Part 19
Samar-samar Bara mendengar
pembicaraan Clara dan para orang tua hingga menimbulkan keterkejutan. Dengan
emosi yang terkontrol Bara langsung menggendong Aya ke ruang tamu lagi.
"Cla nanti begitu nikah
bikin anak kaya Aya yang banyak ya. Bikin sepuluh," ucap Bara riang lalu
mengecup pipi Aya.
Clara langsung membelalakkan
mata terkejut.
"Jadi ini biang
keroknya," gumam Adam.
"Pantes Clara minta
diundur," sahut Fajar.
"Mirip MasAdam ya,"
ucap Caca pada suaminya yang langsung diangguki.
"Mau ya? Bikinnya gak
langsung sepuluh kok. Satu-satu tapi tiap taun," ucap Bara lagi.
Clara langsung menggeleng
cepat.
Caca cuma lairan sekali aja
aku gak kuat, ini Claraku disuruh sepuluh. Ya ampun. Dikata anakku kucing apa
ya? Batin Fajar horor.
Deg…deg…deg…
Wajah Clara! Duh jadi inget
waktu mau kugarap dulu! Gawat ini! Bisa-bisa bangun pedangku! Batin Bara lalu
memberikan Aya pada Ayahnya yang mulai terlihat marah dan segera lari ke
kamarnya sebelum ia benar-benar tegang.
***
Ini bukan pertama kali! Ini
bukan pertama kali! Ini bukan pertama kali! Batin Bara menguatkan dirinya
ketika ingatannya tentang nikmatnya tubuh Clara kembali terputar di otaknya.
Flashback~
"Enghh arghh Kak Bara
akh," lenguh Clara ketika Bara menggenjotnya dari depan.
Seolah tak puas dengan apa
yang dilakukannya pada Clara, bara langsung membalik tubuh Clara hingga ia
menungging. Bara kembali menggenjotnya dengan liar.
"Arghh Kak Bara. Kakakhh
shh. Arghh enghh nyeri. Arghh rmhh," racau Clara tak karuan.
"Nikmati clara
nikmati," ucap Bara lalu menampar dan mereMaspantat Clara sambil
mempercepat tempo genjotannya.
Flashback off~
Bangsat malah kepikiran waktu
ngen***! Batin Bara kesal lalu mengocok kejantanannya sendiri di toilet
dibantu sabun sebagai pelicin.
"Arghh Clara,"
lenguh Bara pelan saat mulai mencapai puncaknya.
"Bangsat! Gue hampir gak
pernah ngefap! Kalo gak gara-gara kamu Cla. Gak bakal benihku kebuang di
toilet" gumam Bara mengomeli Clara.
Usai memuaskan diri Bara
langsung mencuci mukanya juga mengganti celana dalamnya untuk jaga-jaga agar
tidak mencurigakan.
"Kak Bara," bentak
Clara yang sudah berdiri di depan kamar Bara dengan tangannya yang berkacak
pinggang.
"Aku gak ngapa-ngapain
sumpah!" jawab Bara spontan karena masih belum fokus.
"Apa sih kok jadi gitu?"
tanya Clara bingung.
"Kenapa?" tanya
Bara setelah cukup fokus.
"Kita perlu bicara
berdua" ketus Clara.
Kita? Berdua? Bicara? Bisa
mati gue! Batin Bara panik dan kacau.
"Soal apa?" tanya
Bara panik.
"Hubungan kita,"
jawab Clara lalu melangkah masuk ke kamar Bara.
Dengan cepat Bara langsung
menahan Clara agar tidak masuk ke kamarnya.
"Kalo mau bicara jangan
di kamarku. Kita di perpus aja," ajak Bara lalu menutup pintu kamarnya dan
menarik clara ke perpustakaan.
Clara hanya pasrah ketika
Bara mengajaknya ke perpustakaan pribadinya. Tanpa ada kecurigaan apapun bahkan
setelah tau sikap Bara.
"Jadi gini," belum
sempat Clara menyelesaikan ucapannya Bara sudah langsung menyerangnya.
Bara melumat bibir Clara dan
langsung memojokkannya di rak buku. Bara terus melumat bibir Clara meskipun
Clara menolaknya. Tak puas dengan lumatannya yang ditolak Clara. Bara langsung
menggendong Clara dan mendudukkannya di meja lalu kembali melumat bibir Clara
lagi dengan buasnya.
"Kamu nakal Clara,"
ucap Bara dengan napas panasnya yang berhembus di depan mulutnya.
Aroma mint dan maskulin Bara
sangat tercium. Uhh bagai tengah dihipnotis. Bukan! Ini lebih tepat sebagai
pengganti candu bagi Clara. Dengan hati-hati Clara mengecup bibir Bara, yang
langsung disambut dengan lumatan yang lebih lembut darinya.
"Kamu nakal Clara. Kamu
bikin aku degdegan gak jelas," ucap Bara saat lumatannya terlepas lalu
kembali melumat bibir Clara yang sudah mulai dibalas Clara.
"Kamu nakal Clara!
Nakal! Clara nakal!" racau Bara lalu memperdalam lumatannya.
Puas dengan lumatan dan
morning kissnya yang terlambat. Akhirnya Bara melepaskan pagutannya, lalu
memeluk erat Clara sambil mengecup keningnya beberapa kali.
"Kamu ini nakal,
nyebelin juga," ucap Bara yang masih memeluk Clara.
