," ucap Clara lalu tertawa pelan.
"Kamu sendiri kenapa
setuju?" tanya Bara pada Clara.
Soalnya sama kamu Kak nikahnya.
Batin Clara menjawab pertanyaan Bara.
"Yaudah gak usah
dijawab. Dulu aku dah pernah denger kenapa kamu mau sana aku. Lupakan,"
ucap Bara menarik pertanyaannya lalu mengambil sendok yang di pegang Clara dan
menyendok ice milik Clara.
Clara hanya menunduk dan
mengangguk pelan.
"Kamu jangan mabuk
sembarangan. Jangan lagi. Rahasiamu kebongkar semua nanti," ucap Bara
setelah mencomot ice cream Clara.
Clara yang mendengar ucapan
Bara langsung menatapnya dengan mata yang membelalak karena terkejut dan panik.
Apa rahasianya yang sudah terbongkar?