Part 35
Bara makin panik begitu duduk
di kursi ijabnya ternyata Clara baru datang setelah prosesi selesai dan
dinyatakan sah. Acara yang berlangsung sebentar terasa sangat lama dan panik
bagi Bara. Apa lagi ia sempat salah ucap, juga sempat telat saat mengucapkan
ijab kabulnya hingga harus mengulang sebanyak tiga kali. Sebelum akhirnya sah
mempersunting Clara.
Perlahan Clara ditemani Bundanya
masuk ke dalam masjid untuk menemui Bara yang sudah sah menjadi suaminya.
Bukannya Bara menyalami Clara dan mengecup keningnya. Bara malah memeluknya
erat dan menciun bibir Clara. Suasana yang tadinya haru jadi terasa sedikit
lucu karena Bara yang langsung nyosor ke Clara.
"Clara aku panik tau gak
sih kamu gak nemenin aku," ucap Bara mengadu pada Clara yang sudah jadi
istrinya.
"Iya tau. Ini dingin
banget tangannya," ucap Clara lalu mengecup punggung tangan Bara.
"Kamu cantik hari
ini," puji Bara tanpa memperhatikan para tamu undangan. "Ehm,"
deham Rey membuyarkan kemesraan dari adiknya yang selalu menganggap tiap tempat
sepi bila sudah menempel dengan pasangannya.
***
Acara terus berlangsung dan
Bara sudah tidak tahan untuk memamerkan tubuh Clara yang terlihat begitu indah,
anggun dan sexy meskipun ia menggunakan gaun putih yang cukup besar dan
tertutup.
"Bunda ini kapan sih
udahnya?" tanya Bara pada Ibu mertuanya.
"Kan masih seminggu
acaranya," jawab Caca lembut.
Bara langsung leMasdan
cemberut begitu mendengar jawaban ibu mertuanya.
"Bercanda cuma lima hari
kok," ucap Caca sambil tertawa kecil.
"Bunda ih iseng,"
ucap Clara yang ikut tertawa.
"Aku dah capek
nih," adu Bara yang sudah lelah duduk di pelaminan.
"Kemarin ada yang minta
pesta seminggu full siapa ya?" tanya Rey yang sengaja menyindir Bara
sambil mengikuti Aya yang minta jalan-jalan ke sana dan ke mari.
Para orang tua hanya tertawa
dengan sindiran Rey, sementara Bara sudah cemberut duluan dan makin cemberut
begitu Clara ikut tertawa. Akhirnya karena melihat Bara yang sudah ilfil dan
uring-uringan Clara meminta izin untuk pergi duluan dari ruang resepsi sesi
pertama untuk pergi ke kamar lebih awal.
"Ayo Kak," ajak
Clara pada Bara yang sudah menjadi suaminya.
Bara langsung bangun dan
menggandeng Clara ke kamar yang sudah ia pesan.
"Kakak pelan-pelan.
Bajuku sempit tau!" ucap Clara yang kesulitan berjalan.
"Clara, istriku,"
ucap Bara dengan bangga lalu menggendong Clara ala brydal ke kamar.
Clara hanya tersenyum manis
mendengar ucapan Bara, lalu mengkalungkan tangannya pada leher Bara. Sesekali
Clara mengecup pipi Bara dengan manja.
"Kak Bara,
suamiku," ucap Clara begitu Bara membuka pintu kamar lalu menidurkan Clara
di atas tempat tidurnya dengan lembut.
"Iya Claraku,"
jawab Bara dengan suaranya yang serak dan terdengar begitu berat sambil
melepaskan sepatu yang dikenakan Clara lalu melemparkannya begitu saja.
Clara yang tau bagaimana
panasnya Bara saat bercinta langsung menggigit bibir bawahnya.
"Em jangan di gigit!
Bibir Clara punyaku sekarang. Cuma boleh gigit kalo aku yang gigit," ucap
Bara lalu melumat bibir Clara dengan lembut "Emh masih sama seperti
dulu," ucap Bara saat lumatannya terlepas lalu kembali lagi ia melumat bibir
Clara dengan lembut dan penuh penekanan.
Perlahan Bara melepaskan
lumatannya pada bibir Clara, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya melepaskan
pakaian Clara satu persatu juga pakaiannya sendiri.