"Aku salah apa?"
tanya Clara sedih.
Dengan cepat Bara melepaskan
pelukannya dan menatap Clara bingung, karena membuatnya sedih.
"Kamu marah sama aku,
kamu benci aku, kamu gak suka aku. Tapi kenapa kamu mau nikah sama aku? Toh
aku," ucapan Clara kembali dipotong Bara dengan lumatan penuh gairahnya.
Air mata Clara mengalir tanpa
ia sadari, dengan cepat Bara melepas lumatannya setelah merasa ada benda cair
yang membasahi pipinya.
"Kenapa Clara? Kenapa?
Ada masalah apa? Cup cup jangan nangis," ucap Bara sambil menghapus air
mata Clara.
"Kakak jahat!"
jawab Clara.
"Jahat kenapa
Clara?" tanya Bara bingung lalu menarik kursi agar dapat duduk berhadapan
dengan Clara.
"Kamu ambil
semuanya."
"Jangan bahas itu Cla.
Aku cukup gila gara-gara itu. Kamu tau gimana stresnya aku pagi ini liat kamu?
Aku mau kamu! Susah payah aku menghindari kamu, tiga hari. Bukan! Empat hari
ini aku coba hindari kamu! Kamu tau betapa berdebarnya aku?" ucap Bara
lalu menarik tangan Clara ke depan kirinya lalu menempelkannya "Senyum,
wajah, semua. Semua Clara. Aku gila gara-gara kamu! Aku gak mau perkosa kamu
lagi Clara. Paksa kamu. Aku gak mau. Kalo aja kamu nurut. Kalo aja gak ada
kejadian Via. Ini gak akan terjadi," sambung Bara frustasi.
Clara terbelalak mendengar
pengakuan Bara.
"Asal kamu tau aku gak
pernah onani! Garagara kamu aku jadi ke inget semuanya. Punyaku on dan kamu tau
apa?" tanya Bara.
Clara hanya menggeleng pelan.
"Aku onani untuk yang
pertama kalinya Clara! Aku gak suka!" ucap Bara menjawab pertanyaannya
sendiri.
"Kak apa kamu gak benci
aku?" tanya Clara.
"Ya benci lah! Kamu jadi
alasan ku degdegan tanpa sebab sampai sekarang tau gak!" jawab Bara.
"Apa aku gak
menarik?" tanya Clara sedih mendengar jawaban Bara.
Bara langsung bangun dari
duduknya, lalu menarik tangan Clara ke arah celananya.
"Rasakan Cla dia bangun,
keraskan? Cuma gini sama kamu. Dan dalam waktu sesingkat itu. Cuma sama kamu.
Sudah bisa simpulkan sendiri?" jawab Bara lalu duduk kembali.
"Terus kenapa kamu
ngehindar?" tanya Clara.
"Masih tanya ni
bocah," jawab Bara jengah harus menjelaskan.
"Kalo Kakak benci kenapa
mau dilanjutin? Aku cuma bocah. Aku egois. Susah diatur. Aku. Aku tau sebejat
apa kamu. Tapi kita. Kita bisa cari pasangan lain kak. Gak harus memaksakan
diri," ucap Clara yang mulai menangis lagi.
"Kamu kenapa jadi
cengeng Cla? Apa yang salah lagi sekarang? Aku sendiri bingung dengan
perasaanku. Tapi yang jelas aku gak mau kamu jauh atau terlalu dekat sama aku
secara harfiah. Aku mau gini aja dulu, sampai aku paham gimana perasaanku.
Nanti aku bakal lakukan. Bukan maksudku. Hubungan ini. Aku kamu kita. Semuanya
akan berjalan tanpa paksaan, semua akan mengalir.
Jadi sabar. Tunggu dan bantu
aku," ucap Bara menenangkan Clara sambil menggenggam tangan Clara dan
mengecupnya.
Clara langsung mengangguk dan
tersenyum manis.
"Aku bakal bantu,"
ucap Clara lalu mengecup kening Bara.
Aku bakal bantu kamu sampai
kamu move on, sampai kita benar-benar jadi pasangan yang benar. Batin Clara.
Beri aku waktu sayangku.
Sampai aku bisa kasih kamu semua hatiku. Sampai debar ini jelas karena apa.
Biar semua sesuai racau nakalmu saat mabuk waktu itu. Batin Bara lalu
menurunkan Clara dari meja dan mengecup keningnya.
***
"Kamu ini belajar yang
benar! Pokoknya harus bisa masuk kampusku!" ucap Bara sambil mengantar
Clara ke depan setelah puas memandangi Clara dan membiarkannya memakai kamar
mandinya untuk cuci muka.
"Iye bawel!" jawab
Clara.
"Ayah, Ayah mertua aku
baru nikahin ni bocah kalo dia dah dapet kampus! Titik!" putus Bara.
Clara langsung menatap Bara.
"Apa lihat-lihat? Gak
terima? Gue kawinin minggu depan beranak tiap taun lo!" ucap Bara lalu
mengacak rambut Clara.
Semua orang membelalakkan
mata mendengar ucapan Bara, apalagi semua anggota keluarga tengah berkumpul.
Bahkan Hana menghentikan aktivitasnya menyuapi Aya makan. Juga Rey yang
menghentikan tangkapan bolanya dengan Leo hingga terlempar ke wajahnya.
"It's so fast,"
ucap Rey tanpa sadar lalu kembali ke aktivitasnya lagi.