"Clara, aku gak suka
kamu jadi pusat perhatian kayak tadi. Kamu terlalu sexy istriku," racau
Bara lalu menciumi kaki Clara, dari tumit, pergelangan kaki, betis, lutut,
terus naik hingga ke paha dan pangkal paha sambil beberapa kali menggigitnya
pelan.
Pekikan dan desiran erotis
terus keluar dari bibir Clara yang masih merah meskipun lipstik yang ia pakai
sudah mulai hilang dan belepotan karena lumatan Bara.
"Akhh Kak Bara
enghh," Clara terus memdesir dan memanggil Bara tiap Bara mencumbu kakinya
mengecup tiap jengkalnya.
"Sudah siap?" tanya
Bara lembut sambil merayap naik tapi cepat ditahan Clara.
"Cium aku Kak,"
pinta Clara yang masih menahan bahu suaminya sebelum Bara mencumbunya lebih
jauh.
"Certo mio caro
(dengan senang hati sayangku)," jawab Bara dengan bahasa Italianya yang
lumayan fasih, maklum pernah berpacaran dengan pelukis asal Italia.
Bara kembali mundur lalu
mulai mencumbu tempat yang akan dimanjakannya, memuaskan syahwatnya, surga
dunianya. Bara menjilatinya dan memasukkan lidahnya kedalam lubang kewanitaan
Clara. Bara juga melumat dan menyesap tonjolan mungil milik Clara dengan lembut
hingga Clara mengerang dan mendesah tanpa henti, racauan Clara yang meneriakkan
nama Bara juga terus menggema.
Puas dengan Clara yang sudah
basah dan siap untuknya. Bara mulai naik ke atas melanjutkan cumbunya ke perut,
pinggang, dada, payudara, bahu, hingga leher dan kembali ke mulut Clara dengan
kejantanannya yang sudah mulai dimasukkan Bara secara perlahan.
"Aghh Kak Bara
eumhh," lenguh Clara saat Bara melepaskan cumbuannya.
"Claraku, istriku,
cantikku, sexyku" racau Bara lalu membalikkan badan Clara dan
menggenjotnya dari belakang.
"Enghh," lenguh
Clara dan Bara begitu Bara mulai memasukinya dari belakang dan mulai
menggenjotnya.
"Istriku, Claraku aghh
punyaku. Cintaku," ucap Bara meneriakkan kepemilikannya pada Clara.
Perlahan Bara mencondongkan
tubuhnya ke depan lalu memberikan tanda kepemilikannya di bahu Clara, lalu
berpindah ke lehernya yang jenjang. Clara hanya pasrah dengan apa yang
dilakukan suaminya. Setidaknya proses bercintanya kali ini tidak sekasar dulu
yang penuh ikatan dan kekerasan.
"Panggil aku istriku.
Sebut namaku cintaku. Claraku. Sayangku," pinta Bara sambil terus
menggenjot tubuh Claranya yang sudah sah jadi istrinya.
***
"Gimana Vera, dah lama
ya gak ketemu butik masih jalan?" tanya Anna pada teman lamanya.
"Alhamdulillah masih
jalan," jawab Vera temannya yang sempat mengajari bahasa Inggris pada
putranya Bara saat SMA dulu.
Cewek mana yang dapet sisaku?
Bajingan mana yang ambil Baraku, manfaatin harta atau gelap pada ketampanan
saja dia? Batin Vera sambil celingukan mencari Bara maupun mempelai wanitanya
dan terlihat tidak suka dengan pernikahan Bara.
"Bara sama istrinya dah
ke kamar tadi. Kangen ya dah lama gak ketemu?" tanya Anna pada teman
lamanya.
"Ah iya dong. Dulu kan
Bara deket banget sama aku. Dah kayak anakku sendiri," jawab Vera dengan
senyumnya yang tersungging.
Anak sendiri! Sampai aku tau
semuanya. Sampai rasanya tubuh Bara. Saking dekatnya sampai aku tau rasanya
dikencingi Bara. Sambung Vera dalam hati sambil mengelus perutnya yang tak
pernah bisa lagi untuk hamil sejak kejadian beberapa tahun lalu.